KPK-Polri Harus Kompak

KPK-Polri Harus Kompak

JAKARTA- Menjadi sorotan media sepanjang akhir pekan tak membuat keseharian Novel Baswedan berubah. Penyidik andalan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu kembali beraktivitas seperti biasa. Seolah dia tidak sedang menghadapi masalah yang besar. Karena hari libur, sepanjang hari kemarin Novel menghabiskan waktu bersama keluarga di rumahnya, Jl Deposito RT 3/RW 10 No 68, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Saat Jawa Pos (Radar Cirebon Group) mendatangi kediaman Novel kemarin sore, jalan di depan rumah yang bergaya minimalis tersebut padat. Ada sekitar sepuluh mobil stasiun televisi yang berjajar memenuhi jalan selebar 9 meter di depan rumah bercat krem itu. Sejak Novel ditangkap Bareskrim Mabes Polri Jumat dini hari lalu (1/5), awak media memang tak henti mendatangi rumahnya. Kediaman Novel terlihat sederhana. Rumah bertipe 42 itu mempunyai dua lantai. Ada garasi, namun tidak ada mobil saat itu. Yang ada hanya sepeda motor Supra X warna hitam yang bernopol B 3066 UFA. Novel tinggal bersama sang istri, Rina Emilda, dan empat anaknya. Saat menemui media, Novel dan Rina meminta media tak banyak mengekspos identitas anak mereka yang memang masih kecil. “Tanya soal saya saja. Keluarga nggak usah banyak diekspos,” pinta mantan Kasatreskrim Polres Bengkulu itu. Agar bisa menambah peng­hasilan keluarga, Novel memanfaatkan bagian depan rumahnya untuk berjualan baju-baju muslimah syar’i dengan nama Emilda Butik. Dia membuka butik untuk sang istri yang memang memilih hanya menjadi ibu rumah tangga. Karena terbatasnya tempat, ruang tamu Novel pun dijadikan tempat display barang dagangan sang istri. Di tempat itu pula, Novel kemarin melayani wawancara puluhan wartawan dari media TV, online, dan cetak. Dalam keterangannya, Novel menegaskan, penetapan tersangka dirinya oleh Bareskrim merupakan bentuk kriminalisasi. Sebab, dia merasa tidak melakukan apa yang disangkakan oleh korps Tribrata itu. “Saya berpendapat seperti itu,” ujar Novel. Meski begitu, Novel mengaku siap untuk menghadapi pemerik­saan Bareskrim. Sebagai orang yang pa­ham dengan hukum dan taat hu­kum, dia menyatakan tidak akan melanggar hukum. “Saya siap untuk menghadapi,” ucap dia. Novel dikabarkan menolak untuk menjalani rekonstruksi di Bengkulu. Padahal, saat itu petugas sudah membawanya terbang dari Jakarta ke Bengkulu. Novel membenarkan bahwa dirinya tidak mau melakukan rekonstruksi. Sebab, dia merasa tidak bersalah atas kasus yang menjeratnya saat ini. Dia merasa tidak membunuh seorang di antara empat kawanan pencuri sarang burung walet tersebut. Dia kembali menekankan bahwa kasus itu merupakan bentuk kriminalisasi. “Tidak masuk di dalam pikiran saya,” paparnya. Dalam kesempatan itu, Novel mengimbau pegawai dan penyidik KPK tetap bekerja maksimal dalam memerangi korupsi. Dia meminta mereka tidak takut menghadapi segala ancaman. Sebab, semua itu merupakan konsekuensi tugas penyidik. “Tak perlu takut, tak perlu gentar, karena Tuhan selalu melindungi orang yang benar,” jelasnya. Ketika Novel ditahan oleh Polri, Presiden Jokowi sempat bereaksi dengan meminta Polri segera melepaskan Novel. Menanggapi itu, Novel mengucapkan terima kasih. Dia yakin bahwa presiden tahu mana yang benar dan yang salah. Selain itu dia juga mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang telah mendukungnya. Ke depan, dia berharap presiden memberikan dukungan penuh kepada KPK dan penegak hukum lain. Sebab, korupsi masih menjadi permasalahan yang belum bisa diselesaikan di Indonesia. Novel juga meminta Polri, kejaksaan, dan KPK bersatu untuk memerangi korupsi. “Karena penjahat korupsi bersatu mencuri uang negara, penegak hukum juga harus kompak bersinergi,” tegas dia. Saat penangkapan, Novel juga menilai polisi bertindak aneh dengan mengamankan sejumlah barang pribadinya. Antara lain telepon seluler merek Lenovo, BlackBerry, laptop Sony Vaio, flash disk, fotokopi kartu keluarga, dan fotokopi KTP. Juga fotokopi surat nikah, fotokopi surat hak guna bangunan, dan laptop Acer. Soal itu, Novel enggan berkomentar. Namun, dia mengaku heran. “Mengapa barang-barang itu yang disita?” katanya. Wawancara akhirnya terhenti ketika azan Magrib berkumandang. Novel meminta waktu kepada awak media untuk menghentikan wawancaranya. Dia bergegas masuk ke rumah, menggunakan peci putih, lalu berangkat ke Masjid Al Ihsan untuk melaksanakan salat Magrib berjamaah. Seusai salat, Novel sempat berbincang dengan tetangga. Bahkan, beberapa orang meminta berfoto bersama. (aph/c11/kim)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: