Masih Bisa Melambung Hingga April

Masih Bisa Melambung Hingga April

Baru Pemkot Cirebon dan Pemkab Kuningan yang Mengajukan Operasi Pasar CIREBON- Kenaikan harga beras diprediksi bakal terus bertahan hingga bulan April. Pada bulan itu, bertepatan dengan mulainya masa panen. Jika itu (panen) sudah terjadi, maka harga beras diperkirakan bisa kembali ke posisi normal. Di sejumlah pasar di Cirebon, kemarin, harga beras masih tetap tinggi. Harga beras tertinggi kini mencapai Rp13.000/kg. Harga ini untuk kualitas beras premium. Salah satu pedagang beras di Pasar Pagi, Kota Cirebon, Hj Lili, mengaku kenaikan harga beras tak seperti biasanya. “Memang awal tahun itu selalu naik, tapi ini yang paling tinggi naiknya,” ungkap Hj Lili. Dia mengatakan, kenaikan harga beras disebabkan karena gabah di tingkat petani sudah kosong. “Nanti juga sebenarnya turun lagi, kalau sudah mulai musim panen,” ucapnya. Di lain sisi, dengan naiknya harga beras, para pedagang beras mengaku kecipratan untung besar. Hj Lil tak bisa memungkiri mendapatkan untung dengan naiknya harga beras. Terlebih sebagai agen beras, dia mempunyai stok beras yang cukup untuk dijual. “Ya disyukuri saja, yang punya stok pasti untung. Tapi sekarang stok juga sudah mulai habis,” ujarnya. Jika ia biasa mendapat stok dari Cirebon dan Indramayu, kini mulai mendatangkan beras dari Jawa Tengah. Hal senada dikatakan H Wahab, pedagang beras di Pasar Kanoman. Menurutnya, cuaca hujan di bulan Januari dan Februari membuat petani tidak bisa menjemur gabah. Hal ini membuat stok di petani habis semua. “Nanti di bulan keempat sudah ada panen raya dengan sendirinya juga harga bakal turun,” kata dia. Sementara itu, Nurudin, pedagang beras di Pasar Kalitanjung mengatakan meski harga beras naik, namun tingkat penjualan beras stabil. “Ya gimana lagi beras kan sudah jadi kebutuhan pokok, jadi walaupun mahal tetap saja dibeli. Soalnya sudah umum sih, walaupun memang penurunannya ada,” ujarnya. Nurudin menyebutkan pihak­nya dalam beberapa bulan terakhir kesulitan dalam men­dapatkan beras. Beberapa jenis beras yang biasa dijual di kios­nya tidak dikirim. Terutama un­tuk jenis beras Rojolele, IR dan Pan­danwangi. “Itu sudah satu bulan gak jual di sini,” akunya. Sementara Kepala Bulog Sub Divre Cirebon, Miftahul Ulum, berpendapat tingginya harga beras di pasar karena musim panen belum tiba. “Kalau spekulan saya rasa di Cirebon tidak ada, mereka hanya mengikuti saja. Ketika harga beras di sejumlah tempat naik, ya mereka jadi ikutan,” ujarnya. Dikatakan dia, sebenarnya stok beras di Bulog sendiri saat ini masih melimpah. Bahkan bisa mencukupi hingga lima bulan ke depan. “Dari tahun ke tahun selalu ada gejolak harga di awal tahun,” ucapnya. Kenaikan harga beras paling tinggi di Cirebon sendiri Rp10.000/kg. Tentunya harga yang mencapai Rp13.000 bisa menjadi rekor harga beras di Cirebon. Disebutkan dia, penyaluran raskin bisa meredam gejolak harga. Saat ini di Kabupaten Kuningan dan Majalengka penyaluran raskin sudah 100 persen. Sehingga gejolak harga tidak begitu signifikan dirasakan oleh masyarakat. Berbeda dengan kondisi di Kota/Kabupaten Cirebon yang belum menyalurkan raskin secara keseluruhan. “Kota dan Kabupaten Cirebon penyalurannya baru untuk bulan Januari saja,” ucapnya. Harga beras yang tinggi ini juga masih terjadi di sejumlah pasar di Kabupaten Cirebon. Pantauan Radar di Pasar Sumber, beras jenis Rojolele kualitas super menyentuh harga Rp14 ribu per kg. Padahal sebelumnya, beras jenis tersebut dijual di harga Rp11 atau Rp12 ribu. Seorang pedagang pasar, Abdulrohim, mengatakan, beberapa hari ke belakang harga beras mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Untuk beras jenis Cianjur, kini dibanderol hingga harga Rp13 ribu. Padahal sebelumnya beras tersebut dibanderol di kisaran Rp11 ribu. “Untuk beras jenis Rojolele yang biasa itu sekitar Rp9 ribu,” ujarnya. Tidak hanya harga beras, namun para pedagang juga tak bisa membeli beras dari skala besar. Bila sebelumnya Abdulrohim kerap memesan beras hingga 1 ton, kini dirinya hanya bisa mendapatkan 4 hingga 5 kuintal. Diduga, kata dia, cadangan beras di pemasok tidak mencukupi kebutuhan pasar. “Sekarang pesan 1 ton, paling dikirim hanya 4-5 kuintal,” tuturnya. Sementara di Pasar Plered, kenaikan harga beras juga terjadi. Salah seorang pedagang beras, Anjani, mengatakan, untuk beras kualitas medium yang dijualnya kini menyentuh sekitar Rp11 ribu. Padahal sebelumnya, beras tersebut hanya dibanderol Rp10 ribu. “Itu juga dijual Rp11 ribu saya ambil untungnya tidak banyak. Yang penting ada untung saja. Habis kalau terlalu tinggi juga kasian pembeli,” lanjutnya. Dikatakannya, kenaikan beras ini juga kerap kali dikeluhkan pembeli. Namun saat ditanya penyebab kenaikan, Anjani mengaku tidak mengetahuinya. Namun Anjani mengatakan harga terus merangkak naik sejak ada kenaikan harga BBM. “Memang banyak yang mengeluh. Maka dari itu saya tidak ambil untung banyak,” tuturnya kepada Radar. Senada juga terjadi di Kabupaten Kuningan. Hasil pemantauan yang dilakukan Disperindag Kuningan di lima pasar tradisional di Kuningan, ternyata harga beras mengalami kenaikan. Dari pemeriksaan rutin itu, harga beras menembus Rp10.500 untuk kualitas I (premium) dan Rp9.500 untuk kualitas II atau medium. Kenaikan harga ini dipicu mekanisme pasar karena stok menipis dan permintaan banyak. “Sebenarnya kalau sekarang menjadi Rp11 ribu wajar karena kami memantau ke pasar pada hari Senin lalu karena harga bisa naik dalam hitungan hari,” ucap Kadisperindag Kabupaten Kuningan Agus Sadeli MPd, kemarin (25/2). Agus yang didampingi Kabid Perdagang Erwin Erawan SE menerangkan, kelima pasar yang selama ini menjadi acuan adalah Pasar Kuningan (Pasar Kepuh dan Pasar Baru). Kemudian Pasar Ancaran, Ciawigebang, Cilimus, dan Kramatmulya. Diterangkan, harga beras selama ini tidak dipicu oleh faktor kenaikan harga BBM. Meski BBM naik atau turun, sambung dia, harga beras tidak mengalami perubahan. Harga dipengaruhi oleh kondisi di lapangan. Apabila kosong lanjut dia, maka harga akan naik, tapi kalau masa panen maka harga stabil. Kenaikan harga Rp10.500 ini sudah terjadi ketika mulai masa tanam atau bulan akhir tahun. “Kalau stok banyak maka harga akan turun dan ini merupakan mekanisme pasar,” jelasnya kepada Radar. Terpisah, Kepala Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perikanan (Distanakan) Kuningan Ir Triastami MM menyebutkan, tingginya harga beras karena ada keterlambatan masa tanam akibat perubahan cuaca. Karena masa tanam desember maka panen akan terjadi pada awal Maret. “Kalau disebut krisis beras sih tidak, tapi kalau sekarang masa peceklik iya. Nanti juga normal kembali kok, karena kan mau panen raya,” ucap Triastami. Situsi seperti ini normal terjadi terlebih kalau ada perubahan cuaca. Menurut dia, meski Kuningan surplus gabah 65 ribu ton/tahun. Namun, pada kenyataan beras itu tidak selalu ada di Kabupaten Kuningan. “Kalau sekarang ada beras Demak di Kuningan wajarlah kan beras itu tidak statis di satu titik. Untuk stok saya kira masih ada di Kuningan dan sebentar lagi melimpah,” jelasnya. Sementara Didin pemilik Toko Subur mengaku gerah dengan pernyataan menteri dan juga beberapa kepala daerah yang menyebutkan banyak mafia beras. Padahal, kelangkaan beras ini bukan karena adanya mafia namun memang tidak ada beras. “Kalau kenyataan tidak ada beras jangan mencari kambing hitam. Beras naik karena stok kosong. Kami yang lebih tahu bukan para pemimpin,” tandas pria yang memilki kios di Jl Kepuh, Kabupaten Kuningan. Kejadian serupa juga terjadi di Kabupaten Majalengka. Kenaikan harga beras yang terjadi saat ini berkisar antara Rp2.500 hingga Rp3.500 per kilogram. Pedagang beras di Pasar Cigasong, Teti, mengakui harga jual beras dalam dua minggu terakhir ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan, dan bisa dibilang inilah harga tertinggi sepanjang sejarah untuk komoditi bahan makanan pokok masyarakat. Dia menyebutkan, untuk beras jenis Ir 64 dan Cisadane misalnya, yang semula dijual hanya seharga Rp9.500 per kilogram, kini dijual dengan harga Rp12.000 per kilogram atau naik sebesar Rp2.500 per kilogram. Untuk beras jenis Cianjur yang semula dijual seharga Rp10 ribu per kilogram kini dijual Rp13.000 per kilogram atau naik Rp2.500. Sedangkan, beras pandanwangi yang semula dijual Rp10.500 per kilogram, kini dijual Rp14.000 per kilogram. Menurutnya, penyebab naiknya harga jual ini lantaran naiknya harga beli pasokan barang dari distributor pemasoknya. Sedangkan, kata dia, pemasok berasnya sendiri menaikan harga karena kesulitan mencari atau menebus beras atau gabah simpanan petani, karena rata-rata mereka enggan menjual beras atau gabah, karena masih masa paceklik. “Nggak tahu, dari sananya (pemasoknya) juga naik, jadi kalau kita masih jual harga lama ya rugi. Kata mereka sih nyarinya susah. Rata-rata petani yang punya stok gabah nggak mau ngeluarin, kalaupun mau ngeluarin, harganya juga minta tinggi,” sebutnya, kemarin. Di samping itu, mereka juga mengaku jika sekarang ini para pemasok kesulitan untuk mencari pasokan beras atau gabah. Bisa sampai ke daerah Jawa Tengah seperti daerah Bumiayu, Purwodadi, Purbalingga dan sektiarnya, sehingga ongkosnya pun jadi tambah mahal. “Kalau biasanya nyari pasokan hanya sampai daerah Indramayu, Ciamis atau Banjar, mereka sekarang sampai daerah Jawa (Jawa Tengah). Jadi, ongkosnya mahal sehingga harga jualnya juga dimahalin,” tuturnya. Sementara itu, untuk harga gabah kering giling (GKG) stok hasil panen musim tanam sebelumnya yang masih beredar di para petani, saat ini dijual dengan harga hampir mencapai Rp600.000 per kilogramnya. Jika di waktu panen, harga gabah biasanya bisa turun hingga di bawah Rp500.000. Sementara itu, di saat terus meroketnya harga beras disejumlah daerah, Kepala KUKM Perindag, Drs Agus Permana MP baru merencanakan operasi pasar (OP) di Kabupaten Majalengka. Ditemui di ruang kerjanya, Rabu (25/2), ia mengatakan pihaknya tengah berupaya berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait melambungnya harga komoditas ini. “Kita akan rapatkan dengan bagian ekonomi Setda Majalengka dan mengundang pihak Badan Urusan Logistik (Bulog) gudang Bulog yang ada di Kasokandel. Ini untuk mengambil langkah kedepan saat OP di lapangan,” terangnya. Teknis operasi pasar, pihak KUKM Perindag belum memberikan gambaran apakah akan dilakukan di sejumlah daerah lumbung penghasil padi, atau di empat pasar milik Pemda Majalengka. Rapat koordinasi dengan stakeholder supaya menentukan apakah pelaksanaan OP dinilai perlu atau tidak. Melambungnya harga beras saat ini, pihaknya berpendapat karena pemerintah telah menutup impor beras dari sejumlah daerah. Tentu ini berdampak dengan tingginya harga di sejumlah daerah. Pasalnya, pemerintah tengah berfikir bahwa swasembada pangan di Indonesia harus didorong supaya para petani bisa diuntungkan. “Namun dengan meroketnya harga beras, satu sisi juga dikeluhkan oleh masyarakat. Kita akan mengambil langkah untuk membahas OP karena saat ini belum bisa melangkah mengingat surat keputusan belum kami terima,” imbuhnya. RENCANA OPERASI PASAR Sejauh operasi pasar (OP) khusus beras murah belum dilakukan. Saat ini baru Pemkot Cirebon dan Kabupaten Kuningan yang mengajukan OP ke Badan Urusan Logistik (Bulog) Sub Divre Cirebon. Untuk OP ini, Bulog akan menggunakan beras dengan kualitas yang setara dengan beras untuk warga miskin (raskin). Kepala Bulog Sub Divre Cirebon, Miftahul Ulum, mengatakan pihaknya terbuka kepada pemerintah daerah yang akan menggelar OP Khusus Beras Murah. “Saat ini Pemkot Cirebon sudah melayangkan surat untuk operasi pasar, tinggal kita bahas teknisnya. Sedangkan untuk Kabupaten Kuningan baru tahap koordinasi untuk operasi pasar,” ujar Miftah kepada Radar Cirebon, kemarin. Sementara Kabag Perekonomian Sekretariat Daerah Kabupaten Cirebon, Sudarjo Adam, mengatakan, pemerintah saat ini sedang fokus pada penyaluran raskin. Dikatakannya, penyaluran raskin juga menjadi salah satu solusi untuk bisa menekan harga beras. Untuk saat ini, penyaluran bulan Januari baru rampung. Dan dalam waktu dekat, pihaknya akan menggelontorkan raskin untuk bulan Februari. Sebanyak 176.715 rumah tangga sasaran ini akan mendapatkan raskin. “Sebentar lagi kita distribusi untuk bulan Februari, lalu menyambung ke distribusi Maret. Setelah distribusi raskin di bulan ketiga ini rampung, kita lihat kondisi harga beras,” tuturnya. Bila harga beras masih tidak terkendali baru pihaknya merekomendasikan pada bupati untuk digelar Operasi Pasar Khusus (OPK). Itupun, kata dia, bila hasil monitoring Dinas Perindustrian dan Perdagangan menunjukkan bahwa harga beras terus melonjak. “Nantikan dari kajian itu akan terlihat, daerah mana yang memang harga berasnya terus melonjak. Nanti kalau memang tidak terkendali, baru kita gelar OPK. Titik-titik mananya itu tergantung dari Disperindag,” tukasnya. Hingga saat ini, kata dia, memang ada kenaikan harga beras. Namun, hingga saat ini belum ada kajian dari Disperindag yang menunjukkan bahwa harga beras tidak terkendali. “Kita lihat dampak distribusi raskin. Karena ini masih ada dua pembagian raskin yaitu bulan Februari dan Maret,” tukasnya. (jml/kmg/mus/azs/ono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: