Ancam Ganti Operator, Kemenpora Warning PT LI

Ancam Ganti Operator, Kemenpora Warning PT LI

Deputi V Bidang Harmonisasi dan Kemitraan, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Gatot S Dewa Broto akhirnya melayangkan ancaman lagi kepada PT Liga Indonesia (LI). Sebab, pihaknya tidak akan memakai PT LI selaku operator kompetisi Qatar National Bank (QNB) League 2015 bila tetap bersikeras melibatkan PSSI. \"Taruhlah kalau nanti Sabtu (9/5) mereka masih kekeuh. Maka kami tidak akan memakai PT LI. Saya sudah sampaikan pada jumpa pers, Senin (27/4) lalu deadlock kan. Mereka (klub-klub dan PT LI) tidak mau tanpa PSSI. Sementara kami mau tanpa PSSI karena sudah dibekukan,\" kata Gatot kemarin. Senin (27/4) itu pihak Kemenpora, PSSI, PT LI, dan 18 klub yang tergabung di QNB League mengadakan pertemuan darurat untuk mencari solusi ideal terhadap kompetisi teratas nusantara. Namun, pertemuan tersebut malah japan buntu. Soalnya tidak menemukan keputusan yang diinginkan semua pihak guna melanjutkan kompetisi dibawah naungan PSSI. Kemenpora tetap menginginkan kompetisi yang dibentuk lewat tim transisi. Walaupun solusi ini tidak digubris oleh semua klub yang turut hadir. Pasalnya 18 klub tersebut menganggap kalau mengikuti kompetisi di luar PSSI bakal tidak diakui oleh FIFA dan AFC. Bahkan mereka menilai Kemenpora telah merampas kepengurusan La Nyalla Matalitti dengan cara yang salah. 18 klub kemudian meminta Kemenpora secepatnya mencabut pembekuan PSSI dan merekomendasikan PT LI untuk melanjutkan kompetisi. Seraya mempunyai kekuatan absolut Gatot lantas memaparkan bahwa Kemenpora sudah banyak memberikan banyak kesempatan kepada PT LI. Pasalnya langkah ke depan, Kemenpora akan berkomunikasi dengan seluruh klub QNB League. \"Kami belum bisa berandai-andai apakah di sini (semua) klub mau atau tidak (ikut kompetisi yang dibentuk tim transisi). Tapi yang terpenting sudah ada political will dan juga atas kemauan Pak Menteri untuk segera menjalankan kompetisi,\" sambung Gatot. Sebelumnya, Pelatih Persija Jakarta Rahmad Darmawan  sudah menjelaskan serba susah dengan situasi seperti ini. Kalau mau memulai satu kompetisi tapi masalah lain belum selesai membuatnya tidak nyaman. Satu sisi lagi, kalau tidak main dalam pertandingan dengan menunggu waktu sampai lama, maka membutuhkan biaya yang tidak sedikit. \"Sebetulnya, bisa juga dilaksanakan dengan jumlah peserta normal. Masalah legalitas bisa mencontoh kompetisi tahun 2012/2013 ketika Persija mengalami hal yang sama dari dualisme. Tapi, Persija tetap memainkan kompetisi. Persoalan legalitas jalan terus di pengadilan,\" ujarnya. Coach RD pun menyarankan solusi bagi kedua belah pihak yang bertikai, yaitu berfikir realistis untuk mengubah format kompetisi. Mungkin dari format full menjadi sistem dua wilayah. Soalnya, ini jalan yang paling memungkinkan jika tidak ingin diuber-uber oleh cepatnya waktu. (agn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: