Emas Terakhir yang Dramatis

Emas Terakhir yang Dramatis

Thailand Juara Umum SEA Games 2015 SINGAPURA - Entah apa yang dirasakan oleh penonton di Singapore Indoor Stadium. Namun jika bisa menebak, tidaklah terlalu sulit. Jantung penggila bulu tangkis baik itu fans dari Malaysia maupun Indonesia, nyaris copot saat menyaksikan pertandingan menegangkan final ganda campuran antara Praveen Jordan/Debby Susanto melawan Chan Peng Soon/Goh Liu Ying asal Malaysia. Bagaimana tidak, penonton disajikan drama pertarungan yang menegangkan, dimana pemenang harus ditentukan lewat  empat kali deuce. Adalah Preveen/Debby yang akhirnya memutus harapan pasangan Chan/Goh lewat rubber game dramatis,  2-1 (18-21, 21-13, 25-23), kemarin (16/6). Kemenangan tersebut tidak hanya membuat cabor bulu tangkis jadi juara umum pada SEA Games 2015 dengan koleksi tiga emas, dua perak dan empat perunggu. Namun juga menjadi emas terakhir yang direbut oleh Indonesia pada SEA Games 2015. Karena itu, bukan pemandangan yang aneh jika Praveen/Debby begitu menikmati kemenangan tersebut. Apalagi, unggulan pertama pada SEA Games 2015 kali ini, dibuat kerepotan oleh lawan,  terutama di set pertama dan set terakhir. Puncaknya saat Indonesia unggul tipis 24-23 di set penentuan. Pasangan peringkat 11 dunia tersebut dibuat kerepotan dengan serangan bertubi-tubi Chan/Goh. Namun defense tangguh serta satu smash tajam dari Praveen, membuat Indonesia keluar sebagai yang terbaik. Tambahan emas terkahir tersebut membuat bulu tangkis melewati target dari PBSI yang sebelumnya menargetkan dua emas saja. Dua emas lainnya disumbangkan oleh beregu putra, sementara satu emas lagi lewat ganda putra Indonesia. Pasangan ganda putra  Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi mampu menjinakkan  rekan sesama satu negara  Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dengan dua set langsung, 2-0 (21-12, 24-22). Atas hasil tersebut, Ketua Umum PP PBSI, Gita Wirjawan yang turut hadir menyaksikan laga final  mengatakan bahwa hasil SEA Games 2015 ini menunjukkan bahwa pemain-pemain muda pelatnas Cipayung layak untuk mendapatkan kepercayaan untuk turun pada kejuaraan-kejuaraan lainnya lagi. Sementara itu, kegagalan Indonesia memenuhi target nangkring di dua besar mendapat sorotan tajam. Kemarin (16/6) di Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta, Wakil Ketua Umum KONI Pusat, K Inugroho mengkritik pemerintah yang utopis. Antara Menpora Imam Nahrawi dan Satlak Prima terjadi silang pendapat soal target medali. Satlak Prima yang secara kelembagaan di bawah Kemenpora sebelum SEA Games XXVIII/2015 mengatakan target realistis adalah posisi keempat klasemen pengumpul medali dengan raihan emas 45-50 medali. Menurut Inu, sejak sebelum SEA Games XXVIII/2015 berakhir, pihak KONI sudah memprediksi tak mungkin Indonesia masuk dua besar peraih medali. Selain dominasi Thailand, tuan rumah juga tak mau kehilangan muka. \"Saya katakan pemerintah terlalu terobsesi dengan hasil bagus di SEA Games tanpa melihat fakta di lapangan. Sedang kita kan koordinasi dengan PP dan PB. Jadi tahu apa yang terjadi sesungguhnya,\" ucap Inu. Karena itulah seharusnya pemerintah tak terlalu utopis atau muluk mengenai incaran 72 emas. Lagipula 72 emas dan posisi runner-up itu disemburkan Menpora tanpa melihat data fakta selama masa try out. \"Atau mungkin Menpora ingin menggelembungan target dengan harapan bisa memompa semangat atlet. Namun jika memang demikian adanya, kurang tepat. Soalnya dengan Menpora ngomong 72 emas sama juga memberikan publik harapan terlalu jauh,\" kata Inu. Sementara itu, Menpora Imam Nahrawi yang menjadi sasaran kritik menerima dengan besar hati mengenai kegagalan Indonesia di SEA Games XXVIII/2015 Singapura ini. Bukan lantas saling menyalahkan, politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu ingin mengajak stake holder lebih peduli olahraga. \"Hasil SEA Games tahun ini menjadi momentum evaluasi dan pembenahan total buat pemerintah. Tentu bersama pengurus-pengurus cabang olahraga. Kita harus menyiapkan stratgei dan langkah besar menuju event yang selanjutnya. Terutama Asian Games 2018 dimana kita menjadi tuan rumah,\" tulis Imam dalam surat elektronik. Sementara itu, dari hasil akhir perolehan medali, Thailand menjadi pemuncak klasemen dengan mengumpulkan 95 emas, 83 perak, dan 69 perunggu. Disusul Singapura (84 emas, 73 perak, 102 perunggu), sertaVietnam di posisi ketiga (73 emas, 53 perak, 60 perunggu). Sementara Indonesia ada di peringkat kelima dengan 47 emas, 61 perak, dan 74 perunggu. (apu/dra)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: