Aang Tak Sudutkan Acep
KUNINGAN – Pernyataan Ketua Depercab PDIP Kuningan H Aang Hamid Suganda yang meminta wartawan menanyakan aksi penyegelan kantor DPC kepada H Acep Purnama, buru-buru diluruskan oleh salah seorang kader partai moncong putih, Tresnadi. Politisi yang kembali diposisikan sebagai sekretaris DPC itu menjelaskan, pernyataan tersebut bukan dalam rangka menyudutkan Acep. “Maksudnya supaya lebih jelas (soal aksi penyegelan, red), tanyakan saja ke Pak Acep, bukan dalam rangka menyudutkan Pak Acep,” kata Tresnadi, menyikapi munculnya tafsir lain atas lontaran Aang. Salah satu calon ketua DPC yang lolos tiga besar ini mengakui jika Acep kini sudah demisioner dari jabatan ketua DPC. Namun, Acep dianggap sebagai kader senior partai sehingga Aang mengarahkan awak media untuk menanyakan langsung kejelasan aksi segel kantor DPC kepadanya. Tresnadi sendiri menyesalkan aksi penyegelan tersebut. Namun dirinya sangat memakluminya. Sebab, aksi itu sebagai ungkapan kekecewaan sesaat yang bisa tumbuh karena berbagai latar belakang. “Menurut saya masih dalam tahapan wajar, positif, tidak ada kerusakan terhadap fasilitas kantor DPC,” ujarnya saat berada di lobi DPRD kemarin (13/3), ditemani H D Rusliadi MSi. Dikatakan, sikap arif dan bijak dalam menyikapi kejadian tersebut diperlukan. Sebab, aksi penyegelan dilakukan oleh warga partai sendiri. Kata dia, lain cerita apabila tindakan itu dilakukan kader partai lain. Salah satu poin yang dipersoalkan PAC yakni terkait kriteria kandidat yang lolos tiga besar, mendapat jawaban dari Tresnadi. Dia menjelaskan, rekomendasi yang dikeluarkan merupakan kewenangan DPP. Apapun yang diputuskan Ketua Umum DPP Megawati Soekarno Putri, kader di bawah tidak punya hak melawan. “Tahapannya kan sudah dilalui, mulai dari penjaringan sampai penyaringan. Adapun pertimbangannya apa, kita tidak bisa mengetahuinya,” tandas wakil rakyat yang kini menduduki jabatan ketua Komisi IV DPRD itu. Niatan para PAC untuk mendatangi kantor DPP di Jakarta, tidak jadi masalah bagi Tresnadi. Menurut dia, hal itu merupakan hak mereka selaku kader partai. Disinggung soal penyusunan struktur kepengurusan baru sebanyak 19 orang, Tresnadi menegaskan tidak ada permasalahan. Munculnya protes terhadap penempatan orang dalam kepengurusan itu akibat adanya kekeliruan dalam pemahaman terhadap aturan. “Keaktifan di partai selama lima tahun yang dibuktikan dengan KTA misalnya, dalam SK 066 dan 067 tidak mengatur pengurus, hanya ketua saja baik ketua PAC maupun DPC. Justru diamanatkan, dalam penempatan orang harus memperhatikan potensi strategis dalam membesarkan partai,” jelasnya. Termasuk penempatan Cecep Hendie yang kini menjabat ketua DPD KNPI, Tresnadi mencontohkan KNPI era kepemimpinan Rana Suparman. Pada saat menjabat ketua DPD KNPI, posisi Rana saat itu sebagai kader PDIP, bahkan sudah menjadi anggota DPRD. Dia menegaskan, 19 pengurus DPC yang baru sudah dinilai definitif bertepatan dengan pelaksanaan Konfercab di Hotel Apita Cirebon, Senin (9/3). Karena pada saat itu juga langsung dilakukan prosesi pelantikan. “Masalah kenapa Nuzul Rachdy tidak dimasukkan pengurus, itu hasil keputusan Konfercab. Memang keputusan yang diambil tidak bisa memuaskan semua pihak,” terangnya. Untuk tahapan Konfercab seperti pandangan umum PAC dan rapat komisi, yang dianggap dilewati, kembali Tresnadi menjelaskan sudah disepekati sebelumnya. “Pada saat sidang gabungan 10 kabupaten/kota kan sudah dibahas, kemudian disepakati. Semuanya setuju kok. Kalaupun ada orang yang di luar, ya itu kesalahan sendiri,” kata wakil rakyat asal Dapil I itu. Dia berkeyakinan, kisruh yang terjadi di tubuh PDIP tidak akan berkepanjangan. Bahkan dalam waktu dekat, segel dan cat pilok di Kantor DPC akan segera dibersihkan. SESALKAN PENYEGELAN SIMBOL PARTAI Pernyataan berbeda dilontarkan kader partai kepala banteng, H D Rusliadi MSi yang kini diamanahi jabatan wakil ketua bidang organisasi DPC. Politisi mantan birokrat ini menegaskan, sekretariat DPC merupakan salah satu simbol partai. Mestinya, simbol partai tersebut diamankan secara bersama-sama. “Ketidakpuasan itu wajar, emosi juga wajar. Tapi kita juga harus sadar bahwa sekretariat itu merupakan simbol partai. Segala amanah dan urusan kepartaian, ada di sana (sekretariat, red). Sekretariat itu membawa amanah masyarakat. Orang tidak akan melihat rumah ketua partai, melainkan sekretariatnya,” kata wakil rakyat yang berangkat dari Dapil 2 itu. Sedianya, tegas pria yang akrab disapa Abah ini, simbol-simbol partai diamankan dan dipertahankan oleh kader partainya sendiri. Sebab di situlah ruh organisasi. Kegiatan kepartaian tidak akan berjalan tanpa adanya sekretariat. “Jadi, ‘orang’ itu bukan simbol. Yang simbol itu ‘sekretariat’. ‘Orang’ seperti kita-kita ini hanya mengisi dan menjalankannya. Justru simbol partai lah yang harus kita jaga dan dipertahankan dengan darahnya,” tegas dia. Untuk itu, pihaknya menyesalkan adanya aksi pengegelan yang diiringi pencoretan cat pilok. Namun itulah kondisi normal manusia pada saat merasa kecewa, euforia dan emosional, yang dilakukan secara berkelompok. Abah menyarankan agar pemahaman terhadap AD/ART partai lebih dijiwai. Sebab yang memiliki sekretariat itu adalah para kader partai itu sendiri. ‘Orang’ menurutnya akan berganti tapi lain halnya dengan sekretariat. Sehingga harus diamankan oleh semua kader karena di sekretariatlah segala aktivitas kepartaian berjalan 24 jam serta pusat komando. “Kalau simbolnya disentuh, sama saja dengan menyentuh harga diri. Jadi saya mengajak, mari kita jaga harga diri kita,” ajak Rusliadi. Sementara itu, pantauan Radar kemarin sore, segel di sekretariat DPC PDIP sudah dibuka. Sedangkan coretan cat pilok masih mewarnai tembok sekretariat, begitu pula pada papan nama DPC. (ded)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: