Korsel-Jepang Siaga, Barat Waswas

Korsel-Jepang Siaga, Barat Waswas

\"\"Reaksi atas Wafatnya Kim Jong-il SEOUL- Mangkatnya pemimpin tertinggi Korea Utara (Korut) Kim Jong-il (69), memantik reaksi beragam dari seluruh penjuru dunia. Tetapi, dua negara tetangga dekat negeri di Semenanjung Korea itu langsung bersikap siaga. Kemarin, militer Korea Selatan (Korsel) bersama Jepang mengumumkan status siaga satu (high alert) pasca-pengumuman tutup usianya tokoh yang berkuasa di Korut sejak 8 Juli 1994 tersebut pada Sabtu lalu (17/12). Tidak hanya itu, sejumlah negara Barat juga mewaspadai ancaman nuklir dari Korut pasca-kematian Kim. Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara Eropa waswas terhadap kemungkinan perebutan kekuasaan di Korut yang dapat membuat kawasan Asia Timur dan Asia Pasifik tidak stabil. Meski putra ketiga atau anak bungsu (anak keempat) Kim, Kim Jong-un (27), disebut sebagai pengganti, sang paman Jang Song Thaek diramal bakal berada di balik kekuasaan. Jong-un yang diumumkan sebagai pengganti Kim pada 10 September tahun lalu diyakini masih menjalani magang. Kewaspadaan negara-negara lain terhadap Korut bukan tanpa alasan. Di tengah kabar kematian Kim, militer Korut justru telah melakukan uji coba rudal nuklir jarak pendek di pantai timur negara tersebut. Korsel, Jepang, dan Barat pun langsung meningkatkan keamanan. Mereka pun siap menghadapi hubungan dengan rezim baru Korut. Kematian Kim baru secara resmi diumumkan kemarin oleh pemerintah Korut melalui stasiun televisi milik negara. Itu berselang dua hari setelah pengganti dan putra penguasa Korut sebelumnya, Kim Il-sung, tersebut mengembuskan napas terakhirnya. Kim dikabarkan meninggal karena serangan jantung pada Sabtu lalu (17/12). Selama 17 tahun duduk di kursi kekuasaan, Kim sukses menjadikan Korut sebagai ancaman. Terutama bagi negara-negara di kawasan Asia Pasifik yang bersekutu dengan AS. Senjata nuklir dan kuantitas personel militer Korut yang terus meningkat membuat waswas Korsel maupun Jepang. Apalagi, Pyongyang juga sering melancarkan berbagai aksi provokasi yang memantik ketegangan regional. Nuklir dan militer Korut itulah yang memaksa negara-negara tetangga melipatgandakan keamanan. Mereka khawatir, sepeninggal Kim, kekuatan Korut menjadi lebih sulit ditebak. “Presiden Lee Myung-bak telah menggelar rapat darurat dengan dewan keamanan nasional. Sedangkan militer kini berada pada tingkat keamanan tertinggi (siaga satu, red),” terang jubir kepresidenan Korsel yang tidak disebutkan namanya. Sejak Perang Korea berakhir dengan kesepakatan damai sekitar 50 tahun lalu, secara teknis Korut dan Korsel masih terlibat perang. Konflik dua Korea itu tak pernah benar-benar berhenti. Jubir tersebut menuturkan, sekitar dua jam setelah Korut mengumumkan kematian Kim, Lee langsung mengontak Presiden AS Barack Obama. Kedua pemimpin lalu terlibat perbincangan serius lewat telepon. Kabarnya, Lee dan Obama telah sepakat untuk terus memantau perkembangan Korut. “Kedua pemimpin akan terus bekerja sama dalam mengikuti perubahan demi perubahan yang terjadi,” ujar jubir itu. Kepala staf gabungan (JCS) Korsel melaporkan bahwa militer negaranya juga meningkatkan pengamanan wilayah udara. “Kami juga meminta AS yang menempatkan sekitar 28.500 personel militer di negara kami untuk membantu mengamankan wilayah udara dan menambah pengawasan melalui satelit,” ungkap jubir JCS. Pernyataan senada diungkapkan Kementerian Pertahanan Korsel. Terpisah, Perdana Menteri (PM) Jepang Yoshihiko Noda juga langsung menghelat pertemuan darurat dengan dewan keamanan nasional dan para pejabat tinggi pemerintahan. “Beliau (Noda) telah memerintahkan kami untuk bersiap menghadapi perkembangan yang tak terduga,” kata Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Osamu Fujimura dalam jumpa pers di Tokyo kemarin. Dalam kesempatan itu, Fujimura juga menyampaikan bela sungkawa kepada rakyat Korut atas wafatnya Kim. “Kami harap peristiwa ini tidak akan berdampak buruk bagi perdamaian dan stabilitas Semenanjung Korea,” kata dia. Meski tak punya hubungan diplomatik dengan Korut, Jepang berharap wafatnya Kim bisa membawa Pyongyang pada tingkat hubungan yang lebih baik dengan negara-negara tetangganya. Dari Gedung Putih, Obama berjanji terus memantau perkembangan di Semenanjung Korea. “Presiden (Obama) kembali menegaskan komitmen AS terhadap stabilitas keamanan di Semenanjung Korea, khususnya sekutu dekat kami, Republik Korea (Korsel),” terang juru bicara (jubir) Gedung Putih dalam pernyataan tertulis. Bentuk kerja sama senada juga dilakukan dengan Jepang yang menampung sekitar 50.000 serdadu AS. Selain Jepang dan Korsel, Australia juga cemas kematian Kim akan berdampak negatif bagi masa depan di Semenanjung Korea. Menteri Luar Negeri Australia Kevin Rudd menyebut kematian Kim sebagai momentum yang membawa kawasan Asia Pasifik pada situasi yang kritis. Apalagi, dalam waktu dekat, suksesi pemerintahan akan terjadi di negara yang dikenal sangat tertutup itu. “Sebaiknya semua pihak menahan diri dan menanggapi perkembangan yang terjadi dengan kepala dingin demi stabilitas dan keamanan kita semua,” ungkapnya dalam jumpa pers di Canberra kemarin. Dia berharap transisi pemerintahan Korut ke tangan Jong-un bisa berjalan mulus sehingga ketegangan di Semenanjung Korea berkurang. Sementara itu, meski tetap mewaspadai perkembangan situasi di Korut, Inggris dan Jerman memandang kematian Kim sebagai peluang bagi terbitnya harapan baru. “(Kabar kematian Kim) ini akan jadi titik balik bagi Korut. Sebab, kini Kim Jong-un yang mengendalikan pemerintahan di Korut,” papar Menteri Luar Negeri Inggris William Hague. Dia berharap kepemimpinan Jong-un bisa mendatangkan berbagai dampak positif bagi Korut. Khususnya, dalam hubungan dengan negara-negara tetangga dan Eropa. “(Kabar duka) ini peluang bagi masyarakat internasional untuk melihat Korut segera berubah. Kami berharap Korut bersedia meninggalkan program nuklirnya, memperbaiki kondisi rakyat, dan menerapkan reformasi di bidang politik maupun ekonomi demi kesejahteraan rakyat,” urai Jubir Kementerian Luar Negeri Jerman Dirk Augustin. (AFP/AP/Dailymail/hep/dwi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: