Ribuan Hektare Sawah Belum Digarap
Ada Proyek Irigasi, Distribusi Air Terganggu SUKRA– Ribuan hektare sawah di Kecamatan Sukra belum bisa digarap. Distribusi air yang biasanya mulai masuk setiap Januari, ternyata hingga kini saluran masih kering. Imbasnya, petani di sejumlah desa di Kecamatan Sukra mengalami kekacauan jadwal tanah. Para petani mengeluhkan pekerjaan proyek pembangunan jaringan irigasi yang kini tengah dikerjakan sebuah perusahaan jasa konstruksi. Perusahaan tersebut dinilai kurang memperhatikan dampak pembangunan kepada para petani. “Asal tahu saja, adanya pekerjaan tersebut petani dibuat kesulitan mendapatkan pasokan air. Seharusnya kontraktor memperhatikan ini,” ujar Kuwu Desa Karanglayung, Kecamatan Sukra, H Hasan Bisri Mustofa, kepada Radar, Kamis (26/2). Dikatakan Bisri, pekerjaan proyek itu membuat distribusi air di Saluran Sekunder Sukra dihentikan. Seharusnya pada bulan Januari, areal persawahan sudah teraliri air. Namun, sampai Februari ini pasokan air tersendat. Akibatnya, petani kami belum bisa menggarap sawah. “Itu dikarenakan adanya proyek jaringan irigasi di SS Sukra,” katanya. Pihaknya menyesalkan perusahaan jasa kontruksi yang mengerjakan proyek tersebut dan Perusahaan Jasa Tirta (PJT) II, Seksi Pengairan Patrol. Menurut Bisri, kedua pihak tersebut seharusnya saling berkoordinasi untuk menerapkan jadwal gantian antara pekerjaan proyek dengan kebutuhan petani. “Perusahaan yang mengerjakan proyek itu sepertinya tidak memikirkan para petani. Di samping itu, seksi pengairan juga terkesan diam. Padahal itu merupakan tanggung jawabnya dalam memenuhi kebutuhan air teradap para petani. Dan yang saya sesalkan, justru ada karyawan seksi pengairan sendiri yang di lapangan malah diam saja. Saya curiga, oknum karyawan tersebut ikut bermain proyek,” ungkapnya. Bisri menambahkan, 350 hektare areal persawahan di desanya hingga saat ini belum bisa digarap karena tidak ada air. Kuwu Desa Ujung Gebang, H Kusnato juga mengungkapkan keluhan serupa. Menurut dia, areal persawahan seluas 600 hektare sebagian besar belum digarap. Hingga saat ini, petani masih menunggu pasokan air. Adanya pengerjaan proyek tersebut membuat jadwal tanah kacau balau. Selain Desa Ujung Gebang, kondisi serupa terjadi di Desa Tegaltaman. Sawah di desa tersebut luasnya sekitar 500 hektare belum digarap. “Pada dasarnya kami menyambut baik adanya proyek itu, karena manfaatnya terhadap pertanian sangat besar. Hanya saja, pihak kontraktor jangan memikirkan pekerjaanya saja, tapi petani pun harus dipikirkan juga. Yang kami sesalkan, perusahaan tersebut tidak mau berkoordinasi dengan pemerintahan setempat,” kata Kusnato. (kom)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: