SBY Tak Setuju Dikotomi Capres Tua Muda

SBY Tak Setuju Dikotomi Capres Tua Muda

\"\"Dua Tahun Demokrat Siapkan Keberhasilan 2014 JAKARTA - Wacana memunculkan wajah baru dalam pemilihan presiden 2014 mendatang, tampaknya, tidak mendapat dukungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menjabat sebagai ketua dewan pembina Partai Demokrat. SBY berpendapat, siapa saja berhak untuk maju menjadi RI 1 asal memenuhi syarat perundangan dan memiliki kemampuan. “Salah satu nilai dan ruh demokrasi adalah persamaan kesempatan, equality opportunity,” kata SBY dalam sarasehan peringatan satu dasawarsa Partai Demokrat 2011 di Jakarta International Expo, Kemayoran, tadi malam. Asal memenuhi syarat, mampu, dan siap, siapa pun memiliki hak politik untuk maju dalam pilpres. SBY mengaku telah berkomunikasi dengan Ketua Umum PD Anas Urbaningrum terkait dengan siapa calon yang akan diusung partai berlambang mercy itu dalam pilpres 2014. Hingga saat ini, kata dia, PD belum menentukan siapa jagonya untuk duduk sebagai presiden. “Pada saatnya nanti Partai Demokrat akan menentukan capres yang didukung,” katanya. Dia menuturkan, dirinya dan jajaran partai sering mendapat pertanyaan mengenai capres yang diusung PD pada 2014 nanti. Misalnya, apakah akan berpasangan dengan kader partai lain atau mengajukan pasangan capres sendiri. Atau, apakah SBY akan meng-endorse salah satu capres. “Itu nanti,” kata SBY. Begitu juga dengan pertanyaan apakah Ani Yudhoyono akan nyapres atau PD akan mengusungnya. “Maka jawabannya, 100 persen tidak ada niat untuk itu,” ujar SBY yang disambut gemuruh tepuk tangan kader PD. Dalam dua tahun menuju 2014, kata SBY, selain mendukung pemerintahan, tugas PD memersiapkan diri untuk keberhasilan pada tahun 2014. termasuk siapa yang akan diusung sebagai capres dan cawapres. Menurut SBY, pada saatnya nanti, PD atau kandidat yang akan maju capres bisa mengukur kekuatannya masing-masing. “Ingat, untuk menjadi presiden bukan maunya kandidat, tapi maunya rakyat,” tegasnya. Dalam arahannya tersebut, SBY juga menyinggung manuver yang banyak dilakukan menuju 2014. dia mengingatkan untuk menjaga hubungan baik dengan parpol lain. Alasannya, meski sering berkompetisi, namun nantinya juga memerlukan dukungan parpol lain. “Maksudnya, dukungan itu sangat penting untuk tahun 2014 sampai 2019,” tandasnya. Dia menuturkan pengalamannya, banyak capaian jika ada dukungan dan kebersamaan. “Sebaliknya tugas makin berat, bila tidak ada dukungan dan kebersamaan,” sambungnya. Selain itu, SBY juga mengingatkan untuk melakukan introspeksi atas kritik dan harapan rakyat terhadap parpol. Kekuasaan yang ingin diperjuangkan parpol manapun, hendaknya menggunakan cara dan etika yang mendidik. “Jangan menggunakan cara-cara merusak dan tidak patut,” tegasnya. Baik dalam di internal partai atau saat berkompetisi memerebutkan jabatan publik. “Di depan rakyat, marilah berpolitik jangan melakukan penyerangan yang melebihi kepatutannya,” tutur SBY. Ketua Umum DPP PD Anas Urbaningrum menambahkan, konsentrasi politik Demokrat masih akan lebih diarahkan untuk persiapan sukses pemilu legislatif. “Karena itu lah modal politik untuk kemudian bicara capres,” ujar Anas. Meski demikian, dia menyatakan, bahwa Demokrat tetap menghargai sikap partai-partai yang sudah menghembuskan lebih dulu nama capres yang akan diusung 2014 nanti. “Tapi keyakinan kami tetap, capres yang sesungguhnya itu nanti baru muncul 2014, karena modal politik sudah kelihatan,” tandasnya. Termasuk, lanjut Anas, koalisi partai kedepan juga akan baru dipikirkan pasca pemilu legislatif. “Mengutip apa yang dikatakan Pak Hatta, kalau sekarang itu yang penting kerja, kerja, dan kerja,” imbuhnya. Menyangkut kabar terakhir kedekatan PDIP dan Partai Golkar yang notabene bagian dari koalisi, Anas juga mengaku tak resah. Dia mengatakan, keharmonisan dua partai tersebut justru perlu disambut baik. “Kalau ada partai yang punya hubungan mesra itu kami sukai, justru itu yang kami harapkan,” kata Anas. Dia menyatakan, kondisi itu lah yang sebenarnya ideal untuk terus dikembangkan. Sebab, menjadi wujud demokrasi yang sehat. “Dinamika tetap ada, tapi hubungan tetap terjaga baik, itulah sesungguhnya demokrasi ala indonesia,” imbuhnya. (fal/dyn)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: