Cegah Kekerasan Perempuan-Anak

Cegah Kekerasan Perempuan-Anak

CIREBON-Kasus kekerasan anak dan perempuan di Kabupaten Cirebon cukup tinggi. Women Crisis Centre (WCC) Mawar Balqis mencatat sebanyak 1.516 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak terjadi dalam kurun waktu 2001-2011. Dari total kasus tersebut, kasus kekerasan dalam rumah tangga paling dominan dengan 717 kasus. Bahkan di tahun 2015, sudah tercatat sekitar 142 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. ManaJer Program WCC Mawar Balqis Sa’adah mengatakan, dibutuhkan sinergitas antar semua elemen untuk menekan potensi kekerasan terhadap perempuan dan anak. Masyarakat merupakan motivator utama dalam menekan kemungkinan-kemungkinan terjadinya kekerasan pada perempuan dan anak. “Masyarakat bisa menjadi motivator utama, agar bisa mencegah atau antisipasi agar tidak jadi korban kekerasan. Kalaupun sudah jadi korban, bisa melakukan penanganan dini. Persoalan ini harus menjadi perhatian bersama karena penanganannya harus dilakukan bersama-sama,” ujarnya usai Rapat Koordinasi Gugus Tugas Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Cirebon di ruang Paseban Setda Kabupaten Cirebon, Selasa (9/6). WCC Mawar Balqis sendiri diakui Sa’adah mencoba untuk menekan kemungkinan-kemungkinan terjadinya kekerasan pada perempuan dan anak. Namun dalam perjalannya, pihaknya menemukan berbagai kendala. Di antaranya, luas wilayah Kabupaten Cirebon yang membutuhkan waktu lama untuk menyosialisasikan tentang bahaya dan antisipasi kekerasan. “Faktor ekonomi juga menjadi pemicu terjadinya kekerasan,” ujar dia. Sosialisasi pada masyarakat Sementara itu, Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kabupaten Cirebon Supadi Priyatna mengatakan, kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak masih terbilang tinggi. Dari data yang ada, pada tahun 2013 terdapat 52 kasus, tahun 2014 sebanyak 57 kasus, dan tahun 2015 tercatat 5 kasus. Supadi menjelaskan, jumlah penduduk yang lebih dari 2 juta penduduk ini menjadi pemicu kurang maksimalnya upaya penekanan angka kekerasan. “Kita lakukan penyuluhan, tetapi karena jumlah masyarakat ini sangat banyak, akhirnya ada keterbatasan,” ujarnya. (kmg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: