Sultan Meminta Semua Menerima
JOGJA- Setelah menimbulkan pro dan kontra, Raja Keraton Jogja Sri Sultan Hamengku Bawono (HB) X akhirnya mau menjelaskan tentang Sabdaraja dan Dawuhraja kemarin (8/5). Bertempat di kediaman putri sulungnya GKR Pembayun di nDalem Wironegaran, HB X secara gamblang menjelaskan isi Sabdaraja dan Dawuhraja kepada perwakilan masyarakat dan para wartawan. HB X hadir di nDalem Wironegaran sekitar pukul 16.00 WIB dengan naik mobil Alphard bersama GKR Hemas dan ketiga putrinya, yaitu GKR Condrokirono, GKR Maduretno dan GKR Bendara beserta seorang cucunya. Di depan puluhan perwakilan masyarakat DIJ, HB X menjelaskan tentang isi dan alasan mengeluarkan Sabdaraja serta Dawuhraja. Dalam mengawali penjelasannya, HB X membacakan Sabdaraja dan Dawuhraja yang dibacanya di Sitihinggil Keraton Jogja beberapa hari lalu. HB X mengatakan, lima hal yang beredar di masyarakat terkait Sabdaraja dan Dawuhraja hari lalu, belum tentu benar dengan yang disampaikannya. “Bener ning ra pener (Benar, tapi tidak tepat),” tuturnya. HB X menjelaskan, dasar mengeluarkan Sabdaraja dan Dawuhraja hari lalu, karena dirinya mendapat dawuh dari Allah SWT lewat para leluhur. Dirinya mengaku harus menjalankannya, karena kalau tidak, akan mendapat murka dari Yang Maha Kuasa. Untuk itu, sebagai Raja, dirinya berkewajiban menyampaikan dawuh tersebut kepada orang lain. HB X sejak awal juga menyadari, dengan keluarnya Sabdaraja dan Dawuhraja, akan menimbulkan kontroversi. “Saya sebagai Ingkang Jumeneng noto ing Ngayongyokarto hanya menjalankan dawuhe gusti Allah lewat eyang leluhur Mataram, amargi kulo ajrih kadukan (Saya sebagai Raja Keraton Ngayogyakarta, hanya menjalankan perintah Allah melalui leluhur Mataram, karena saya takut dimarah),” jelas HB X. HB X juga mengaku tidak apa-apa didebat oleh adik-adik, serta orang lain. Dirinya juga tidak akan bereaksi apa-apa didebat atas Sabdaraja dan Dawuhraja, daripada kadukan Gusti Allah. HB X menyerahkan kepada masyarakat apakah percaya dengan Sabdaraja dan Dawuhraja yang berasal dari Allah SWT melalui para leluhurnya tersebut. “Saya hanya mengikuti kehendak Gusti Allah ingkah maha kuwaos, terserah mau percaya atau tidak,” tuturnya. Beberapa hal yang dijelaskan oleh HB X, seperti perubahan nama menjadi Ngarso Dalem Sampeyan Daelm Ingkang Sinuhun Sri Sultan Hamengku Bawono ingkang jumeneng kasepuluh Suryaning Mataram Senopati Ing Ngalenggo Langgeng Bawono Langgeng Toto Panoto Gomo. HB X menjelaskan Buwono menjadi Bawono. Menurutnya, Buwono itu diartikan sebagai jagat yang kecil, sementara Bawono merupakan jagat yang lebih besar. Dirinya mencontohkan seperti wilayah. “Kalau Buwono itu nasional, Bawono itu internasional,” terangnya. Sementara penyebutan ko-sepuluh dan bukan kaping sedasa, karena kaping merupakan hitungan tambahan, sementara ko-sepuluh merupakan kelanjutan dari sebelumnya atau disebut lir gumanti. Begitu pula untuk nama Suryaning Mataram, dasarnya perjanjian Ki Ageng Pemanahan dan Ki Ageng Giring yang sudah selesai. Selesainya perjanjian tersebut dari Mataram lama sejak Singosari hingga Pajang sedang Mataram Baru sejak Panembahan Senopati hingga saat ini. Dengan berakhirnya perjanjian tersebut, menjadi manunggal dan dasarnya merupakan keturunan tidak terpisahkan lagi. Sedang untuk perubahan nama Khalifatullah sayidin, HB X diganti Langgengin Toto Panoto Gomo. Menurut HB X, situasi sekarang tidak bisa dianggap sepele seperti Raja sebelumnya karena perubahan zaman. “Kira-kira saya sekarang sudah tidak kena perjanjian, karena zaman berubah,” paparnya. Sementara itu terkait perubahan nama Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun menjadi Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng ing Mataram, sesuai dengan Dawuhraja yang dibacakan pada Selasa (5/5), HB X mengatakan perubahan nama putri sulungnya tersebut juga sesuai dengan dawuh dari Yang Maha Kuasa. HB X juga membenarkan dalam Dawuhraja di Sitihinggil dirinya meminta GKR Mangkubumi untuk maju dan diberi nama baru. Termasuk diminta duduk di Watu gilang. Tapi HB X menolak untuk menyebut GKR Mangkubumi sebagai putri mahkota. “Dawuh ke saya hanya menetapkan putri sulung saya dengan gelar baru, saya tidak mau melangkah lebih dari itu,” tuturnya. Sedang terkait dengan anggapan Sabdaraja dan Dawuhraja yang dianggap dilakukan mendadak, HB X menolaknya. Menurut dia, dawuh tersebut merupakan kewenangan Allah SWT. Dirinya juga menegaskan dawuh tersebut tidak boleh kapencai atau diperdebatkan. “Karena dawuh itu dari Gusti Allah, harus saya jalankan,” terangnya. Dalam kesempatan tersebut, HB X juga mengklarifikasi jika dirinya memiliki tokoh spiritual bahkan dukun. HB X menyebut, sejak masih bernama BRM Herjuno Dalpito, dirinya sudah diminta mengurus beberapa petilasan yang dibangun HB IX. Beberapa di antaranya yaitu petilasan Kembang Lampir yang dulu pernah ditempati Panembahan Senopati sebelum berkuasa dan Ngobaran yang merupakan tempat Prabu Browijaya V. (pra/jko)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: