Para Pelajar Minta Kembali ke Yaman

Para Pelajar Minta Kembali ke Yaman

JAKARTA- Evakuasi WNI dari Yaman membuat sejumlah pelajar Indonesia yang kuliah di negara tersebut khawatir. Sebagian pelajar berharap masih bisa kembali ke Yaman untuk meneruskan kuliah. Sebab, mereka sudah nyaris menuntaskan masa studinya saat ada perintah evakuasi WNI. Kekhawatiran itu disampaikan mantan Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia di Yaman, Muhammad Khoiruz Zadid, usai audiensi dengan Fraksi PKB di DPR kemarin. Dia menuturkan, sejumlah rekannya sudah masuk tahun terakhir masa studi di Yaman. “Saya sudah enam tahun di Yaman, dan kurang setahun lagi untuk lulus,” tuturnya. Zadid kuliah di Universitas Darul Ulum Hudaidah, Yaman, dan mengambil studi Ilmu Alquran. Masa studi di universitas tersebut tujuh tahun. “Ada teman saya yang tinggal dua bulan lagi selesai,” lanjut pria asal Tegal, Jawa Tengah, itu. Zadid menuturkan, dia dan sejumlah rekannya mendatangi Fraksi PKB untuk meminta bantuan menyampaikan aspirasi para pelajar. Mereka ingin kembali ke Yaman apabila konflik telah usai untuk menuntaskan kuliah. Pemerintah diharapkan bisa memfasilitasi keberangkatan mereka ke Yaman nanti. “Atau kalau konfliknya tidak kunjung selesai, mohon pemerintah bisa membantu kami untuk kuliah di universitas lain di timur tengah,” lanjutnya. Opsi lainnya, dia meminta bantuan pemerintah untuk bisa melanjutkan studi di Indonesia. Yang terpenting, masa studi mereka bisa tuntas. Kuliah di Yaman, tutur Zadid, umumnya bebas biaya. Para mahasiswa hanya menanggung biaya untuk berangkat ke Yaman serta biaya hidup selama masa perkuliahan. Zadid mengaku, selama enam tahun studi tidak pernah pulang karena biaya transportasi yang cukup mahal. Pemerintah terus mengintensifkan pemulangan WNI di Yaman. Kemarin, 91 orang yang teridiri dari 90 dewasa dan satu bayi kembali tiba di tanah air. Rombongan yang sebagian besar merupakan pelajar itu dipulangkan dengan menggunakan pesawat Boeing 737-400 milik TNI AU. Mereka tiba di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur pada pukul 09.30 WIB. Rombongan tersebut merupakan kloter ke delapan sejak pemulangan dilakukan Maret lalu. Ketibaan mereka langsung disambut oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi. Mereka langsung didata untuk kemudian dapat dipulangkan ke daerah masing-masing. Bagi yang tinggal di wilayah Pulau Jawa, mereka dipulangkan menggunakan bus antar kota. Sedangkan yang berasal dari luar pulau, akan diterbangkan dengan pesawat komersil. Retno menuturkan, dengan kembalinya 91 WNI tersebut maka sudah 1.002 orang WNI yang berhasil dipulangkan dari Yaman. Sementara, sebagian besar lainnya telah berada di lokasi pengungsian di luar Yaman. Ada 583 orang di Salalah, Oman dan 123 orang di Djibouti city, Djibouti. “Seluruhnya kini tengah menunggu giliran untuk dipulangkan,” ungkapnya. Meski demikian, di katakannya, masih banyak WNI yang masih terjebak di tengah suasa perang Yaman. Diantaranya, 140 orang WNI yang beradai di safe house di wilayah Al” Mukalla dan 87 WNI di Al Hudaydah. Retno menuturkan, kondisi keamanan di Yaman, khususnya Aden hingga kini masih memprihatinkan. Kontak senjata antara pihak bertikai masih terus berlangsung dan terus memakan korban sipil. Hal itu pula yang mengakibatkan tim percepatan evakuasi di Yaman mengalami kesulitan. “Tim akhirnya harus terus melakukan penyesuaian skenario langkah penyelamatan,” urainya. Retno melanjutkan, atas kerja keras tersebut sebanyak 112 WNI yang tertahan di Aden selama dua minggu berhasil dievakuasi. Saat ini, seluruh WNI tersebut telah berada di kapal charter yang disewa pemerintah Indonesia dari Djibouti. Retno menyampaikan kelegaannya, mengingat upaya ini telah dicoba dilakukan namun terus gagal. Kapal yang disiapkan tidak bisa berlabuh lantaran situasi Aden yang terus memanas. “ Karenanya saya sampaikan apresiasi mendalam pada tim yang mampu melakukan evakuasi secara cepat, aman dan efisien,” ungkap mantan Dubes Indonesia untuk Belanda itu. (byu/mia)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: