Utje Balik Bertanya, Acep No Comment
KUNINGAN – Jawaban menarik dilontarkan para tokoh Kuningan yang digadang-gadang hendak mencalonkan kembali pada Pilbup 2018 nanti. Hj Utje Ch Suganda MAP misalnya. Perempuan yang kini menjabat bupati tersebut melontarkan pertanyaan balik tatkala ditanya para awak media. “Saha nu nyarios (siapa yang bilang, red)? Menurut Anda bagaimana?” ucap Utje sambil tersenyum kala dipintai tanggapan soal prediksi maju kembali dirinya, usai mengikuti rapat Paripurna, kemarin (25/5). Disinggung banyaknya nama figur yang dimungkinkan bakal bertarung kelak, istri dari mantan bupati H Aang Hamid Suganda itu menjawab tidak masalah. “Nggak apa-apa itu sih, setiap warga negara Indonesia yang sehat lahir batin punya hak yang sama di muka bumi ini,” jawabnya. Saat ditanya bagaimana jika mendapatkan kepercayaan kembali, Utje akhirnya memberikan jawaban cukup serius dan diplomatis. “Kita serahkan pada petunjuk Allah saja. Sekarang bunda masih bekerja, masih tiga tahun lagi. Bunda harus didukung oleh Anda-anda ini, anak-anak Bunda untuk memperjuangkan hak-hak rakyat,” ujarnya. Selain itu, lanjut Utje, bagaimana menjalankan tugas sebaik-baiknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Seperti di dalamnya mengamanatkan semangat anti korupsi dan reformasi birokrasi. “Jangan khawatir, ibarat seorang ibu, Bunda akan tindaklanjuti apapun yang tak sesuai aturan. Pasti akan ada sanksi tegas,” tandasnya. Lain halnya dengan H Acep Purnama MH, yang kini menjabat wakil bupati. Politisi satu ini memilih untuk no comment ketimbang menanggapi pertanyaan wartawan. “Taroskeunna tong ka abdi atuh (tanyanya jangan ke saya dong, red). Pokoknya no comment, tidak layaw,” jawab Acep setengah tertawa sambil bergegas menuju kendaraan dinasnya usai Paripurna. Jawaban panjang lebar dilontarkan Rana Suparman SSos. Secara retoris, politisi yang kini menjabat ketua DPRD itu mengeluarkan pernyataan secara runut. “Yang jelas saya sudah jadi ketua partai. Artinya, saya belum bicara kandidat bupati maupun wabup. Yang jelas sebagai ketua partai saya harus mempersiapkan diri untuk event-event apapun dalam pertarungan politik,” tandasnya. Dalam kesempatan itu, dia tak mau bicara soal bargaining untuk posisi wabup kelak. Namun menurutnya, pertaruhannya bagi dia selaku ketua partai yakni bagaimana membangun organisasi secara profesional, modern, menjadikan partai dipercaya masyarakat, menjadikan partai punya garis ideologi yang jelas, punya arah pergerakan konkrit dan berpihak pada masyarakat. “Biarin, nggak apa-apa, nanti juga ngerti sendiri,” kata Rana kala ditanya soal gonjang-ganjing di tubuh internal partainya seiring mencuatnya isu PAC tandingan. Dalam menanggapi isu tersebut, dirinya membantah jika PDIP disebut tidak solid. Sebab menurutnya, indikator solid itu apabila mekanisme partai berjalan, regenerasi berjalan, tiap event politik berjalan, sosiolosasi ideologi berjalan dan karakter partai terjaga. Soal kesan harmonis yang dipertontonkan tatkala duduk berdampingan dengan Utje pada Paripurna, Rana mengakui dirinya paling harmonis dengan Utje. Namun ketika ditanya bagaimana dengan Acep, kembali Rana pun menjawab bahwa dirinya paling harmonis juga dengan Acep. “Saya berkewajiban untuk mengawal kedua orang ini menjadi pemimpin daerah yang kembali pada ideologi, advokasi rakyat, melakukan upaya upaya dalam mendeteksi kepentingan rakyat. Apabila mereka lupa, ya diingatkan. Kalau ternyata sudah lurus, ya kita jaga kelurusannya. Itu yang saya maksudkan harmonis banget,” jelasnya. Jika ternyata nanti DPP PDIP menjatuhkan rekomendasi kepadanya, Rana menegaskan itu sebuah penugasan partai. Sehingga dirinya harus siap, menerima dan siap tampil. Sama halnya ketika rekomendasi jatuh kepada Utje, dia selaku ketua partai harus siap menerima dan siap untuk memenangkan. Begitu pula ketika Acep yang mendapatkan rekomendasi, Rana berjanji siap untuk memperjuangkan kemenangan. “Itu namanya praktisi. Kalau kecewa, kemudian lari, itu bukan praktisi. Kalau loncat partai, berarti tak punya jati diri. Kalau seperti itu, aktif di partai berarti bukan untuk berjuang melainkan untuk jabatan dan kepentingan,” ucapnya. Menurut dia, partai sebagai alat perjuangan rakyat, menggapai kekuasaan untuk rakyat, menyelaraskan napas kepentingan rakyat dan mewujudkan ideologi yang diyakini. Kalau dipukul kemudian lari, jelas menurut Rana buruk. Itu akan berimplikasi pada penilaian rakyat. “Masyarakat juga harus melek siapa figur yang punya karakter, punya prinsip, berani tidak steril dengan kepentingan rakyat,” imbaunya. (ded)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: