Maskot Srimulat Tutup Panggung

Maskot Srimulat  Tutup Panggung

\"Djudjuk\"SOLO- Kalangan budayawan, seniman, khususnya yang berkecimpung di dunia lawak berduka. Salah satu tokoh penting grup lawak legendaris Srimulat Djudjuk Djuwariyah (67) menutup cerita hidupnya di panggung dunia kemarin sore setelah beberapa tahun melawan penyakit kanker. Kepada Radar Solo (Radar Cire­bon Gro­up) menan­tu Djujuk Djuwariyah, Quirinto Endi, mengatakan bahwa Djujuk meninggal dunia setelah dirawat diruang Amarta, RS Dr Sardjito, Jogjakarta. Sekitar pukul 15.10 WIB. Djujuk dirawat sejak lima hari lalu. “Jenazah akan disemayamkan di rumah duka Jl Srigunting 5 Manahan, Banjarsari, Solo sebelum dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum, Bonoloyo, besok ( hari ini),” tambahnya. Sebagai istri pendiri Srimulat, Teguh Slamet Rahardjo alias Kho Tjien Tiong, nama Djujuk tak terpisahkan dari cerita jatuh bangun Srimulat. Teguh mendirikan kelompok dagelan itu pada 1950. Nama Srimulat diambil dari istri pertamanya, Raden Ayu Srimulat, putri seorang wedana di Bekonang, Sukoharjo. Djudjuk diperistri Teguh Slamet Rahardjo pada 1970, beberapa tahun setelah istri pertamanya meninggal. Sejak saat itu, Djudjuk mendampingi suaminya membesarkan Srimulat, yang memiliki kru dan pemain hingga 300 orang. Srimulat sempat menguasai dunia panggung di empat kota, yaitu Solo, Surabaya, Jogjakarta, dan Jakarta. Mereka mampu manggung di kota-kota itu dalam waktu bersamaan. Djudjuk berperan cukup banyak dalam membesarkan kelompok itu saat suaminya mulai sakit-sakitan pada era 1980-an. Nama Srimulat kian berkibar saat Djudjuk mampu mendapatkan kontrak di sebuah stasiun televisi pada pertengahan 1990. Di tangan Djujuk juga, Srimulat berhasil melahirkan pelawak-pelawak besar. Di antaranya Asmuni, Basuki, Gepeng, Tarzan, Tessy, dan Tukul Arwana. Djujuk mendapat tempat tersendiri di hati rekan-rekan sesama seniman. Termasuk bagi maestro keroncong Waldjinah. Menurutnya, Djujuk merupakan sosok yang mudah bergaul dengan siapa saja. “Dia (Djujuk) itu suka gojek (bercanda). Pokoknya nggak pernah susah. Setiap hari gojekan,” ujar Waldjinah ditemui di kediamannya di Jalan Parang Cantel, Mangkuyudan, Kelurahan Purwosari, kemarin (6/2). Selain aktif di pang­gung hiburan, Djujuk juga menjadi pengu­rus Himpunan Artis Keroncong Solo (Hamkri) yang pada 2004 dipim­­pin langsung oleh Wald­jinah. Termasuk rutin mengikuti arisan yang digelar Persatuan Seni­man dan Seniwati Surakar­ta (PS3). (kw/dah/wa/kim)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: