Training Mindset Pembelajaran

Training Mindset Pembelajaran

VIDEO kekerasan terhadap siswi SD oleh teman-temannya kembali beredar di media sosial (9/2/2015). Sebuah grup di Facebook, “Meme Indonesia”, mem-posting sebuah video berisi siswi SD di-bully oleh teman-teman lelakinya. Cerita duka yang datang dari anak-anak didik kita selalu menghiasi media. Aneka bully, pencabulan, dan hingga jatuh korban di dalam kelas menjadi peringatan yang jelas bagi para guru untuk terus meningkatkan fungsi dan perannya (kualitas personal dan metode mengajarnya) sebagai tenaga pendidik. Hal ini tentu menjadi sangat ironis karena kejadian ini bertepatan dengan betapa pemerintah sedang begitu gandrungnya memperhatikan kesejahteraan guru. Meningkatkan kualitas pendidikan memang titik kunci kemajuan bangsa. Tanpa pendidikan yang sistematis dan berkualitas tidak akan ada masa depan yang baik. Namun, jalan menuju itu masih berkelok karena masih banyak ditemukan di sana-sini kualitas guru yang perlu ditingkatkan. Salah satu media untuk mengantarkan pada cita-cita itu adalah Training Mindset Pembelajaran dengan menggunakan metode menebar energi positif (MEP). Lewat Training ini ditargetkan semua pihak yang terlibat dalam skope pendidikan bisa ikut memahami keharusan sebuah kualitas pendidikan. Metode MEP ini sendiri sudah digelar di pelosok tanah air dan diikuti kurang lebih 50.000, Kepala Madrasah/Sekolah dan Guru. Mereka sudah merasakan manfaat positif dari Training MEP ini. Teori baru yang dikembangkan oleh Yusron Aminullah ini pada intinya menggarap pada: penyamaan frekwensi sebagai pendidik, bukan hanya pengajar, belajar memetakan pikiran, mengembangkkan energi positif, mendesain guru yang berkarakter, menggali makna sebuah kata, memotivasi guru agar kreatif dan inovatif, melatih dan mengembangkan imajinasi, memahami sebuah perubahan sehingga tidak canggung dalam mengajar, tidak gaptek dan berlatih untuk menjadikan pikiran sebagai panglima. Adapun, tujuan dan target training mindset pembelajaran ini adalah untuk,: mengajak para guru menilai dirinya sendiri dengan ragam metode pelatihan. Apakah sudah benar sikap hidupnya sebagai guru sehingga murid dengan sendirinya bisa menggugu dan meniru? Apakah sudah benar metode mengajarnya sehingga murid pun merasa nyaman ketika di kelas? Mengubah mindset cara berfikir, bertindak dan berucap pada para guru, sehingga menjadi lebih baik dari kemarin. Pelatihan adalah wajib bagi guru yang mau berubah menjadi lebih baik, Ibarat HP kalau tidak pernah di-charge akan lemah dan bahkan mati, demikian juga guru wajib di-charge semangat dan motivasinya, agar fresh kembali. Tujuan berikunya adalah: menemukan bersama beragam metode pengajaran baru, memahami kelebihan anak didik, mengaktualkan potensi anak didik lewat perubahan gelombang otak sehingga otaknya tidak ‘miring’ yang pada gilirannya membahayakan diri dan teman kelasnya, memacu kreativitas dan inovasi guru, membangun integritas diri seorang guru, memahami karakter dan menemukan pola hubungan yang ideal antara murid yang moderen dengan guru yang tidak kalah moderen. Perlu menjadi kesepahaman bersama bahwa: zaman guru berbeda dengan zaman muridnya, dizaman sekarang bukan mustahil, misalnya murid mempunyai kelebihan disisi teknologi informasi dibanding dengan gurunya. Namun, guru memiliki kekuatan, pemahaman dan kematangan dibanding murid dalam melihat sesuatu. Nah, ketika dua kelebihan ini dapat dikawinkan bisa menjadi sebuah potensi yang bisa dikembangkan. Sayang, kadang ada guru yang tidak mau mengubah diri, mereka merasa benar sendiri, merasa paling bisa, meskipun lebih banyak guru yang memang masih mau belajar, tetap semangat untuk memahami keadaan zaman. Sadar akan pentingnya kegiatan ini sebuah training akan digelar oleh Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas) Kemenag Kabupaten Indramayu di pertengahan Februari ini. Tentu, kegiatan ini teramat penting untuk diikuti oleh para guru dan kepala sekolahnya, terlebih bagi para guru yang sudah mendapatkan TPP (Tunjangan Profesi Pendidikan). Sejatinya, tunjangan itu wajib disisihkan untuk meningkatkan kapasitas diri seorang guru, baik dari personal maupun kematangannya dalam mengajar, karena pemerintah berancang-ancang akan menunda bahkan akan menstop dana TPP kalau tidak ada peningkatan kualitas guru. Peningkatan kualitas seorang guru adalah sebanding lurus dengan peningkatan kualitas murid, sehingga dikemudian hari tidak ditemukan lagi perilaku-perilaku murid yang menyimpang seperti diceritakan di atas. Besar harapan masa depan anak bangsa ditangan para guru yang kreatif-inovatif dan solutif terhadap perkembangan zaman, dan kita yakin bahwa Tuhan tidak akan merubah pola pikir anak bangsa selagi tidak ada upaya kearah itu. Semoga kita semuadapat mengambil bagian kearah perubahan yang lebih baik itu, Amin. (*) *Penulis adalah pengawas KPRI Warda Kabupaten Indramayu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: