Rutilahu Hampir Ambruk Diterjang Angin

Rutilahu Hampir Ambruk Diterjang Angin

CIREBON – Rumah tidak layak huni (rutilahu) milik Dawira (57) warga RT 04 RW 01, Desa Karanganyar, Kecamatan Panguragan, hampir saja ambruk karena terjangan hujan dan angin kencang. Kejadian itu berlangsung Sabtu (31/1) malam sekitar pukul 22.00. Saat kejadian, rumah yang terbuat dari anyaman bambu dan berlantaikan tanah liat itu ditinggali Dawira dan istri beserta ketiga anaknya yang sedang beristirahat. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa yang mengejutkan warga tersebut. Keluarga Dawira hanya harus mengungsi ke tetangga yang letaknya tak jauh dari rumah miliknya. Kejadian bermula saat hujan dan angin kencang tiba, Dawira mendengar suara reotan kayu yang sudah rapuh. Begitu Dawira keluar rumah untuk memeriksa situasi, satu tiang yang berada di sisi samping rumah patah tak kuat menahan terjangan angin kencang. Sontak, melihat angin kencang dan keadaan rumah sudah miring, Dawira minta tolong warga. Bersama warga, Dawira segera mengambil semua harta benda miliknya. Agar tidak ambruk, Dawira bersama warga juga melucuti genting dan menyangga rumah tersebut dengan kayu seadanya. Selama sebelas tahun, Dawira dan keluarganya tinggal di rumah tersebut. Rumah yang berukuran 3x5 tersebut tidak memiliki kamar untuk mandi, cuci dan kakus (MCK). Mereka hanya mengandalkan MCK tetangga sekitar. Selain memiliki rumah yang kondisinya sangat memprihatinkan, keluarga Dawira pun tidak mendapatkan dana program simpan keluarga sejahtera (PSKS). Keluarga Dawira hanya mendapatkan bantuan subsidi warga yang mendapat dana PSKS sebasar Rp75.000. Laki-laki yang sehari-harinya mengais barang bekas ini mengatakan, saat itu diri dan keluarganya tengah istirhat. Namun tak bisa memejamkan mata karena terganggu suara hujan dan anggin kencang. Begitu hendak memejamkan mata, terdengar suara bambu-bambu kecil yang patah. Saat keluar melihat tiang rumah kondisinya sudah patah tidak kuat menahan beban dan terjangan angin. “Sebelumnya sih, banyak warga sekitar yang menyuruh saya untuk pindah sementara, karena kondisi rumah sudah sangat memprihatinkan dan dikhawatirkan akan menjatuhui keluarga saya. Tapi saya dan istri saya tetap saja tinggal di rumah ini. Alhamdulillah, Mas, kejadian ini kami semua keluarga tidak mengalami luka sedikit pun,” ujarnya kepada Radar, Minggu (1/2). Sementara Kuwu Desa Karanganyar Yakub mengata­kan, saat dirinya mendapatkan informasi dari warga sekitar, langsung meninjau lokasi bersama petugas kepolisian. Pihaknya juga langsung memerintahkan sekretaris desa untuk membuat laporan ke Dinas Sosial agar bisa mendapatkan bantuan. “Ya untuk sementara ini kami akan bantu dengan swadaya masyarakat, sambil menunggu respons dari Dinas Sosial. Selain itu kami akan membuat laporan ulang terkait banyaknya rumah tidak layak huni di desa kami. Agar kami mengetahui mana rumah yang memang sudah tidak layak dihuni. Ini juga untuk mengantisipasi terjadinya hal yang serupa seperti rumahnya Dawira,” katanya saat dimintai konfirmasi di ruang kerjanya. (arn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: