Lawang Sanga Pintu Penerimaan Upeti

Lawang Sanga Pintu Penerimaan Upeti

LEMAHWUNGKUK - Banyak tempat menarik yang perlu diketahui masyarakat di area kompleks Keraton Kasepuhan. Salah satunya Lawang Sanga, atau pintu sembilan. Lokasinya berada di belakang Keraton Kasepuhan, menghadap ke Sungai Kriyan. Tepatnya berada di RT 9 RW 2 Mandalangan, Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon. “Dulu Lawang Sanga ini digunakan sebagai tempat masuk penerimaan upeti dari raja-raja luar untuk diserahkan ke Raja Jawa. Kapal-kapal masuk ke Sungai Kriyan dan berlabuh di depan Pintu Sanga,” ujar Juru Kunci Lawang Sanga, Suwari (68) kepada Radar, Kamis (4/6). Lawang Sanga sendiri memiliki sembilan pintu. Namun ada satu buah pintu yang sudah runtuh. Sehingga saat ini jumlahnya tinggal delapan. “Tadinya luas, cuma pada tahun 50-an ini bangunan kutakosot banyak yang runtuh,” ucapnya. Hal ini lantaran minimnya biaya perawatan. Dari sisi sebelah kiri, juga nampak gerbang kutakosot yang sudah mulai runtuh. Dikatakan Suwari, Lawang Sanga menjadi tempat berziarah masyarakat. Pintu Lawang Sanga sendiri awalnya terkoneksi langsung dengan area keraton. Namun kini sudah dihuni oleh pemukiman penduduk. Pada bulan Oktober 2014, Lawangsanga diperbaiki dengan anggaran Revitalisasi Keraton. Namun perbaikan sendiri baru menyentuh atap saja, dengan mengganti kusen kayu jati yang sudah lapuk. Lawang Sanga juga erat kaitannya dengan sejarah para wali. Konon, di sana merupakan tempat perkumpulan para wali berunding melakukan dakwah dan penyebaran Islam di tanah Jawa. “Setelah selesai berunding, kemudian mereka berangkat menggunakan perahu, bagi tugas masing-masing,” ujarnya. Di lain sisi, masyarakat sekitar sendiri setiap tahunnya selalu menggelar tradisi barikan. Tradisi ini dilakukan pada tanggal 10 muharam. Pada saat itu, pintu utama Lawang Sanga dibuka dari pukul 17.00 hingga kemudian bada Isya menggelar tawasul lalu ditutup kembali. “Masyarakat saat tradisi itu selalu membuat nasi uduk, kemudian tahlil dan berdoa,” katanya. Menurutnya Lawang Sanga juga melambangkan sembilan lubang yang berada di badan manusia. “Sebenarnya Lawang Sanga ini ada di badan kita sendiri, ini perlambangan saja,” katanya. Di beberapa daerah, terdapat situs serupa lawang sanga. Namun, kata Suwari, hanya di Cirebon yang ada bukti bangunannya. Lawang Sanga dibangun awal abad 15. Sezaman dengan pembangunan Masjid Agung Sang Ciptarasa dan Masjid Pejagrahan. “Orang menganggap kalau mau ziarah itu, harus diawali dulu di Pintu Sanga, baru ke tempat-tempat lain,” tuturnya. (jml)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: