Lima Ruang Rusak, Sekolah Gelar Kelas Siang

Lima Ruang Rusak, Sekolah Gelar Kelas Siang

Tak Hanya Digugat, Kondisi SDN 1 Sutawinangun Memprihatinkan Sudah jatuh tertimpa tangga. Demikian kondisi SDN 1 Sutawinangun di Jl Tuparev, Kedawung. Tak hanya terancam digusur, bangunannya juga dalam kondisi memprihatinkan. Sebanyak lima ruang sudah dikosongkan karena eternitnya runtuh. Sementara ruangan yang saat ini digunakan pun kerap mengalami kebocoran saat hujan datang.   Ida Ayu Komang, Kedawung   Lubang besar mewarnai atap ruang kelas 5. Air pun dengan mudah masuk ke dalam kelas. Sebelum musim hujan, ruang kelas itu masih digunakan dengan kondisi memprihatinkan. Namun saat musim hujan tiba, sekolah akhirnya memutuskan untuk memindahkan siswa-siswi kelas 5 itu. Pihak sekolah pun khawatir, atap di bagian lain akan ikut ambruk dan menimpa siswa. \"Jadi ya akhirnya untuk kelas 5 SD, kita gabungkan. Kebetulan ada dua kelas, jadi kelas 5 A dan B kita satukan. Habis tidak ada ruangan lain. Daripada nanti menimpa anak, lebih baik kita antisipasi,\" tutur Kepala SDN 1 Sutawinangun, Siti Sayidah, Jumat (6/2). Selain itu, siswa-siswi kelas 1 dan 2 harus rela berbagi kelas. Siswa kelas 1 dan 2 menggunakan kelas secara bergiliran. Ketika anak kelas 1 sudah pulang, barulah siswa-siswi kelas 2 masuk kelas. \"Untuk kelas 1 dan 2 kita buat sif. Kelas 2 masuk jam 11.00 WIB setelah anak kelas 1,\" bebernya. Ruang yang rusak lainnya adalah perpustakaan. Tempat yang biasa dijadikan tempat diskusi siswa itu akhirnya tidak bisa digunakan. Kadang untuk diskusi, siswa akhirnya bergiliran menggunakan ruang kesenian. Tidak hanya itu, ruang kelas 2 dan 3 juga sudah tidak bisa digunakan. Kusen pintu dan jendela yang ada sudah gugus terkena rayap. Eternit lorong kelas yang ada di depan kelas 4 dan 5 juga sudah runtuh. \"Kalaupun sekarang kelas yang ada juga itu bocor,\" lanjut dia. Kondisi seperti ini sudah terjadi sejak 3 tahun silam. Pengajuan bantuan pun sudah sering dilakukan, namun hingga kini belum ada kejelasan. Terakhir pihak sekolah sudah disurvei untuk mendapatkan bantuan. Namun di tengah perjalanan, uang yang seharusnya untuk merenovasi sekolah justru dialihkan Dinas Pendidikan untuk dibelikan buku Kurikulum 2013. Padahal, kata Siti, siswa-siswi di sekolahnya kerap kali mendapatkan prestasi. Baik di tingkat kecamatan ataupun Kabupaten Cirebon. \"Kami harap bisa segera mendapatkan bantuan, karena memang siswa harus bergiliran menggunakan kelas. Kasihan anak-anak,\" ucap Siti. Siti khawatir, salah satu penyebab tak kunjung diperbaikinya ruang kelas lantaran status tanah sekolah masih belum jelas. \"Katanya UPT (unit pelaksana teknis) akan mengajukan lagi, ya semoga saja bisa segera diperbaiki,\" lanjutnya. Terpisah, Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon, Kholidin mengatakan, untuk perbaikan gedung SD, Dinas Pendidikan masih menunggu usulan prioritas perbaikan dari masing-masing UPT yang ada. Untuk kondisi SDN 1 Sutawinangun, Kholidin mengaku sudah mengetahuinya. Namun bisa dilakukan perbaikan atau tidak, hal itu bergantung dari usulan UPT. \"Kami nanti minta masing-masing UPT untuk ekspos. Mana-mana saja sekolah yang harus diperbaiki. Kalau memang mendesak, akan kita segerakan,\" tukasnya. Rencananya ekspose akan dilakukan mulai 10 Februari mendatang. \"Kalau memang masuk dalam usulan UPT akan kita prioritaskan,\" lanjutnya. DISDIK TELUSURI KEPEMILIKAN TANAH SDN 1 SUTAWINANGUN Selain kondisinya memprihatinkan, SDN 1 Sutawinangun Kecamatan Kedawung juga terancam dibongkar pihak keluarga yang mengklaim ahli waris pemilik tanah di atas bangunan. Karena itu, Dinas Pendidikan mulai menelusuri status kepemilikan tanah tersebut. Sejak muncul isu pengosongan kantor Unit Donor Darah (UDD) Palang Merah Indonesia (PMI), Dinas Pendidikan langsung bergerak dan menurunkan petugas untuk mengonfirmasikan kepemilikan tanah SDN 1 Sutawinangun. Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon, Kholidin mengatakan, dirinya sudah menanyakan hal ini ke UPT Kedawung. Namun di UPT, dirinya tidak mendapatkan kejelasan atas kepemilikan tanah SDN 1 Sutawinangun. \"Kabarnya simpang siur, akhirnya saya tugasi seksi pengelolaan aset untuk konfirmasi ke Bagian Perlengkapan. Karena kita juga ingin tahu kejelasannya seperti apa,\" lanjutnya. Namun hingga kemarin (6/2), Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon masih belum mengetahui perkembangan terakhir mengenai status tanah SDN 1 Sutawinangun. \"Kami sebenarnya ingin mengetahui kronologisnya dan kebenarannya seperti apa, sehingga jelas upaya yang akan kami lakukan,\" lanjutnya. Jika tanah SDN 1 Sutawinangun merupakan milik pribadi atau perseorangan, Dinas Pendidikan akan mencoba mencari solusi agar kegiatan pendidikan bisa berjalan. Namun bila tanah tersebut milik pemerintah daerah, maka Dinas Pendidikan akan berupaya untuk memperjuangkan keberadaan sekolah tersebut. \"Karena lokasi sekolah juga strategis. Upaya pasti kita lakukan. Kita akan tetap memperjuangkan keberadaan sekolah tersebut,\" tukasnya. Diberitakan sebelumnya, pihak sekolah merasa khawatir ikut digugat oleh keluarga Bingung Marta. Selain Kantor UDD PMI, Keluarga Bingung Marta juga mengklaim lahan yang digunakan SDN 1 Sutawinangun adalah miliknya. Bahkan pihak sekolah juga sempat menerima surat somasi dari kuasa hukum Keluarga Bingung Marta pada akhir Januari lalu untuk segera mengosongkan bangunan.(*)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: