Ulang Memori Tahun 2006-2011

Ulang Memori Tahun 2006-2011

Kegagalan Indonesia di All England 2015 BIRMINGHAM - Rapor merah ditorehkan Indonesia pada kejuaraan All England Super Series Premier (SSP) 2015. Tak seperti tahun lalu, ketika Indonesia berbangga diri dengan memenangkan dua titel juara lewat ganda putra Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan dan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, tahun ini, satu-satunya penghibur ialah hasil runner-up yang dicapai Tontowi/Liliyana. Kegagalan tersebut memastikan skuad Merah Putih pulang tanpa membawa sebuah gelar. Rekam jejak ini seakan mengembalikan memori buruk sepanjang 2006-2011 dalam satu dekade terakhir. Pada kurun waktu tersebut (2006-2011, red), tak satupun pemain Indonesia mampu memijak podium kampiun. Baru di 2012, bendera Merah Putih kembali berkibar, menyusul kemenangan Tontowi/Liliyana di partai final. Cerita sukses Tontowi/Liliyana terus berlanjut hingga dua tahun berikutnya. Menjadikan keduanya sebagai pasangan ganda campuran kedua setelah Park Joo Bong/Chung Myung Hee (Korea Selatan) yang sukses memenangi tiga gelar juara beruntun alias three-peat. Namun, di saat perburuan gelar keempat, ganda campuran peringkat empat dunia itu harus bertekuk lutut dari musuh bebuyutan sekaligus ganda campuran peringkat satu dunia asal Tiongkok, Zhang Nan/Zhao Yunlei. Bertemu untuk ketiga kalinya di laga pamungkas All England SSP yang digelar di Barclaycard Arena (dulu National Indoor Arena, red), Birmingham, Inggris, Tontowi/Liliyana kalah straight game dengan skor identik, 10-21, 10-21. “Peak performance kami sepertinya di semifinal kemarin. Hari ini, selain lawan yang main lebih siap, kami juga banyak terbawa permainan mereka. Kami juga banyak tertekan dan melakukan kesalahan sendiri. Ini menjadi pelajaran bagi kami,” tutur Liliyana. “Kami tidak puas dengan hasil ini. Tapi kami sudah berusaha di lapangan. Mereka tampil lebih baik, kami harus mengakui itu. Kami banyak mengambil pelajaran dari game hari ini. Ke depannya banyak yang menjadi target kami,” sambungnya. Kendati gagal mencetak sejarah baru sebagai ganda campuran pertama yang meraih quattrick, secara keseluruhan performa Tontowi/Liliyana paling bagus di antara rekan-rekannya, baik yang berstatus pemain pemusatan latihan nasional (pelatnas) atau non-pelatnas. Termasuk Ahsan/Hendra, yang sejatinya juga ditarget juara oleh Pengurus Pusat (PP) Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Juara bertahan All England nomor ganda putra itu sudah harus angkat kaki pada babak kedua. Di fase tersebut, Ahsan/Hendra menelan kekalahan mengejutkan dari pasangan non-unggulan Tiongkok, Fu Haifeng/Zhang Nan, 16-21, 21-19, 18-21. Sementara beberapa pemain Indonesia lain yang diunggulkan, seperti ganda putri Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari (unggulan ketujuh) dan ganda campuran Riky Widianto/Richi Puspita Dili (unggulan kedelapan), juga urung memenuhi hasil maksimal. Greysia/Nitya, yang ditargetkan mencapai semifinal, tereliminasi di perempat final dari Tang Jinhua/Zhong Qianxin (Tiongkok), 19-21, 21-10, 13-21, sedangkan Riky/Richi, langsung tersingkir di babak pertama dari Kenichi Hayakawa/Misaki Matsutomo, 19-21, 13-21. Hasil terbaik pemain Indonesia setelah Tontowi/Liliyana di All England SSP 2015 dibukukan juniornya, Praveen Jordan/Debby Susanto. Mencapai semifinal, Jordan/Debby sukses melibas unggulan ketiga dari Tiongkok, Xu Chen/Ma Jin, 15-21, 14-21, di babak pertama, Chan Alan Yun Lung/Tse Ying Suet (Hong Kong), 15-21, 21-16, 21-15, di babak kedua, dan Mads Pieler Kolding/Kamilla Rytter Juhl (Denmark), 20-22, 21-19, 21-14, di perempat final. (fay)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: