Ciayumajakuning Waspada!

Ciayumajakuning Waspada!

Musim hujan saatnya waspada. Tidak hanya Jakarta yang kini siaga karena dilanda banjir, tapi Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan (Ciayumajakuning) juga perlu waspada. Banjir mulai merendam sejumlah daerah di wilayah ini. Ada juga jembatan patah, perahu terbalik di Sungai Cimanuk, hingga hilangnya nelayan yang hingga kini belum ditemukan. TRAGEDI terbaru terjadi di jembatan tambang Desa Bangodua, Blok Pulocangak, Kecamatan Bangodua, Kabupaten Indramayu, Jumat (13/2). Sekitar pukul 07.00, sebuah perahu tambangan sarat penumpang tiba-tiba terbalik menjelang sampai di tepian. Akibatnya seisi perahu tercebur ke dalam Sungai Cimanuk, baik para penumpang dan awak perahu, serta belasan sepeda motor. Dalam kondisi panik dan shock, para penumpang pun berupaya menyelamatkan diri. Ada yang bergelantungan di tambang, dan sebagian menyelamatkan diri dengan cara berenang ke tepian. Beruntung insiden tersebut diketahui oleh warga sekitar yang langsung datang untuk memberikan pertolongan. “Pagi itu memang perahu penuh oleh penumpang yang mau berangkat kerja dan sekolah. Saya juga kaget, pas datang ke lokasi melihat ada seorang wanita yang tersangkut di bambu tepi kali, dan ternyata merupakan penumpang perahu yang terbalik,” tutur Sariman, Ketua RT 11/05 Blok Pulocangak Desa Bangodua. Sariman mengungkapkan, meskipun perahu yang terbalik langsung terbawa derasnya arus Sungai Cimanuk, namun beruntung seluruh penumpang selamat. Hanya saja, belasan sepeda motor yang juga ada di perahu ikut hanyut ditelan derasnya Sungai Cimanuk. Menurut penuturan salah seorang penumpang, Rohendi (34), saat itu perahu penuh dengan penumpang yang sebagian besar adalah pelajar. Warga Desa/Kecamatan Tukdana ini mengaku tidak tahu persis penyebab perahu tenggelam. Tiba-tiba saja bagian belakang perahu hanyut dan langsung terbalik. “Saat itu sebenarnya perahu sudah hampir sampai. Tapi tiba-tiba hanyut pada bagian belakang, lalu memutar dan terbalik,” tutur Rohendi, yang berhasil menyelamatkan diri dan ikut menolong sejumlah korban. Sementara menurut Rasmidi, penarik perahu, dirinya sudah puluhan tahun menekuni usaha perahu tambang dan baru kali ini mengalami kecelakaan. Ia juga tak tahu persis penyebab terbaliknya perahu tambang miliknya. Sejumlah petugas kepolisian, anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) serta dari Badan Penang­gulangan Bencana Daerah (BPBD) langsung datang ke lokasi guna melakukan penyisiran di sepanjang sungai. Mereka akhirnya berhasil menemukan bangkai perahu yang terbalik di wilayah Jatibarang atau sekitar lima kilometer dari lokasi kejadian. Belum ada tanda-tanda kalau ada penumpang yang tenggelam. Sejumlah anggota Basarnas juga terlihat di lokasi kejadian. “Bangkai perahu yang terbalik berhasil ditemukan di Jatibarang. Sementara untuk jumlah penumpang masih terus kami data, karena memang tidak ada data penumpang dan ini sangat menyulitkan. Mudah-mudahan saja tidak ada korban jiwa,” kata Kapolres Indramayu, AKBP Wijonarko yang langsung turun ke lokasi kejadian. Kapolres menjelaskan, berdasarkan data sementara ada 15 orang penumpang yang selamat. Sementara 12 unit sepeda motor terbawa arus. Kapolres juga meminta kepada warga sekitar yang merasa kehilangan anggota keluarganya, agar melapor ke posko bencana yang yang ada di lokasi kejadian. Ditanya mengenai penyebab terbaliknya perahu tambangan tersebut, kapolres mengaku masih melakukan penyelidikan. Meskipun demikian, dugaan sementara akibat perahu mengalami overload (kelebihan muatan). Karena selain membawa penumpang perahu juga membawa sepeda motor milik para penumpang tersebut. “Kita akan lakukan pemeriksaan terhadap awak perahu dan juga para penumpang yang selamat,” ujarnya. CIREBON BANJIR Sementara itu, puluhan hektare sawah dan ruas jalan di Desa Bayalangu Kidul, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, tergenang air karena guyuran hujan yang lebat selama empat jam. Akibatnya, terlihat puluhan roda dua dan empat kesulitan melewati jalan utama menuju Balai Desa Bayalangu. Tidak sedikit kendaraan roda dua yang memaksakan diri menerabas jalur tersebut berhenti di tengah jalan. Karena air yang menggenangi jalan masuk ke mesin sepeda motor. Dengan terpaksa sepeda motornya harus didorong hingga ke tempat yang tidak tergenang air. Fathullah (37) warga Desa/Kecamatan Arjawinangun, terpaksa harus mendorong sepeda motornya, lantaran mogok setelah menerobos jalan yang digenangi air. “Hujan jalannya banjir, tidak hujan masih saja tetap banjir. Airnya sudah hitam dan bau kalau melewatinya. Harus waspada tingkat tinggi. Ini air luapan dari sawah yang digenangi air, mungkin ini karena saluran pembuangan airnya tidak beres. Jadi airnya keluar ke jalan. Kalo seperti ini terus kita akan kerepotan saat melintasinya,” ujarnya sambil membetulkan sepeda motornya, Jumat (13/2). Hal senada dialami Sugito. Menurut warga Desa Bayalanggu ini kondisi jalan tergenang air sudah menjadi langganan saat hujan deras. Karena luapan dari sawah yang banjir. “Kami berharap pemerintah segera mengatasi permasalahan ini. Setiap kali hujan deras, sawah masyarakat menjadi seperti lautan. Jalan pun cepat rusak kalau digenangi air hujan terus-menerus,” ujarnya. Dengan kondisi jalan tersebut, tidak sedikit pengguna kendaraan roda dua yang putar arah karena khawatir macet. “Daripada motor saya mogok dan kotor, mending saya putar arah dan menunggu air itu surut,” ujar Asep salah satu pengguna sepda motor yang balik arah. SISWA DILIBURKAN Selain sawah dan jalan, banjir juga menggenangi gedung Sekolah Dasar Negri (SDN) 1 Bayalanggu Kidul. Karena seluruh ruangan sekolah terendam bajir yang mencapai betis orang dewasa, para siswanya terpaksa diliburkan. Para siswanya hanya melakukan kerjabakti untuk membersihkan air yang berada di dalam ruangan. Pantauan Radar, kondisinya masih tergenang meski sudah mulai menyurut. Tidak sedikit peralatan belajar mengajar di ruangan sekolah tersebut basah dan rusak. Bahkan ada beberapa buku yang tidak bisa digunakan. Seorang pengurus SDN 1 Bayalanggu Kidul, Hadiman, mengatakan, tergenangnya sekolah karena diguyur hujan deras semalaman. “Kebanjiran ini setiap musim hujan saat diguyur hujan deras sekolah ini menjadi langganan banjir. Karena posisi bangunan sekolah yang sangat datar dengan tanah, sehingga air hujan dengan mudah naik kelantai sekolah,” ujarnya. Hadiman berharap dinas pendidikan meninjau bangunan SDN 1 Bayalangu yang kerap menjadi langganan banjir pada saat hujan deras turun. “Ya meskipun saya di sini hanya penjaga, tapi saya pun memiliki tanggung jawab terhadap bangunan ini. Jadi berharap kepada pemerintah menjadi hak saya, sebagai masyarakat kecil. Kasihan anak-anak ketika hendak belajar, ruangannya kebanjiran,” harapnya. JEMBATAN PATAH Sementara itu, jembatan Kaligawe yang ambruk Kamis malam (12/2) mengganggu rutinitas warga, termasuk dunia pendidikan. Warga yang terisolasi khawatirkan adanya kenaikan harga sembako yang signifikan di warung-warung di daerah terisolasi, terutama harga elpiji 3 kg. Kepala SMPN 2 Susukanlebak, Drs Didin Jaenudin, mengatakan ada sekitar 60 siswa yang tinggal di daerah terisolasi karena jembatan roboh tersebut. “Kalau ada yang gak masuk sekolah, kami maklumkan karena kondisinya seperti ini. Yang sekolah pun berangkat kesiangan karena mereka harus memutar jauh untuk menuju sekolah,” ujar Didin. Didin berharap Pemkab Cirebon secepatnya membuat jembatan darurat, tentunya agar para siswa bisa kembali bersekolah. Namun jika pembangunan jembatan darurat memakan waktu lama, maka pihaknya siap mensiasati dengan memberikan angkutan khusus bagi para siswa. “Kalau masih lama bangun jembatan, kita siap adakan angkutan khusus untuk para siswa. Jadi nanti angkutan khusus itu tunggu siswa di jembatan gantung Blender sebagai jalur alternatif, lalu dibawa menuju SMP 2 Susukanlebak,” ujar Didin. Sementara Kuwu Kaligawe, Entis Sutisna, mengaku khawatir jika ada kenaikkan harga sembako di daerah terisolasi. “Kami khawatir ada kenaikan harga warung yang drastis menyusul ambruknya jembatan. Harga-harga di warung melonjak tajam, itu yang kami khawatirkan. Meskipun saat ini harga masih normal,” ujar Entis. Sedangkan Kuwu Kaligawe Wetan, Asikin, mengatakan ada dua jalur alternatif agar warga bisa keluar dari Kaligawe. “Ada dua jalur alternatif, tapi dua-duanya ini sama-sama jauh. Untuk yang terdekat saja itu jaraknya 12 kilometer, yaitu dengan menyebrangi jembatan gantung yang ada di Desa Blender, Kecamatan Karangwareng. Di situ juga jembatan bisa berbahaya, karena itu jembatan gantung dan kecil. Hanya bisa dilewati satu sepeda motor,” ujar Asikin. Menurut Asikin, jalur alternatif kedua yaitu dengan melewati Desa Sedong Kidul, Kecamatan Sedong. “Ini mungkin jalan alternatif yang lebih jauh, tapi tidak lewat jembatan jauh lebih aman ketimbang yang tadi, yaitu melintasi Desa Sedong Kidul, jaraknya lebih dari 15 kilometer. Melintasi hutan, mungkin yang punya mobil bisa melintasi Sedong Kidul dengan jarak yang lumayan jauh,” kata Asikin. Sementara Ketua Asosiasi BPD Kecamatan Susukanlebak, Abdul Rozak, mengatakan Pemkab Cirebon harus bertanggung jawab terhadap ambruknya jembatan Kaligawe. “Saya sesalkan, ini salah pemerintah. Karena pemerintah dari dulu sampai sekarang belum pernah bikin jembatan untuk warga Kaligawe, yang ada hanya renovasi,” kritiknya. Jembatan yang sekarang ambruk, kata Abdul Rozak, bukan buatan pemerintah, tapi milik pabrik gula yang dibangun pada masa Belanda. “Coba kalau dulu pemerintah bikin jembatan, kalau jembatan ini ambruk kaya sekarang warga tidak usah khawatir karena ada jembatan lagi. Sedangkan ini hanya jembatan satu-satunya,” sesal Rozak. Radar mencoba memantau jalur alternatif melalui jembatan gantung di Desa Blender. Di jembatan gantung yang juga merupakan bangunan zaman Belanda ini lumayan mengalami kepadatan sepeda motor yang akan menyebrang ke Kaligawe. Karena terlalu padat, jembatan gantung ini dijaga oleh para pemuda untuk mengatur dan mengamankan lalu lalang sepeda motor. Salah seorang pemuda, Nana, mengatakan dirinya bersama pemuda lainnya berinisiatif mengatur arus lalu lalang sepeda motor yang melintasi jembatan gantung. “Sejak jembatan Kaligawe roboh, banyak sekali motor yang lewat jembatan gantung ini. Makanya kalau nggak diatur bisa berbahaya. Kami inisiatif mengatur lalu lalang motor,” ujar Nana. Warga Kaligawe, Iis, mengaku terpaksa melintasi jembatan gantung yang lebih jauh jaraknya serta berbahaya karena jembatan Kaligawe terputus. “Ya mau lewat mana lagi. Lewat Sedong jauh, ya lewat sini saja. Yang penting hati-hati saja,” ujar Iis. (oet/arn/den)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: