”Tak Ada Tekanan Siapapun”
Sikap Uci Mundur karena Tak Direstui Orang Tua KUNINGAN – Isu kemunduran H Uci Suryana SE dari kandidat ketua DPD Partai Golkar Kuningan rupanya benar-benar terjadi. Dalam pernyataan resminya, Senin (23/3), politisi yang menjabat wakil ketua DPRD itu dengan tegas mengurungkan niatnya untuk maju. Uci menyadari pada awalnya dia bersikukuh untuk tetap ingin bersaing dengan dua kandidat lain, yakni H Yudi Budiana SH dan dr Toto Taufikurohman Kosim. Namun belakangan ini muncul masukan dari keluarga besarnya untuk menunda niatannya itu. Terutama ibu kandung Uci yang tidak memberikan restu kepadanya. “Memang awalnya saya pernah datang langsung ke rumah Pak Yudi (ketua DPD PG Kuningan, red) untuk meminta izin mencalonkan. Kesiapan saya untuk maju yang terus disiarkan surat kabar akhirnya tercium oleh keluarga besar saya. Hingga kemarin pada saat arisan keluarga, sebagian besar keluarga besar saya merasa keberatan atas niatan saya itu,” tutur politisi asal Ciawigebang tersebut. Yang menjadi pertimbangan mereka dalam sarannya itu, lanjut Uci, lantaran dirinya memiliki bisnis yang perlu dikelola dengan baik. Seperti usaha perlengkapan olahraga, pakaian jadi dan sepatu-sandal, serta orderan baik dalam maupun luar daerah. Meski semenjak Uci jadi anggota dewan, bisnis tersebut sudah diserahkan kepada istrinya, namun tetap saja membutuhkan pemikirannya. Selain itu, Uci juga kini diamanahi jabatan sebagai wakil ketua DPRD. Amanah tersebut membutuhkan pemikiran ekstra. Jika ditambah jabatan ketua DPD PG Kuningan, dikhawatirkan oleh keluarganya, salah satu dari amanah tersebut akan terbengkalai. “Keluarga saya, terutama ibu, khawatir ada salah satu yang terbengkalai. Mereka berpesan agar jangan memikul beban terlalu berat. Karena menganggap saya masih muda dengan peluang yang masih panjang ke depan, akhirnya mereka menyarankan saya untuk menunda niatan saya untuk mencalonkan diri,” cerita pria berkumis yang masih berusia 45 tahun itu. Atas berbagai pertimbangan tersebut, Uci lantas berpikir panjang. Ditambah lagi dengan banyaknya kader senior partai yang dianggapnya lebih mumpuni, seperti Yudi Budiana dan lainnya. Dia menegaskan, restu orang tua patut dipatuhi karena diyakini bisa memperlancar sebuah niatan. “Restu orang tua yang sebenarnya jadi alasan utama saya untuk berpikir ulang dalam rencana pencalonan saya ini. Bukan karena tekanan dari siapapun atau pun takut bertarung. Akhirnya Jumat malam Sabtu (tiga hari lalu, red) saya menelepon Pak Yudi dan Pak Toto untuk menyatakan mundur. Yang penting sekarang sehat panjang umur, next Insya Allah,” tandasnya. Politisi yang kini menjabat ketua PK Golkar Kecamatan Ciawigebang itu meyakini para pendukungnya tidak akan merasa kecewa atas sikap yang telah diambil. Berdasarkan hasil diskusinya dengan para pendukung, kata dia, mereka mengerti dan menyadari. Kepada para pendukungnya itu, Uci enggan untuk mengarahkan untuk mengalihkan dukungan kepada siapa. Dia memasrahkan pada hati nurani mereka sendiri siapa yang dianggap paling pantas untuk menduduki posisi ketua PG Kuningan ke depan. “Insya Allah Golkar Kuningan kondusif. Mengenai kandidat apakah ada dua orang atau lebih, saya belum tahu. Nanti juga muncul dengan sendirinya,” kata Uci. Disinggung soal dualisme kepemimpinan Golkar baik di pusat maupun di Jabar, dia berkelit belum tahu informasi lebih jauh. Selaku pengurus tingkat kecamatan, sambungnya, sementara ikut arus atas siapa yang resmi terdaftar di Menhumkam RI. Siapapun yang terdepak, Uci berkeyakinan tidak mungkin melahirkan partai baru. “Kita mah (sih, red) di bawah ikut saja, apalagi bukan pengurus DPD Kuningan,” tukasnya. (ded)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: