Distanbunakhut Minta Awasi Kios-kios
Selain Satureskrim Polres Cirebon, distanbunakhut juga melakukan inspeksi mendadak (sidak) di sejumlah kios pupuk di Desa Bayalangu, Kecamatan Gegesik, Sabtu (14/2). Hal tersebut menyusul beredarnya pupuk palsu di wilayah Kecamatan Gegesik baru-baru ini. Distanbunakhut menggelar sidak bersama Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3) dan anggota Koramil dan Polsek Gegesik. Petugas gabungan tersebut langsung mengamankan kios-kios yang terbukti menjual pupuk yang diduga palsu dan obat-obatan pertanian yang dilarang beredar. Sekretaris Dinas Pertanian Muhiddin meminta KP3 untuk bekerja keras memantau kios-kios agar tidak bertambah banyak lagi petani yang dirugikan karena peredaran pupuk maupun obat pestisida yang melanggar ketentuan dan peraturan. “Tugas KP3 yang ada di desa sekarang sudah ada babinsa dari koramil, sehingga mereka juga bisa mengawasi peredaran-peredaran pupuk maupun obat pestisida itu. Dan kalau terbukti menjual itu boleh mengamankan barang tersebut agar tidak bisa dijual kepada para petani. Karena jelas akan merugikan petani,” katanya. Ia menambahkan, kios-kios resmi pun dilarang keras menjual obat-obatan yang mengandung Endosulfan. Karena obat pertanian itu sudah tidak boleh beredar sejak tahun 2011 lalu. Namun saat sidak kemarin, pihaknya masih menemuklan obat-obatan tersebut. “Kalau sanksi untuk tindak pidana biar urusan kepolisian. Tetapi sanksi administrasinya kalau kita melihat masih menjual pupuk palsu dan obat-obatan itu kita tidak segan untuk mencabut izinya kios itu. Saat ini kita hanya mengamankan barangnya dulu, agar tidak dijual karena bisa merugikan petani,” ungkapnya. Sementara pemilik kios di Bayalangu Kidul, yang kedapatan menjual pupuk palsu dan obat-obatan yang sudah dilarang beredar, mengaku tidak tahu menahu jika hal tersebut dilarang. “Sebenarnya kios ini milik adik saya. Kebetulan adik saya sedang berada di kota, jadi saya tidak mengetahui persis barang-barang ini. Sepengetahuan saya, semua barang-barang yang diduga palsu hanya titipan, Mas. Karena petani di sini juga sudah pintar tidak mau membeli barang itu. Karena berbeda dengan yang aslinya,” kata Yani. (arn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: