Perbaikan Alquran  Tahun 1850 Rp100 Juta

Perbaikan Alquran  Tahun 1850 Rp100 Juta

KUNINGAN -  Selama ini, warga tidak banyak mengetahui bahwa di Kantor Arsip dan Perpustakaan Kuningan tersimpan peninggalan sejarah yang memiliki nilai sangat besar  bagi perkembangan agama Islam di Kuningan. Peninggalan sejarah tersebut adalah Alquran tulis tangan buatan tahun 1808. Serta tafsir tangan dan kitab gundul yang semuanya ditulis tangan oleh Mbah Dako di Desa Lengkong Kecamatan Garawangi pada tahun 1850 (1266 H). Karena kondisi sudah mulai lapuk termakan usia, dari pantauan Radar, ada beberapa halaman yang rusak. Tulisannya juga pudar. Makanya, pada tahun ini akan dilakukan restorasi atau perbaikan. Perbaikan hanya bisa dilakukan di Jakarta dan harus dilakukan satu lembar satu lembar. “Alquran, tafsir dan kitab gundul ini diserahkan ke Kantor Arsip dan Perpustakan pada tahun 2005. Dari sejak itu disimpan di dalam wadah yangh terbuat dari kaca. Selama ini hanya beberapa orang yang pernah mengkaji isi tafsir dan kitab gundul. Kami ingin, peninggalan sejarah ini ada yang benar-benar mengkaji dan diamalkan isinya,” ucap Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan Kuningan, Dudin Mufakir SH kepada Radar, kemarin (8/4). Dudin yang didampingi  Kasi Pembinaan dan Pengembangan Arsip, Yayat Hidayat  dan Kasubag TU, Samsul Rizal menerangkan, untuk  perbaikan naskah kuno itu dianggaran Rp100 juta. Saat ini pihaknya belum mengetahui berapa biaya yang diperlukan untuk memperbaiki naskah tersebut. Apabila mengacu kepada  harga tahun 2006, satu lembar biaya restorasi itu mencapai Rp25 ribu. Sedangan tiga naskah itu total  ada 1.457 lembar. Tentu biaya yang besar, namun pihakanya akan berupaya menggunakan dana yang ada. Mantan sekdis Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya (DTRCK) ini menyebutkan, tiga naskah itu yakni Alquran yang terdiri dari 612 halaman, dengan rincian  88 halaman rusak, 473 halaman pudar. Sedangkan kitab gundul berjumlah 611 halaman, 300 halaman di antaranya dalam kondisi baik, dan 311 lainnya sudah rusak. Sementara  tafsir Jalallain jilid 2 berjumlah 234  lembar, dengan rincian 90 lembar yang rusak.  Selama ini, pihak Arsip dan Perpustakan merawat sangat baik sehingga bisa bertahan hingga sekarang. “Harapan kami, setelah diperbaiki ada yang mengkaji dan mengamalkan. Sebab, dari salah satu tafasir yang dibuat itu isinya membahas masalah pembagian harta warisan,” ucap lagi. Pihak arsip saat ini tengan mencoba mengumpulkan arsip-asrip kuno yang ada di Kuningan. Tidak tertutup kemungkinan satu sama salian berhubungan. Kemungkinan itu terbuka lebar jika ada yang mengkaji setiap naskahnya. “Kami sendiri berharap, bukan hanya diperbaiki, tapi ada salinan naskah ini agar naskah yang lama disimpan dan yang salinannya dikaji dan diamalkan,” ucap Dudin lagi. Kasubag TU, Samsul Rizal ikut menambahkan, tiga benda bersejarah itu ada yang menjaganya (khodam). Dia sendiri sebelum melakukan rencana perbaikan pernah berkomunikasi dengan makhluk halus tersebut. Hal ini agar tidak menimbulkan permasalahan di kemudian hari. “Dari yang saya peroleh, khodam ini menginginkan Alquran, tafsir  dan kitab untuk digunakan. Karena tujuannya dibuat untuk membantu masyarakat,” ucap Samsul. Dia mengaku tidak melakukan kemusyrikan. Tapi dia ingin melakukan perbaikan agar apa yang ditinggalkan bisa diamalkan. Sebab, ketika dibiarkan seperti ini dianggapnya mubazir. Dari pengamatan Radar, meski umurnya sudah 207 tahun, namun peninggalan sejarah itu terlihat kuat. Tulisan tangan sangat rapi dan tinta yang digunakan pun sangat kualitas. (mus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: