Dualisme PSSI Kembali Mengancam

Dualisme PSSI Kembali Mengancam

CIREBON - Pemerintah akhirnya menjatuhkan sanksi kepada PSSI. Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) mengambil keputusan untuk membekukan PSSI yang membandel dengan tidak mengindahkan tiga kali teguran tertulis dari mereka. Menpora Imam Nahrawi menandatangani Surat bernomor 0137 Tahun 2015 untuk membekukan PSSI. Tak ayal, keputusan itu kembali menghasilkan polemik di dunia sepak bola tanah air. Kisruh itu bisa saja berimbas hingga ke daerah. Rencana pemerintah membentuk tim transisi untuk menyelamatkan induk organisasi sepak bola itu berpotensi kembali melahirkan dualisme PSSI. Pasalnya, PSSI baru saja menggelar Kongres Luar Biasa di Solo dengan menghasilkan La Nyala Mattalliti sebagai Ketua Umum baru menggantikan posisi Djohar Arifin Husin. Dualisme PSSI pernah terjadi kala Djohar Arifin Husin terpilih sebagai Ketua Umum pada tahun 2011. Ketika itu, kubu Djohar Arifin dengan kubu La Nyala saling klaim sebagai PSSI yang sah. Dualisme itu pun menjalar hingga ke daerah. “Sepak bola Indonesia jangan sampai jatuh ke lubang yang sama. Kalau begini terus kita tidak akan pernah berprestasi. Kami sebagai praktisi sepak bola di daerah sangat prihatin dengan kondisi sekarang ini,” tutur pelatih senior dan pengurus PSSI Kabupaten Kuningan, Ade Lesmana, kemarin. Ade menyayangkan sikap Menpora Imam Nahrawi yang tergesa-gesa mengeluarkan surat untuk membekukan PSSI. Ade melihat, langkah Menpora berpeluang melahirkan kembali dualisme PSSI. Selain itu, menurut dia, campur tangan pemerintah terhadap PSSI bisa berujung pada sanksi dari FIFA sebagai otoritas sepak bola tertinggi di dunia. “Karena intervensi pemerintah kita bisa disanksi FIFA. Jika itu terjadi, klub dari Indonesia bahkan Tim Nasional (Timnas) Indonesia tidak bisa mengikuti event internasional. Belum lagi nasib kompetisi lokal yang jadi tidak menentu,” ujarnya. Sementara itu, Ketua Umum PSSI Kota Cirebon, Edi Suripno menanggapi santai kisruh Menpora dan PSSI. Menurut dia, keputusan Menpora membekukan PSSI harus dihormati. “Saya yakin, yang dilakukan pemerintah melalui Menpora tujuannya baik untuk PSSI. Kita hargai keputusan itu. Namun demikian, kita juga tidak boleh berhenti melakukan sesuatu untuk dunia sepak bola,” katanya. Edi pun merasa yakin dualisme PSSI tidak akan terulang lagi dan goncangan di tubuh PSSI pusat, menurut dia, tidak akan berimbas ke daerah. “Saya percaya pemerintah sudah menyiapkan strategi yang tepat untuk melaksanakan agenda PSSI seperti menjalankan kompetisi dan mempersiapkan timnas. Karena itu, saya tidak ragu-ragu untuk tetap mengikutsertakan PSIT di Liga Nusantara musim ini,” bebernya. (ttr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: