Februari, Diketahui Sudah Geser 15 Cm
TENGGARONG - Penyebab tragedi Jembatan Kartanegara di Tenggarong masih tanda tanya. Beberapa kemungkinan merebak. Selama dua hari ini, Kaltim Post (Grup Radar Cirebon) menelusuri apa yang salah dari konstruksi Golden Gate-nya Kalimantan itu. Ini bermula pada Februari 2011 ketika Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari mendapat kabar bergesernya jembatan sejauh 15 sentimeter. Di Pendopo Odah Etam --rumah dinas bupati Kukar, perihal tersebut disampaikan tukang listrik rumah bupati yang sedang memperbaiki lampu pendopo. Tukang listrik itu, menurut keterangan Rita pada Minggu (27/11) dini hari, juga bekerja sebagai pengganti lampu jembatan. “Saya tahunya begitu,” terang Rita yang masih terlihat lelah karena baru datang dari Jakarta. Bupati yang sedianya menghadiri pernikahan anak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono langsung ke Tenggarong, begitu mendengar kabar runtuhnya jembatan. Ketika memasuki Pekan Nasional Petani, Kontak Petani Nelayan Andalan Ke-13 di Tenggarong pada Juni 2011, Bupati meminta kondisi jembatan dicek lagi. Hasilnya mengejutkan. Rangka jembatan sepanjang 710 meter itu (bentang tengah dan pinggir) turun beberapa sentimeter. Kabel penyangga jembatan gantung yang menjadi kekuatan utama konstruksi juga diketahui longgar. Tak lama, APBD Kukar mengalokasikan Rp3 miliar untuk perbaikan. Pemenang lelang adalah PT Bukaka Teknik Utama sebagai kontraktor pelaksana didampingi konsultan pengawas PT Arista. Pekerjaan pun dimulai November 2011. Tugas kontraktor yaitu menaikkan lantai badan jalan dan mengencangkan kabel penyangganya. Informasi ini diperoleh ketika Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto dan Menko Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono tiba di lokasi musibah, Minggu (27/11) dini hari sekitar pukul 02.15 WITA. Kepada Menteri PU, Kepala Dinas PU Kukar Didi Ramyadi didampingi stafnya menjelaskan, kegiatan perbaikan sejak beberapa hari lalu berupa pemeliharaan jembatan. Dari penjelasan pejabat pelaksana teknis kegiatan kepadanya, kontraktor harus menyetel ulang baut-baut jembatan supaya sesuai dengan ketegangan kabel. Jembatan Kartanegara memiliki dua kabel utama di kiri kanannya. Kabel utama itu menjadi tempat bergantung 38 kabel penyangga berbahan baja (di kiri kanan 19 buah) yang mengikat bentang jembatan. Menurut Didi, sebelum didongkrak, kontraktor harus menyetel peralatan terlebih dahulu. Selama penyetelan, kabel-kabel jembatan tidak dikendurkan dan baut-bautnya belum diganti. “Masih di-setting untuk mengukur kemampuan kabelnya. Kalau sudah dinaikkan baru lalu lintas ditutup. Begitu prosedurnya,” terang dia. Kabel penyangga yang diuji coba kekuatannya adalah di bagian tengah yang paling besar menanggung bobot jembatan. Keterangan ini persis sama dengan yang disampaikan saksi mata. Antrean kendaraan sesaat sebelum jembatan runtuh karena ada perbaikan di tengah jembatan. Waktu itu, sebagian jalur jembatan menjadi satu arah. Keterangan tersebut menjadi masukan Menteri PU yang mengirimkan tim pada Minggu siang untuk menyelidiki penyebab runtuhnya jembatan. “Hingga malam ini, saya belum bisa memberi kesimpulan. Ini kejadian langka dan sejarah dalam dunia konstruksi di Indonesia. Baru kali ini jembatan sebesar di Kukar, runtuh. Kami akan menyelidikinya,” janji Djoko Kirmanto. Kabareskrim Polri Komisaris Jenderal Sutarman mengatakan, pihaknya terus menyelidiki adanya unsur kelalaian yang menyebabkan hilangnya nyawa manusia. “Kami sudah menurunkan sebelas orang dari Bareskrim, enam dari Puslabfor. Kami belum bisa menyimpulkan penyebabnya tetapi ini harus diungkap,” ungkapnya, di lokasi kejadian. Sejak semalam, sudah tujuh orang diperiksa. Mereka dari unsur pekerja, staf Dinas PU Kukar, dan beberapa saksi mata. Sejauh ini, kepolisian masih menunggu evakuasi untuk mengumpulkan bukti-bukti. “Evakuasi masih terkendala secara teknis. Jika perlu, bukti-bukti yang di dalam sungai diambil untuk penyelidikan,” tegas Kabareskrim. Sementara itu, Menko Kesra Agung Laksono menegaskan, harus ada langkah-langkah darurat agar kegiatan ekonomi dan aktivitas masyarakat tidak terganggu. “Membuat pelabuhan penyeberangan supaya anak-anak yang sekolah dan arus barang tetap lancar,” tuturnya. SEJUMLAH TEMUAN Beberapa insinyur sipil berjalan menuju bentang pendek (di sisi Tenggarong) Jembatan Kartanegara, pada Senin siang yang terik, kemarin. Dipimpin Iwan Zarkarsih, kasubdit Teknik Jembatan, Ditjen Bina Marga, Kementerian PU, tim menemukan penggantung kabel penyangga jembatan menancap di tanah, sekitar lima meter dari fondasi jembatan. Kaltim Post sempat mengikuti pemeriksaan oleh tim ini. Penggantung (hanger) kabel penyangga ini panjangnya satu meter, berbahan baja, dan memiliki berat sepuluh kilogram. Sejumlah anggota tim menduga, penggantung yang berfungsi sebagai pengait kabel penyangga pada kabel utama tak mampu menahan beban. Sebab, mur yang menempel di penggantung ditemukan patah. Tim kemudian menyaksikan, dua kabel utama tidak ada yang putus. Ketika naik ke bentang pendekat jembatan, beberapa kabel utama bagian kanan terlepas dari tempatnya. Bahkan, rumah kabel baja itu rusak. Diduga kuat, kabel utama sebelah kanan bergetar sangat hebat ketika kejadian. Di sepanjang kabel utama itu juga tidak satu pun kabel yang mengangkat jembatan tersisa. Semuanya ikut tenggelam bersama bentang panjang. Untuk bentang pendekat (di kedua bagian pinggir), kabel penyangga berserakan di tanah. “Kemungkinan besar kabel-kabelnya yang putus. Sementara kabel ini adalah kekuatan utama konstruksi,” sebut Iwan kepada anggota timnya. Apa yang menyebabkan kabel dan hanger-nya itu tak kuat menahan bentang jembatan, masih diselidiki. “Belum tentu spesifikasi kabel dan penggantungnya yang tidak sesuai. Bisa jadi ada faktor-faktor lain. Ini yang harus diketahui berikutnya,” tutur seorang anggota tim. Dalam diskusi di dalam tim, diduga beberapa kabel yang putus pada awal kejadian. Secara teknis bisa dijelaskan, putusnya satu dari 38 kabel penyangga dapat memberikan efek domino pada kabel lainnya; beban tambahan. Kelebihan tegangan, satu per satu kabel ikut putus. Sejumlah saksi mata yang ditemui Kaltim Post menguatkan skenario itu. Johan Kusuma (22), warga Telukdalam, Tenggarong Seberang yang tinggal sekitar 200 meter dari jembatan mengaku, mendengar suara kabel putus. Kemudian diikuti dentuman dahsyat saat badan jalan berikut rangka jembatan menghantam permukaan Sungai Mahakam. Namun demikian, penyebab mengapa kabel penyangga berikut penggantungnya itu putus dari kabel utama masih misteri. Begitupun pengaruh kegiatan perbaikan jembatan beberapa hari ini. BARU SEPULUH TAHUN Sebelum Kutai dimekarkan menjadi tiga kabupaten (Kutaikartanegara, Kutai Barat, dan Kutai Timur), jembatan ini sudah dicanangkan pembangunannya. Bupati Kutai HAM Sulaiman memulai pembangunan jembatan yang saat itu memerlukan biaya Rp190 miliar. Keterangan yang dihimpun, perlu waktu lama membangun fondasi, memasang pylon yang tingginya sekitar 63 meter, serta jalinan kabel utama dan penyangga. Apalagi, jembatan ini dibangun dengan teknologi tinggi. Baru enam tahun kemudian pada masa Bupati Syaukani Hasan Rais, jembatan ini kelar. Pembangunannya lalu diiringi jalan pendekat serta jalan dua jalur cor beton menuju Samarinda. Berkat itu, perjalanan Samarinda-Tenggarong yang sebelumnya lebih satu jam setengah via Loakulu tinggal menjadi 40 menit. Selama sepuluh tahun, jembatan ini mendapat tiga kali perbaikan. Pada perbaikan ketiga, yakni mendongkrak dan mengencangkan kabel jembatan, petaka itu tiba. Petaka 30 detik di sore 26 November 2011. (fel)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: