Total 79 Jenazah Dievakuasi
Penanganan Sindikat Ditangani Tim Gabungan TULUNGAGUNG - Berapa jumlah penumpang kapal nahas tersebut memang masih belum bisa dipastikan. Namun, jumlahnya dipastikan bisa mencapai lebih dari 150. Ini setelah tim SAR gabungan kembali berhasil menemukan 38 jenazah lagi. 37 ditemukan di Banyuwangi, dan satu lagi ditemukan di Pantai Popoh, Tulungagung. Dengan demikian total jenazah yang berhasil dievakuasi dari laut mencapai 79 orang. ”Ditambah dengan korban selamat 49 orang, maka jumlahnya mencapai 128 penumpang,” ucap penanggung jawab wilayah Satgas imigran Brigjen Pol Eddi Sumantri. Hanya, Eddi belum berani memastikan berapa jumlah penumpang yang naik kapal tersebut. Rincian penemuan jenazah ini sebagai berikut. Pencarian di Pantai Rowo Biru, Siliragung menemukan tiga jenazah pria, dan tiga perempuan. Di Pantai Kelampok Grajakan, Purwoharjo ditemukan empat pria, dua perempuan, dan satu anak. Kemudian di Pantai Trianggul Asri Tegaldlimo ditemukan 33 jenazah. Selanjutnya, KRI Untung Surapati mengevakuasi jenazah enam pria dan dua perempuan, serita KRI Oswald Siahaan menemukan 16 jenazah pria, tiga perempuan, dan dua anak. Sisa empat orang lagi ditemukan di Pantai Popoh dan Sine, Tulungaung. Eddi mengatakan bahwa dengan perkembangan ini, pencarian tidak lagi diberi deadline seminggu seperti sebelumnya. ”Kami tidak akan kaku dengan aturan yang ada. Kami akan terus mencari sampai batas waktu yang tak ditentukan,” tutur pria yang juga Wakapolda Jatim tersebut. Selain itu, radius pencarian pun juga diteruskan di sepanjang pantai Selatan Jawa-Bali. Di bagian lain, perkembangan penyelidikan kasus people smuggling belum menunjukkan perkembangan berarti. Setelah empat nelayan, dua PNS, dan empat oknum tentara (tiga dari Koramil Besuki, Tulungagung, dan satu dari Kodim Sampang), masih belum ada tambahan pemeriksaan. “Semuanya kini sudah ditangani oleh Satgas Imigran,” kata Kapolres Tulungagung AKBP Agus Wijayanto. Menurut perwira dengan dua melati di pundak tersebut, Satgas tersebut merupakan tim gabungan dari Bareskrim Mabes Polri dan Polda Jatim. Juga ada kerja sama koordinasi dengan pihak terkait lainnya, seperti TNI-AD. Informasi yang dihimpun Jawa Pos (Grup Radar Cirebon) menyebutkan bahwa para oknum tentara tersebut mendapat upah sekitar Rp5 juta. “Boleh dibilang ini sebenarnya merupakan sambilan dari mereka saja. Mereka juga mengaku terkejut dan kaget, sekaligus panik, ketika tahu kapal tersebut tenggelam,” terang sumber di Satgas. Hanya, penyidikan atas kasus tersebut kini sedikit terhambat oleh birokrasi. Karena korlapnya adalah anggota militer aktif, maka penanganannya dilakukan oleh Denpom. Kendati TNI-AD sendiri sudah kooperatif, namun tetap saja ada birokrasi yang harus dilakukan, seperti mengirim surat terlebih dulu bila ingin memeriksa. Hingga kemarin, fokus pemeriksaan masih dilakukan terhadap Serka Mk, anggota Kodim Sampang, yang memberikan order untuk melakukan pengiriman imigran masuk kapal. “Kami sudah ada gambaran, dan tampaknya juga bakal melibatkan sejumlah atasannya. Tapi, informasi ini perlu diperdalam lagi,” imbuhnya, seraya mewanti-wanti namanya tidak disebutkan. Dikatakan sumber tersebut, sebenarnya pihak Satgas sudah mempunyai gambaran besar mengenai siapa saja sindikat ini. Terutama siapa-siapa yang bekerja sama dengan sindikat people smuggling internasional. “Tapi, tentunya kami bekerja berdasarkan bukti-bukti yang ada. Kami tak bisa asal main tangkap atau main periksa saja,” ucapnya, seraya menolak menyebutkan gambaran besar sindikat tersebut dengan alasan untuk kepentingan penyidikan. Untuk itu, sumber tersebut mengatakan pihaknya akan fokus memeriksa dua orang kru lokal yang terdampar di Pantai Sendangbiru, Malang. “Tapi pengakuan mereka masih berbelit-belit. Dulu bilangnya juru mudi, sekarang bilangnya hanya kru biasa,” tambahnya. Hanya, dia menyebutkan bahwa rantai sindikat ini sebenarnya masih sangat panjang. Boleh dibilang keempat oknum TNI, dua PNS, dan empat nelayan tersebut merupakan mata rantai paling ujung. “Mereka hanya bertanggung jawab mulai datangnya para Imigran di pantai Popoh hingga mengantarkannya sampai ke kapal yang akan membawa para imigran tersebut ke Australia,” tuturnya. Yang paling penting adalah mengungkap siapa yang mendatangkan mereka ke Jakarta, bekerja sama dengan sindikat internasional, menyiapkan tempat penampungan, hingga membawannya ke pantai-pantai yang relatif sepi untuk pemberangkatan. “Itu kakapnya. Yang tengah diperiksa ini masih merupakan bagian kecil saja,” tandasnya. Brigjen Pol Eddi Sumantri sendiri menolak berkomentar ketika ditanya mengenai masalah ini. “Semuanya masih dalam pendalaman. Percayalah, kami akan profesional dan proporsional dalam menangani kasus ini,” tandas orang nomor dua di jajaran kepolisian Jawa Timur tersebut. (ano)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: