22 Rumah di Desa Karanganyar Tidak layak Huni
PANGURAGAN - Sebanyak 22 unit rumah di Desa Karanganyar, Kecamatan Panguragan, kondisinya tidak layak huni. 22 kepala keluarga yang menempati rumah tidak layak huni (rutilahu) saat ini berharap bantuan pemerintah daerah. Salah satunya rumah milik Sawida (45). Sawida tinggal hanya bersama istrinya, Rumi (35). Keduanya yang tidak memiliki anak, itu terpaksa harus tinggal di rutilahu selama lebih dari enam tahun. Saat wartawan Radar menyambangi rumah milik Sawida, Jumat (23/1), kondisinya sudah hampir mau roboh. Kamar tidur hanya satu dan tidak memiliki kamar mandi, cuci dan kakus (MCK). Untuk mandi dan mencuci keduanya hanya mengandalkan kubangan tanah yang menyerupai sumur. Namun air di dalam sumur kecil itu terlihat keruh, tidak layak untuk digunakan mandi. Sementara untuk minum, keduanya membeli dari warga sekitar dengan harga Rp1.000 satu jeriken. Rumah yang ditinggali selama 6 tahun lebih itu sudah sangat memprihatinkan. Bahkan pada tahun 2012, rumah tersebut sempat roboh, karena tidak kuatnya penyangga saat diterpa angin kencang. Dari situ ia dan istrinya membangun kembali dengan cara mencari gribig dan genting bekas warga yang tidak terpakai. Sementara matrial lainnya ia beli dari hasil utang ke tetangga. Hampir tujuh tahun sudah keduanya tinggal di rumah tersebut. Sawida menceritakan, saat kondisi hujan rumahnya bocor. Bahkan bilik-bilik yang mengelilingi rumahnya sudah sangat rapuh dan bolong-bolong. Sehingga jika hujan datang malam, ia bersama istrinya tidak bisa tidur nyeyak. Sawida hanya bisa menutup dengan batu atau kayu untuk menahan bocoran air hujan. “Ya beginilah rumah saya, Mas. Belum ada yang membantu keluarga saya. Bahkan pada saat rumah saya roboh pun tidak mendapatkan bantuan sedikitpun. Kata orang desa sih, sudah diajukan permohonan perbaikan rumah, tapi sampai saat ini, tidak ada. Rumah saya difoto-foto sudah dua kali, setelah itu tidak ada kabar-kabar lagi, ya sudah saya dan istri saya sih tidak berharap banyak dari pemerintah,” katanya. Sawida yang sehari-harinya bekerja sebagai pemulung sampah dan istrinya seorang buruh tani, membuat keduanya tidak bisa melakukan perbaikan rumah tinggalnya. Penghasilan sehari-hari pun tidak cukup untuk menghidupi keduanya. “Ya bingung, Mas. Kalau mau ngebangun yang layak, kita saja terkadang kekurangan (untuk makan, red) Mas,” ujarnya. Sementara Kuwu Karanganyar, Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon, Yakub mengatakan, pengajuan bantuan kepada pemerintah sudah dilayangkan. Bahkan sebagai perangkat desa sudah dua kali mengajukan permohonan tersebut. Namun sampai saat ini belum ada realisasi dari pemerintah daerah. “Kami sebagai perangkat desa sudah mendata rumah-rumah yang memang sudah tidak layak dihuni. Bahkan, kami sudah melayangkat bantuan pada 2014 Desember lalu. Saya sudah yang kedua kalinya melayangkan surat permohonan bantuan untuk rumah yang tidak layak huni. Akan tetapi sampai saat ini sama sekali tidak ada reaslisasinya,” katanya saat dikonfirmasikan melalui telepon selulernya. (arn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: