Sasaran Supervisi Manajerial Bagi Pengawas Sekolah

Sasaran Supervisi Manajerial Bagi Pengawas Sekolah

APA sih supervisi manajerial itu? Kegiatan profesional yang dilakukan pengawas sekolah dalam rangka membantu kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya. Tujuannya, meningkatkan mutu dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Supervisi ditujukan pada dua aspek yakni: manajerial dan akademik. Supervisi manajerial menitikberatkan pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah, berfungsi sebagai pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran. Dalam panduan pelaksanaan tugas pengawasan Sekolah/Madrasah (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2009: 20) dinyatakan: Bahwa supervisi manajerial adalah, supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah, yang terkait langsung dengan perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, penilaian, pengembangan kompetensi sumberdaya manusia (SDM) kependidikan dan sumber daya lainnya. Dalam melaksankan fungsi supervisi manajerial pengawasan sekolah/madrasah berperan sebagai: Kolaborasi dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan manajemen sekolah, Asesor dalam mengidentifikasi kelemahan dan potensi sekolah. Supervisi yang dilakukan seorang pengawas sekolah, diharapkan untuk peningkatan mutu sekolah dan pendidikan secara umum, dan secara spesifik supervisi yang ditujukan bagi peningkatan mutu sekolah dari segi pengolaan supervisi manajerial. Hal ini, tidak kalah pentingnya ketimbang dengan supervisi akademik, sasarannya guru dan pembelajaran. PENYUSUNAN INSTRUMEN SUPERVISI MANAJERIAL Kualitas instrumen berkaitan dengan pertanyaan, apakah instrumen alat ukur yang benar-benar mengukur, apa yang seharusnya diukur? Dan sampai di mana instrumen tersebut dapat diandalkan dan berguna? Kedua pertanyaan tersebut berkaitan dengan validitas dan reabilitas. VALIDITAS INSTRUMEN SUPERVISI MANAJERIAL Instrumen yang akan diguna­kan sebagai alat pengum­pulan data, dalam kegiatan penga­wasaan sekolah, harus terlebih dahulu diuji validitasnya. Uji validitas instrumen dimaksud sebagai upaya untuk mengetahui apakah instrumen yang telah disusun tepat untuk digunakan, sebagai alat pengumpul data pengawasan sekolah atau tidak. Terkait dengan validitas instrumen, Arikunto (2002:144) menyatakan: Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid, apabila dapat mengungkap data variabel yang diteliti secara tepat. Margono (2004: 186) menyatakan: Bahwa dalam mengukur validitas perhatian ditujukan kepada isi dan kegunaan instrumen. Valisitas instrumen setidaknya dapat dikelompokkan ke dalam empat jenis: 1. Construct validity, menunjukan kepada asumsi bahwa alat ukur yang dipakai mengandung satu definisi operasional yang tepat, dari suatu konsep teoritis. Karena itu construct validity, sebenarnya hampir sama dengan konsep, keduanya sama-sama merupakan abstraksi dan generalisasi, yang perlu diberi definisi sedimikian rupa, sehingga dapat diamati dan diukur.seorang pengawas sekolah dalam meneliti construct validity itu. Mulai dengan menganalisis unsure-unsur suatu konstruk, kemudian diberikan penilaian apakah bagian-bagian itu memang logis untuk disatukan (menjadi skala) yang mengukur suatu konstruk. Langkah terakhir adalah, menghubungkan konstruk yang sedang diamati dengan konstruk lainnya, dan menelusuri apa saja dari konstruk yang lain tadi. ( Margono, 2004: 187 ) 2. Content Validity (validitas isi), menunjukan kepada suatu instrument yang memiliki kesesuaian isi dalam mengungkap atau mengukur yang akan diukur. Misalnya, seorang guru pada akhir semester, akan memberikan tes dari bahan yang akan diajarkan. Sudah barang tentu banyak terdapat kemungkinan pertanyaan yang diajukan. Sebuah tes mempunyai validitas isi yang tinggi, apabila pertanyaan yang diajukan dapat menangkap apa sudah diajarkan guru, atau diketahui siswanya. Validitas ini, kini mendapatkan perhatian yang serius dalam pengukuran-pengukuran terhadap kemajuan belajar. Tes kemajuan belajar adalah, bermaksud mengetahui apa yang sudah diketahui oleh siswa. Untuk mencapai maksud itu, butir-butir tes tidak boleh keluar dari persoalan-persoalan yang dipandang penting, dan masih erat hubungannya dengan isi dari indikator/tujuan pembelajaran yang bersangkutan. Penentuan suatu alat ukur mempunyai validitas isi, biasanya dapat didasarkan pada penilaian para ahli dalam bidang tersebut. 3. Face Validity (Validitas lahir atau validitas tampang), menunjuk dua arti berikut ini: Menyangkut pengukuran atribut yang konkret, sebagai contoh pengawas, ingin mengawasi kemampuan guru dalam menggunakan fasilitas internet, maka para guru disuruh mengoprasikan internet. Apabila kemahiran aplikasi akses interenet yang diukur, maka teknik-teknik pemanfaatan internet itu yang akan diukur. Menyangkut penilaian dari para ahli maupun konsumen alat ukur tersebut. Sebagai contoh, pengawasan ingin mengawasi tingkat partisipasi masyarakat terhadap sekolah, kemudian ia membuat skala pengukuran dan menunjukkannya kepada ahli. Apabila para ahli berpendapat bahwa semua unsur skala itu memang mengukur partisipasi, skala tersebut memiliki validitas tampang. 4. Predictive Validity, menunjukan kepada instrument peramalan. Meramal sudah menunjukkan bahwa kriteria penilaian berada pada saat yang akan datang, atau kemudian. Sebagai contoh, salah satu syarat untuk diterima di perguruan tinggi adalah ujian. Instrumen tes ujian itu, dikatakan memiliki predictive validity yang tinggi. Apabila mendapat nilai baik, dan ternyata dapat menyelesaikan studinya dengan tepat waktu dan berprestasi, sedangkan yang mendapatkan nilai rendah akan mendapatkan hambatan yang tiada tara, bahkan gagal di tengah jalan. Dengan kata lain, instrument tes yang memiliki predictive validity tadi, dapat diramalkan hasil studi calon mahasiswa pada masa yang akan datang. RELIABILITAS INSTRUMEN SUPERVISI MANAJERIAL Selain harus memenuhi kriteria valid, instrumen supervisi harus reliabel. Arikunto (2002: 154) menyatakan: Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa, suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas lebih mudah dimengerti dengan memperhatikan tiga aspek dari suatu alat ukur (instrumen), yaitu 1) kemantapan; 2) ketepatan; dan 3) homogenitas. Suatu instrumen dikatakan mantap apabila dalam mengukur sesuatu dengan berulang kali, dengan syarat bahwa kondisi saat pengukuran tidak berubah, instrumen tersebut memberikan hasil yang sama di dalam pengertian mantap, reliabilitas mengandung makna juga diandalkan (Margono, 2004:181). Jadi, supervisi manajerial yang dilaksanakan pengawas terhadap kepala sekolah dan guru, dalam rangka upaya peningkatan mutu sekolah dan prestasi hasil belajar siswa, diperlukan kompetensi dan profesionalitas seorang pengawas dalam mengaplika­sikan instrumen yang berkaitan dengan akademik maupun manajerial. . Instrumen yang akan digunakan supervisor harus mampu mengungkap atau mengukur sebuah tes yang akan diukur. Karena tes kemajuan belajar, bertujuan untuk mengetahui apa yang sudah diketahui oleh siswa. Maka, butir-butir tes tidak boleh keluar dari indikator dan tujuan pembelajaran. *) Penulis: Pengawas Sekolah Satuan Pendidikan Kota Cirebon

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: