12 Peserta UN Mundur

12 Peserta UN Mundur

KUNINGAN - Sebanyak 12 siswa peserta Ujian Nasional (UN) mundur. Sayang, hingga kini alasan mundurnya mereka dari kewajiban UN belum diketahui. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kuningan, A Taufik Rochman M MPd melalui Sekretarisnya Dedi Supardi MPd tidak menampik mundurnya 12 siswa dari pelaksanaan UN. “Sebenarnya ada 16 siswa tidak mengikuti UN. Terdiri dari dua siswa SMA dan 14 siswa SMK. Tapi empat siswa dalam kondisi sakit, tiga di antaranya mengalami kecelakaan menjelang UN. Sisanya 12 siswa mundur,” aku Dedi Supardi kepada Radar, Rabu (15/4). Dedi belum mengetahui alasan mundurnya 12 siswa tersebut. Alasan pasti mundurnya 12 siswa dari UN masih ada di pihak sekolah. Menjelang UN, sekolah pastinya sudah mengkoordinasikan hal itu ke orang tua siswa. Tapi ditunggu berita keikutsertaannya dalam UN, tetap tidak hadir sejak hari pertama UN. Yang penting baginya adalah surat pernyataan dari orang tua siswa. “Surat pernyataannya ada di sekolah. Salah satu di antara alasannya, ada siswa sudah merantau ke Jakarta,” sebut Dedi. Meski begitu, Dedi akan segera terjun ke sekolah untuk mengumpulkan surat pernyataan orang tua siswa mundur UN. Setelah terkumpul, baru akan diketahui alasan pasti mereka mundur dari UN. Ke-12 siswa mundur UN baru diketahuinya saat proses UN. Mereka sudah masuk Daftar Nominasi Sementara (DNS) hingga Daftar Nominatif Tetap (DNT) sejak tiga bulan lalu. “Ada siswa sejak DNS sudah tidak masuk sekolah. Dari hasil konfirmasi ke orang tua, sekolah masih tetap berharap siswa itu masuk dan ikut UN. Tapi sampai DNT ditetapkan, tidak juga masuk,” tutur Dedi. Bagi empat siswa tidak ikut UN karena sakit, Dedi akan memberikan kesempatan UN susulan seminggu setelah UN berakhir. Jika sampai batas waktu UN susulan masih sakit, siswa tersebut harus mengulang UN tahun depan. “Tidak ada kebijakan lain, kecuali mengulang tahun depan. UN paket C juga hanya sekali,” tegas mantan ketua PGRI Kuningan ini. Dedi mengklaim, sejauh ini proses UN lancar, tidak ada hambatan berarti. Semua berjalan tepat waktu, penga­wasan juga baik. Pun dari sisi pengaman tidak ada masalah. Terkait kebocoran soal maupun jawaban, Dedi menjamin hal itu hanya isu. Jika ada bukti fisik, isinya bohong. “Paket soal itu ada 20 kode. Sudah beda per siswanya dalam satu kelas, pembagian soal diacak, tidak diurut. Jadi nggak mungkin bocor,” tegasnya. Dedi berharap semua peserta UN memeroleh nilai di atas rata-rata. Siswa juga bisa semua lulus sekolah, atau memenuhi tiga syarat kelulusan sekolah. Yaitu mengikuti enam semester pembelajaran, berperilaku baik dan mengikuti ujian sekolah. “Sekolah juga harus bersikap jujur. Jangan karena untuk gengsi, siswa tidak laik lulus diluluskan,” ujarnya. “Soal itu kita serahkan kepada penilaian masyarakat. Sekolah tidak jujur, pasti ditinggalkan masyarakat,” katanya. (tat)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: