Banjir, Presiden Zardari Ngelencer

Banjir, Presiden Zardari Ngelencer

MAJUKY FAQIRABAD - Sudah sepekan berlalu, banjir di Pakistan belum surut. Sedikitnya 3,2 juta warga harus menanggung dampak air bah terparah dalam delapan dekade terakhir itu. Tak kunjung meratanya distribusi bantuan hingga kemarin (3/8) membuat korban banjir berang. Apalagi, Presiden Asif Ali Zardari tidak berada di tempat. “Seharusnya, Zardari berkunjung ke lokasi-lokasi bencana dan mengambil langkah nyata untuk membantu kami yang telantar ini. Tidak malah jalan-jalan ke Prancis dan Inggris,” keluh Sher Khan, pria 40 tahun dari Desa Majuky Faqirabad yang selamat dari banjir, seperti dikutip Agence France-Presse. Komplain senada dilontarkan korban banjir yang lain. Mulai Senin lalu (2/8), Zardari melakukan kunjungan kenegaraan ke dua negara Eropa, Prancis dan Inggris. Konon, dua lawatan penting itu bertujuan untuk meluruskan pandangan dua negara sekutu Amerika Serikat (AS) tersebut tentang posisi pemerintah Pakistan dalam perang antiteror. Islamabad menganggap lawatan itu penting karena Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron sempat menuding pemerintah Pakistan berada di balik teror para militan. Terutama Taliban. Namun, agenda yang dari sisi politik dianggap penting itu menuai reaksi negatif dari masyarakat Pakistan. Khususnya oleh sekitar 3,2 juta warga yang harus menanggung dampak banjir. “Kami sudah terisolasi selama lima hari. Militer dan pemerintah setempat berjanji menerbangkan kami ke Kota Peshawar. Tapi, semua tidak pernah terjadi,” ujar Muhammad Tariq, guru berusia 37 tahun dari Distrik Bahrain. Ratusan ribu warga yang kehilangan tempat tinggal itu terpaksa bermalam di tepi-tepi jalan raya atau di median jalan. Sebab, hanya tempat-tempat itulah yang relatif tinggi dan bebas dari genangan air dengan perlindungan seadanya sambil mendekap barang-barang berharga mereka yang luput dari terjangan banjir karena khawatir dijarah. Kemarin, pemerintah Provinsi Khyber Pakhtunkwa melaporkan bahwa korban tewas di wilayah mereka mencapai 1.500 orang. Tapi, UNICEF menyebut korban tewas di provinsi paling barat laut Pakistan itu hanya berkisar 1.400 orang. Jumlah korban dipastikan terus bertambah. Mengingat, jumlah korban selamat yang kini terjangkit kolera juga tidak sedikit. “Menyediakan air bersih dan sanitasi yang baik menjadi prioritas kami sekarang. Kami tidak ingin masyarakat yang sedang susah semakin nelangsa karena mewabahnya penyakit (kolera),” terang Ateeb Siddiqui, direktur pelaksana Organisasi Bulan Sabit Merah Pakistan (semacam Palang Merah). Sayangnya, akses ke lokasi bencana masih terputus dan hujan deras terus mengguyur beberapa wilayah Pakistan. Bersamaan dengan itu, Martin Mogwanja, koordinator bantuan kemanusiaan PBB untuk Pakistan, memetakan wilayah bencana dengan para pejabat pemerintah. Mereka berharap bisa memberikan bantuan secara tepat dengan memprioritaskan wilayah-wilayah yang memang paling membutuhkan. “Masyarakat internasional sudah siap membantu Pakistan. Tapi, mereka menunggu rencana nyata lembaga-lembaga kemanusiaan,” ungkap Mogwanja seperti dikutip Associated Press. (hep/c5/dos)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: