Tak Ada Angin Tak Ada Hujan, Eeeh… Ambruk

Tak Ada Angin Tak Ada Hujan, Eeeh… Ambruk

KUNINGAN - Tidak ada angin dan hujan, tiba-tiba gedung serbaguna Desa Kalimati, Kecamatan Japara yang tengah dalam tahap pengerjaan akhir memasang genting mendadak ambruk, Selasa sore (27/1). Kejadian sekitar pukul 15.30 itu tidak ada korban jiwa karena para pekerja sedang istirahat tak jauh dari lokasi kejadian. Hanya saja, tiga rumah yang berada di sisi balai desa mengalami kerusakan lantaran tertimpa material bangunan serbaguna yang roboh. Akibat kejadian ini, Pemdes Kalimati mengalami kerugian ratusan juta rupiah. Dari pantauan Radar kemarin (28/1), kondisi gedung serbaguna yang dibangun sejak tahun 2013 lalu itu rata dengan tanah. Hampir tidak ada material yang tersisa dan bisa digunakan lagi kecuali bambu untuk atap. Seluruh genting pecah, begitu juga dinding serbaguna tak berbentuk. Anggaran pembangunan gedung serbaguna yang menempel dengan Balai Desa Kalimati berasal dari ADD dan bantuan infrastruktur dari gubernur. Sehari pasca kejadian, Kapolsek Jalaksana Iptu Juhana, Koramil, Camat Japara Suryono SKn MM, dan Kabid Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPBD) langsung turun ke lapangan memantau kerusakan bangunan. Tokoh masyarakat Kalimati, Hasan, yang saat itu tengah mengawasi pengerjaan menga­takan, ambruknya gedung ser­baguna yang dalam proses pembangunan di luar perkiraan para pekerja dan pemdes setempat. Terlebih saat kejadian, cuaca di desanya cukup cerah dan tidak ada angin besar. Karena itu, pihaknya merasa heran dengan kejadian ambruknya gedung setinggi tujuh meteran tersebut. Jika dalam kondisi hujan atau ada angin besar, Hasan memakluminya kalau akhirnya terjadi peristiwa tersebut. “Kejadiannya Selasa sore sekitar pukul 15.30 dan berlangsung sangat cepat. Tidak ada tanda-tanda bangunan akan ambruk. Malah sejak pagi masyarakat bergotong royong memasang genting gedung serbaguna. Nah saat itu memasuki waktu istirahat sore atau menjelang pulang. Para pekerja ada yang sedang ngopi, namun ada juga yang tengah memasang genting. Tiba-tiba terdengar suar bruukk dari bagian atas. Masyarakat yang berada di atas kaget dan segera menyelamatkan diri. Ternyata hanya dalam hitungan detik, gedung serbaguna yang dibangun selama bertahun-tahun itu mendadak ambruk,” terang Hasan kepada Radar, kemarin (28/1). Hasan membantah jika pembangunan gedung serbaguna menyalahi aturan seperti memakai besi ukuran tidak standar, dan memaksakan pemasangan genting sebelum batas waktu pengecoran rampung. Padahal idealnya, pemanfaatan rangka dari coran harus dilakukan setelah 21 hari pemasangan. “Rangka bagian atas yang terbuat dari coran sudah lebih dari dua minggu dipasang. Sehingga kondisinya sudah kering. Makanya kami berani memasang genting. Untuk soal besi, kami menggunakan besi yang standar, dan pengerjaannya juga sesuai prosedur,” tandas Hasan. Saat ditanya kemungkinan rangka bagian atas gedung serbaguna tidak kuat menahan beban genting yang mencapai 1 kilogram per biji, Hasan mengiyakannya. Sebab genting yang terpasang di atas rangka coran mencapai lebih dari 6 ton beratnya. “Kami menggunakan genting press yang beratnya mencapai 1 kilogram per bijinya. Bisa jadi rangka atas tidak kuat menahan beban genting yang beratnya lebih dari 6 ton, dan akhirnya ambruk. Sedangkan untuk di bawahnya memakai bambu dan reng yang juga terbuat dari bambu juga,” duga Hasan dibenarkan sejumlah masyarakat Kalimati lainnya yang berada di lokasi kejadian. Dia juga memaparkan anggaran untuk pembangunan gedung serbaguna Kalimati. Pengerjaan fondasi dila­kukan tahun 2013, dan pem­ba­ngunannya dilaksanakan secara bertahap disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. “Dananya berasal dari dana alokasi desa (ADD) dan infrastruktur pembangunan (IP) bantuan gubernur sebesar Rp100 juta,” ujar Hasan. Sementara itu, Ketua BPD Kalimati, Yusuf menegaskan, kejadian ini adalah musibah yang tidak diduga sebelumnya. Dia dan lembaganya tidak menyalahkan pekerja dan pemdes. “Ini murni musibah, dan kami menerimanya. Jadi tidak perlu saling menyalahkan. Masih beruntung tidak ada pekerja atau masyarakat yang saat itu memasang genting menjadi korban. Untuk kelanjutan pembangunannya, kami akan membicarakannya dengan Pak Kades serta tokoh masyarakat lainnya,” ujar Yusuf. Menurut Yusuf, ada tiga rumah penduduk yang mengalami kerusakan akibat ambruknya banguann serbaguna. Hanya saja kerusakannya tidak parah dan cuma bagian belakangnya saja. “Ketiga rumah itu ada di sebelah utara dan letaknya hampir menempel dengan bangunan serbaguna. Rumah itu milik Jarwita, Sakim dan Saefudin alias Udin. Kerugian akibat kejadian ini kami taksir mencapai Rp250 juta,” ungkapnya. (ags) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: