Juara karena Motivasi Norman
PARIS - Juara Grand Slam Prancis Terbuka 2015, Stanislas Wawrinka akhirnya membeberkan rahasia kesuksesannya mengalahkan Novak Djokovic di babak final. Menurut petenis asal Swiss tersebut, perkataan dari sang pelatih, Magnus Norman membuat semangatnya terbakar dan akhirnya menang empat set atas Djokovic setelah sempat menyerah di set pertama. Keberhasilan Wawrinka membuat Djokovic harus kembali gigit jari dan terpaksa menunggu hingga tahun depan untuk kembali berusaha meraih satu-satunya titel Grand Slam yang belum ia miliki dalam karirnya itu. Ini juga jadi titel mayor kedua buat petenis berusia 30 tahun tersebut setelah tahun lalu menjuarai Australia Terbuka. Hebatnya, ia belum pernah sekalipun berhasil mengalahkan Djokovic di 17 pertemuan sebelumnya. Jadi, kemenangan pertama Wawrinka ini langsung berbuah trofi juara Grand Slam. “Saya merasa sangat rileks saat bertanding hari Sabtu hingga minggu pagi, sampai akhirnya mungkin 15 menit sebelum masuk lapangan, semuanya berubah,” tutur Warinka seperti dilansir ESPN. “Saya mulai merasakan gugup, dan berkata pada diri sendiri ‘apa yang sedang terjadi’,” imbuhnya. Kemudian, rasa gugup itu perlahan hilang setelah ia berbicara dengan pelatihnya, Magnus Norman. “Ia selalu percaya saya, dan bisa menemukan kata-kata tepat untuk membuat saya lebih percaya diri, dan masuk lapangan dengan keyakinan bahwa say abisa mengalahkan petenis rangking satu dunia di sebuah final Grand Slam,” kata Wawrinka. Sosok Norman sebagai pelatih, sebetulnya tak asing di lapangan Roland Garros. Ia juga pelatih yang berperan membawa Robin Soderling melangkah hingga babak final Prancis Terbuka tahun 2009 dan 2010. Salah satunya, ia raih dengan mengalahkan Rafael Nadal, si raja tanah liat di Roland Garros. Soderling adalah pemain pertama yang menghentikan 31 kemenangan beruntun Nadal di Roland Garros. Kerjasama dengan Wawrinka dimulai pada tahun 2013, dan setelah 36 turnamen mayor tanpa sekalipun bisa melangkah ke babak semfinal, petenis Swiss itu kini sudah berhasil mengangkat dua trofi Grand Slam, sejajar dengan Andy Murray. “Untuk dua tahun terakhir, saya sudah merubah pendekatan,” kata Wawrinka. “Ketika saya terus bermain lebih dalam, ternyata saya jarang sekali tampil buruk. Ini adalah final, dan biasanya saya percaya diri. Tahun lalu di Wimbledon saya terhenti di perempatfinal dari Federer. Saya tahu saya bisa kalah, tapi ketika saya sudah melewati babak itu, di semifinal atau final, lebih sering saya tampil bagus karena saya sangat percaya diri,” pungkas Wawrinka. (dim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: