Aneh, Gaji Pegawai BPSK Mendadak Cair

Aneh, Gaji Pegawai BPSK Mendadak Cair

KUNINGAN - Setelah diberitakan gaji 14 pegawai Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kuningan belum dibayar selama dua bulan, kemarin (11/2) mendadak anggaran Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kuningan langsung dicairkan. “Sebenarnya, kalau laporan keuangan tahun 2014 beres lebih cepat, maka anggaran untuk BPSK sudah cair lebih awal. Terlambatnya pencairan juga kan harus ada pemeriksaan terhadap RKA (rencana kerja anggaran) untuk BPSK,” ucap Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kuningan, Apang Suparman MSi kepada Radar. Diterangkannya, dengan cairnya anggaran untuk BPSK, maka permasalah keterlambatan gaji bisa dibayarkan. Apang menyebut, anggaran untuk SKPD yang lain juga bisa dicairkan asal beres pengajuan RKA. Terpisah, Kepala Disperindag Kuningan, Agus Sadeli MPd melalui Kabid Perdagangan Erwin Irawan SE mengatakan, sebenarnya gaji 14 pegawai BPSK sudah dibayarkan dan menggunakan dana talangan. Kesepakatan untuk mencari dana talangan disetujui oleh Ketua BPSK, Acep Sutisna SH. “Masalah ini sebenarnya sudah dibicarakan sejak awal karena menunggu anggaran APBD cair. Mereka setuju mencari dana talangan dan Pak Acep yang menyediakan dana talangan itu. Kami kira permasalahan itu beres, eh... mereka mengaku belum digaji. Apakah menggunakan dana talangan itu bukan gaji?”  tanya Erwin. Dia membenarkan, dana anggaran untuk BPSK sudah cair Rabu (11/2) sebesar Rp200 juta. Dana sebesar itu untuk gaji dan biaya operasional yang dibagi dalam empat triwulan atau masing-masing Rp50 juta. Pihaknya kemarin langsung bertemu dengan BPSK setelah pencairan. Dana yang dialokasikan itu dinilai sudah cukup untuk menutupi gaji dan biaya operasional selama setahun. Sementara itu, Acep Sutisna mengakui kalau dana sudah cair Rp200 juta. Namun, dana sebesar itu dinilai masih kurang dari kebutuhan. Sebab, pada awal pengajuaan totalnya adalah Rp400 juta. “Ajuan yang kita berikan Rp400 juta, berikut untuk pengadaan sarana dan prasaran seperti komputer. Untuk computer, kita hanya punya satu. Padahal idealnya harus ada tiga. Kemudian, untuk biaya operasional pun sangat kecil kalau dengan angka Rp200 juta karena dalam menyelesaikan permasalahan tidak bisa satu kali beres,” ucapnya. Acep mengatakan, dengan kondisi seperti ini mau tidak mau harus mengencangkan ikat pinggang karena dalam empat bulan dana harus cukup Rp50 juta. Meski berat, tapi harus dijalani. “Di luar gaji tentu membayar listrik dan hal lainnya,” ujarnya. (mus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: