PKL Tamkot Dinilai Tidak Kompak

PKL Tamkot Dinilai Tidak Kompak

KUNINGAN - Janji para pedagang kaki lima (PKL) untuk beraudiensi dengan Komisi II DRPD Kuningan kembali gagal. Penyebab gagalnya mengadukan nasib mereka diduga karena tidak ada kepastian soal sepi atau tidaknya pembeli usai dipindahkan ke belakang Taman Kota (Tamkot). Para pedagang yang ditemui Radar mengaku tidak me­ngetahui pasti alasan batalnya bertemu dengan wakil rakyat. Para pedagang sendiri mewa­kilkan pertemuan itu kepada beberapa pedagang. “Saya tidak mengetahui pasti batalnya pertemuan karena saya tidak ikut,” ucap Darwanto kepada Radar, Minggu sore (22/3). Pedagang roti bakar ini tidak menampik kalau gagalnya pertemuan, menandakan PKL tidak kompak. Apalagi, selama ini belum terbentuk paguyuban PKL di Kuningan. Dia juga tidak bisa menjawab apakah batalnya pertemuan ini karena ada tekanan dari beberapa pihak atau tidak. Yang pasti, lanjut dia, pedagang tadinya akan menemui anggota dewan pada Selasa (17/3) pekan lalu. “Saya juga tidak mengetahui, kok bisa batal. Sekarang mah (sih, red) pasrah saja,” ucapnya. Sementara itu, pedagang lainnya, Nono, memberi keterangan berbeda. Menurut dia, batalnya pertemuan dengan wakil rakyat karena koordinator pedagang, Soleh, tengah pulang ke Majalengka. “Kang Soleh mudik, terus juga kuasa hukum pedagangnya tengah sibuk. Jadi tidak bisa dilakukan pertemuan dengan DPRD,” ucap dia. Mengenai keinginan peda­gang, kata dia, sudah jelas, yakni ingin ada perubahan jam operasional. Pedagang berharap, kalau berjualan di belakang tamkot, diperbolehkan mulai dari pukul 13.00. Namun kalau diizinkan di depan tamkot, PKL merasa tidak ada masalah meski berjualan dimulai pukul 16.00. Dia berharap ada solosi yang terbaik mengenai nasib PKL tersebut. Sebab, mereka menghidupi keluarga dari berjualan di tamkot. Dari pantauan Radar,  pasca direlokasi ke bagian belakang tamkot, terlihat sepi. Tanggapan dari para pengunjung pun beragam. Ada yang pro dan kontra. “Kalau saya, lebih setuju yang di dalam taman tidak diperbolehkan jualan, ada baik itu pengelola mainan maupun PKL. Tapi untuk PKL yang di luar tamkot, ya diperbolehkan saja,” kata Hendi Hidayat, yang membawa tiga anaknya bermain di tamkot, kemarin. Hendi menyebutkan, jika tamkot tidak ada PKL, rasa_nya hambar. Kalau PKL ada di bagian depan tamkot, orang yang mau nongkrong jadi bersemangat. “Mau jajan juga mudah dan mereka bisa menikmati dengan leluasa suasana taman,” ucapnya. “Kalau kata saya, lebih baik pindahkan ke depan tamkot, tapi dari pukul 16.00. Kan warga biasanya santai dari mulai salat Asar. Kuningan kota kecil, jadi kalau PKL tidak ada, ya sepi,” pungkasnya. (mus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: