Utje: PNS Jangan Hidup Konsumtif
KUNINGAN - Bupati Kuningan, Hj Utje Ch hamid Suganda mengingatkan kepada PNS yang ada di Kuningan agar tidak konsumtif. Sebab, kalau abdi negera banyak terlilit utang, tidak akan efektif dalam bekerja, sehingga kinerjanya akan merosot. “Boleh menggadaikan SK, tapi untuk hal yang penting, seperti membeli rumah. Tapi kalau yang tidak perlu, jangan, nanti gajinya habis. Terus mau dari mana menutupi kekurangan kebutuhan sehari-harinya?” ucap Utje usai kegiatan program Apel (Aparatur Peduli Lingkungan), Kamis lalu (11/6). Utje mengetahui kalau PNS banyak menggadikan SK di bank, dan itu bukan barang baru. Namun, hal itu dianggap sudah lumrah. Utje bukan melarang PNS untuk tidak memiliki utang, karena semua orang pasti mengalamai berutang. Utje sendiri pun pernah berutang, tapi bukan untuk konsumtif, melainkan untuk kebutuhan primer. Utje pantas mengingatkan hal ini karena dia banyak mendengar PNS yang terlilit utang karena gaya hidup. Padahal, kalau bisa mengatur dengan baik dari segi keuangan, maka PNS itu bisa hidup tenang. Kepala BKD (Badan Kepegawaian Daerah) Kuningan, Drs Uca Somantri MSi pun ikut menambahkan, apa yang dikatakan oleh bupati harus diingat oleh PNS. Pihakanya selalu mengingatkan hal ini karena sebagai bentuk perhatian kepada PNS. “Kami tidak bisa membantu kalau terjadi apa-apa karena itu tanggungjawab yang bersangkutan. Tapi dengan sering mengingatkan, minimal PNS tersadarkan bahwa hidup konsumtif itu bisa menyengsarakan,” jelas mantan kepala Dinas Koperasi dan UKM itu. Dari penelusuran Radar, konsumtif PNS adalah salah satu pemicu gaya hidup. Mereka melihat dari para pejabat yang banyak memiliki mobil mewah. Bahkan sekarang kempemilikan kendaaran mobil bukan hal baru. Di Pemda saja, tempat parkir sampai penuh karena banyak yang membawa kendaraan selain kendaraan dinas. Selain pejabat dan PNS yang ada di lingkungan setda, saat ini guru yang boleh dibilang kehidupannya berubah 180 derajat. Guru memiliki kendaraan mewah bukan hal yang aneh karena saat ini adanya tunjungan sertifikasi. Penghasilan mereka pun berlipat. Namun, tidak sedikit karena gaya hidup konsumtif guru tejerat utang, baik ke bank maupun ke lembaga keuangan non-perbankan. Akhirnya, mereka dikejar-kejer utang dan cara gali lubang tutup lubang sebagai jalan terakhir. “Kalau ditanya, saya ingin seperti dulu, dimana penghasilan cukup dan hidup juga cukup. Tapi, kini dengan penghasilan berlipat, membuat saya menjadi konsumtif dan akhirnya terjerat utang. Saya ingin pensiun dini saja agar utang saya bisa tertutupi karena cape, tiap bulan harus mencari pinjaman,” ucap salah seorang guru golongan IV A yang terjerat utang. (mus)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: