14 Terseret Banjir, 2 Tewas
Kejadian di Majalengka, Satu Hilang, Rombongan Mahasiswa UIN Jakarta MAJALENGKA- Objek wisata Gua Lalay di Desa Sukadana, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, menelan korban jiwa. Sebanyak 13 mahasiswa dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dan 1 pemandu terjebak air bah di lokasi itu, kemarin. Akibatnya, dua orang ditemukan tewas, 1 orang masih hilang, dan 11 korban lainnya selamat. Dua korban meninggal adalah Vidia dan Ulfa Harjar Ulfi, keduanya warga Ciputat, Tangerang. Sementara korban hilang adalah Otong yang berprofesi sebagai seorang pemandu lokasi. Salah satu korban selamat, Ahmad Khoerun, mengaku rombongannya ke Majalengka pada hari Jumat lalu (6/2) sekitar pukul 10.00. Mereka sempat menginap dua hari di Desa Ligung Lor, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka. Senin pagi (9/2), rombongan berangkat dan tiba di lokasi sekitar pukul 11.00. “Sebelum kejadian kami sedang berenang, seketika kondisi sungai secara tiba-tiba volumenya meningkat dan menjadi keruh dan membentuk sebuah pusaran. Hal itu membuat teman-teman saya yang sedang berenang di sungai tersebut seketika terbawa arus. Pada saat itu semua langsung mencoba naik ke permukanan tetapi dua teman dan satu pemandu terpisah dan terbawa arus sungai,” cerita Ahmad Khoerun yang dijumpai di RSUD Majalengka. Sementara data dari Polres Majalengka, rombongan ini terdiri dari 7 Laki-laki dan 7 perempuan. Mereka antara lain Audia asal Ciputat, Regian asal Tanjung Priuk Jakarta, Sela asal Majalengka, Dodo asal Majalalengka, Nurpaujah asal Pamulang Tangerang, Alfathu Amarullah asal Aceh, Maskuriatul Fitria asal Madura, Vidia Tami asal Madura, Ulfa Hajar Ulfi asal Ciputat, Ahmad Khoerun asal Pamulang, Ahmad Arudal Acim asal Jakarta, Ratri Dias asal Bekasi, Ewa Rizki Utama asal Tangerang, dan Otong pemandu asal Sukadana. BANJIR JAKARTA Sementara itu, hujan dengan intensitas ringan sampai sedang mengguyur Jakarta dan sekitarnya mulai Minggu malam (8/2) sampai kemarin sore. Tak pelak guyuran hujan ini membuat sejumlah titik di ibu kota banjir. Genangan air membuat sejumlah akses transportasi publik lumpuh, serta sarana perkantoran dan pusat perbelanjaan juga terendam air. Kepala Sub Bidang Informasi Meteorologi BMKG Hary T. Djatmiko menuturkan, Februari adalah masa puncak curah hujan. “Lebih detailnya puncak hujan itu terjadi antara pertengahan Januari hingga pertengahan Februari,” katanya di Jakarta kemarin. Sehingga dalam beberapa hari ke depan, Jakarta dan sekitarnya masih akan diguyur hujan. Hary menjelaskan curah hujan yang tinggi diperkirakan akan kembali mengguyur Jakarta malam tadi. Kiriman air hujan dari Bendung Katulampa Bogor juga diperkirakan baru masuk Jakarta dini hari tadi. Sekitar pukul 20.00 WIB tadi malam, debit air di bendung Katulampa masuk kategori siaga IV. Kondisi ini mengindikasikan banjir di Jakarta kemarin lebih disebabkan tingginya curah hujan. Dari data prakiraan cuaca harian BMKG, hari ini (10/2) hujan dengan intensitas ringan hingga sedang masih berpotensi mengguyur seluruh wilayah Jakarta. Hary mengatakan, salah satu tanda puncak hujan adalah, intensitas hujan yang turun tidak terlalu lebat. Tetapi hujan turun dalam durasi waktu yang lama dan hampir terjadi setiap hari. Di antara dampak banjir di Jakarta kemarin adalah terganggunya KRL. Stasiun Tanah Abang kemarin tergenang banjir. Sehingga akses KRL dari arah Serpong menuju Tanah Abang terganggu. Di antara dampaknya adalah, durasi KRL berhenti di setiap stasiun menuju Tanah Abang cukup lama. “Berhenti di setiap stasiun lumayan lama, sekitar 10 menit setiap stasiun,” kata Tri Wahyuni, salah satu karyawan swasta yang tinggal di daerah Ciputat, Tangerang Selatan. Rangkaian KRL harus berhenti cukup lama di setiap stasiun, karena menunggu kereta di depannya yang tersendat masuk ke stasiun Tanah Abang. Akses KRL dari arah Bogor menuju Tanah Abang juga terganggu. KRL dari arah Bogor terpaksa berhenti sampai di stasiun Manggarai. KRL tidak bisa melaju hingga Tanah Abang, karena ada genangan air sampai kemarin petang. Sementara itu, Kepala Pusat Data dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, saat ini genangan air di Jakarta sudah mulai berkurang. Pada pukul 18.00 WIB, genangan di DKI Jakarta tercatat mencapai 81 titik genangan. Itu terdiri dari tujuh titik di Jakarta Pusat; delapan titik di Jakarta Timur; 26 titik di Jakarta Utara; 19 titik di Jakarta Barat; dan 21 titik di Jakarta Selatan. “Genangan tertinggi ada di wilayah Duri Kosambi, Jakarta Barat. Ketinggiannya mencapai 1 meter. Lalu, genangan setinggi 70 centimeter (cm) terlihat di wilayah lain seperti Mangga Dua dan Pluit,” ujarnya. Titik-titik genangan yang ada, lanjut dia, mulai berangsur surut. Pasalnya, pihaknya telah mencatat, 93 titik di Jakarta pada pukul 16.00. Itu terdiri dari 35 titik di Jakarta Pusat; 28 titik di Jakarta Barat; 17 titik di Jakarta Utara; 8 titik di Jakarta Timur; dan 5 titik di Jakarta Selatan. “Untuk data malamnya saya masih belum tahu persis. Tapi, secara umum genangannya sudah mulai berkurang,” jelasnya. Banyaknya banjir di Jakarta Pusat, Barat dan Utara diakui sesuai dengan prediksi asumsi sebaran hujan. Dalam hal ini, Jakarta bagian utara dikatakan punya curah hujan yang cukup tinggi dibanding wilayah selatan. Misalnya, curah hujan di daerah Kemayoran mencapai 177 mm per hari. “Sebenarnya, curah hujan ini terendah dalam tiga tahun terakhir. Tapi, buruknya drainase perkotaan dan kurangnya kawasan resapan air menyebab pasokan air permukaan melimpah. Sehingga, drainase tidak mampu mengatuskan limpasan permukaan,” ungkapnya. Untuk sementara, sebagian besar sistem sungai di Jakarta telah naik Siaga III pada pukul 14.00 Wib, Misalnya, ketinggian air pintu air manggarai yang mencapai 820 cm atau masuk ke tingkat siaga III. Bahkan, pintu air Karet telah mencapai tingkat siaga I dengan ketinggian 650 cm atau tingkat Siaga I. “Kondisi ini menyebabkan daerah-daeah bantaran sungai akan terendam banjir. Misalnya, masyarakat di sekitar bantaran Sungai Ciliwung seperti Kampung Pulo, Gang Arus, dan Pengadegan,” terangnya. (bae-mg/jppn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: