Sepekan 2 Korban Meninggal

Sepekan 2 Korban Meninggal

Kasus DBD, 5 Bulan \"11\"664 Kasus, 30 Nyawa Meregang CIREBON – Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon belum menerima data resmi terkait korban baru yang meninggal akibat demam berdarah dengue (DBD) pada pekan ini. Tapi Dinas Kesehatan sudah menerima laporan bahwa dalam sepekan kemarin terdapat dua korban meninggal dunia akibat DBD di Kabupaten Cirebon. Dua korban meninggal dunia itu salah satunya Hauro Almas (4) warga Desa Kaliwedi Lor, Kecamatan Kaliwedi yang meninggal Jumat (23/05) lalu. Kemudian Hisbullah Maulana (16) warga Desa Pamijahan, Kecamatan Plumbon yang meninggal Minggu (24/05) malam. Saat ini Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon baru merilis, per 1 Januari hingga 25 Mei terdapat 29 korban demam berdarah dengue (DBD) meninggal dunia. “Memang benar adanya laporan (korban DBD meninggal dunia, red) secara lisan. Akan tetapai secara data baru, terkait korban DBD, saya dari Dinas Kesehatan belum menerimannya,” ujar Nanang Ruhyana selaku Kasi Penanganan Penyakit di Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, Senin (25/5). Menurutnya, hampir seluruh daerah di Kabupaten Cirebon merupakan endemis DBD. Namun yang penyebarannya paling cepat berada di Plumbon, Mundu, Palimanan dan Gunung Jati dan Ciledug. Nanang menjelaskan, peralihan musim dari penghujan ke kemarau merupakan masa perkembangan nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu pihaknya gencar melakukan fogging di sejumlah wilayah. “Kalau ada yang berpikir puskesmas atau dinkes tidak merespons itu salah. Kalau kita kan prosedur untuk melakukan fogging pun tidak sembarangan. Ada prosedurnya. Belum lagi kita kan dijadwal sehari minimal dua daerah yang kita fogging,” jelasnya. Masih dikatakan Nanang, sebelum melakukan fogging, pihaknya akan terlebih dahulu melakukan survei, pada suatu tempat yang ditargetkan. Terkait ada atau tidaknya jentik-jentik nyamuk. Jika terdapat jentik nyamuk, akan terlebih dahulu dilihat, apakah di atas standar atau tidak. Jika di atas standar maka perlu dilakukan fogging dengan radius 100 meter dari tempat perkembangan jentik nyamuk Aedes aegypti. “Hari ini kita melakukan fogging di Kaliwedi dan Tengahtani. Bukan karena ada korban baru kita turun, tapi memang jadwalnya hari ini,” katanya. Berdasarkan data yang diterima dinkes, bulan Januari terdapat 154 kasus dengan korban meninggal 9 orang. Kemudian Februari 5 orang meninggal dari 193 kasus DBD. Selanjutnya pada bulan Maret korban meninggal meningkat lagi menjadi 9 orang dengan jumlah 174 kasus DBD. Berikutnya bulan April 5 orang meninggal dari 120 kasus DBD. Sementara pada bulan Mei hingga minggu ketiga, data yang masuk dinkes baru 1 korban meninggal dari 23 kasus DBD. Artinya, jika Hisbullah Maulana (16) warga Desa Pamijahan, Kecamatan Plumbon belum masuk data resmi dinkes, korban meninggal di minggu ketiga bulan Mei sudah mencapai dua orang. “Jumlah kasus tahun ini lebih besar dibanding dengan sebelumnya (2014). Selama tahun 2014 hanya ada 857 kasus. Diprediksi jumlah kasus ini akan meningkat, karena penyebaran DBD biasanya pada musim seperti ini,” tuturnya. Ia mengimbau masyarakat agar memerhatikan bak tampungan air. Kemudian menjaga lingkungannya. Mengingat nyamuk Aedes aegypti justru menyukai air bersih dan menerapkan program 3M (menguras genangan air, membersihkan tampungan air, dan mengubur potensi sarang nyamuk). “Nyamuk akan mudah berkembang jika adanya tampungan air yang tidak pernah dibersihkan. Oleh karena itu, saya mengimbau masyarakat untuk lebih memerhatikan setiap titik genangan atau tampungan air,” imbaunnya. (arn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: