Ujung-ujungnya Kembali ke Dana

Ujung-ujungnya Kembali ke Dana

JAKARTA - Kegagalan pada SEA Games 2015, seolah menjadi tamparan keras bagi  Indonesia. Tanpa persiapan yang matang maka impian untuk merebut juara umum bak menjadi mimpi di siang bolong. Dalam rapat evaluasi bersama dengan cabor-cabor, Ketua Umum KONi, Tono Suratman menyatakan bahwa jika ingin memperbaiki prestasi olahraga Indonesia yang sedang menukik, maka Pelatnas untuk menyiapkan  atlet-atlet Indonesia harus dilakukan secara serius. Menurut Tono, salah satu cara yang harus dilakukan adalah dengan melakukan Pelatnas yang berlanjut. Jadi diharapkan atlet disiapkan atau berkumpul tidak hanya menjelang event tertentu saja namun juga berlanjut, meski setelah melakoni  multievent olahraga tertentu. Berlanjut juga termasuk dalam hal regenerasi atlet. Namun selama ini, kendala yang dihadapi adalah, dana yang dikucurkan oleh pemerintah.  Menurutnya, pemerintah harus berani untuk melakukan investasi besar kepada atlet jika ingin menjadi juara umum. Pria asal Makassar itu mencontohkan, jika misalnya Indonesia mendapatkan kuota 500 atlet untuk mengikuti pelatnas persiapan SEA Games. Maka pemerintah harus siap untuk mengguyur dana dua kali lipat untuk 1000 atlet.  Sebab sisa 500 atlet lainnya adalah untuk regenerasi dan juga melapisi atlet utama. “Atlet harus disiapkan tahun ke tahun, karena setelah SEA Games misalnya, kan tidak  100 persen atlet akan berlatih lagi.Pasti ada yang cedera atau masalah lainnya. Nah selama ini kita tidak memiliki lapisan,\" ungkapnya. Pria berumur 62 tahun itu mengatakan bahwa, jika dibandingkan dengan negara lain seperti Thailand. Dana investasi untuk olahraga, khususnya untuk  ajang multievent,yang dikucurkan oleh pemerintah Indonesia, merupakan salah satu yang terkecil dari negara ASEAN lainnya. Meski dalam APBN-P 2015 berubah menjadi Rp.325 miliar, dari sebelumnya yang Rp.250 milliar, namun tambahan itu juga digunakan untuk mempersiapkan atlet jelang Asian Games 2018, tidak hanya SEA Games 2015 saja. Belum lagi persoalan birokrasi pencairan dana APBN yang memakan waktu dua sampai tiga bulan setelah awal tahun. Hal itu menurutnya tentu menganggu persiapan atlet mulai dari telatnya try out, dana peralatan latihan dan juga permasalahan lainnya. \"Solusinya, perlu ada namanya dana talangan untuk atlet. Karena mengikuti APBN keluarnya dua sampai tiga bulan setelah awal tahun.Sedangkan Januari, Februari dan Maret , atlet kan harus tetap berlatih,\" ucap Tono. Harapannya dengan adanya dana talangan maka meskipun dan baru cair Maret atau April, maka bisa diatur agar bisa keluar terlebih dahulu pada bulan Januari. “Jadi kebijakan-kebijakan politik untuk  olahraga harus benar-benar diurus,\" pungkasnya. Menangggapi hal tersebut, manajer Perahu Naga Indonesia, Young Mardinal Djamaluddin berharap evaluasi tersebut juga dapat dilaksanakan dengan baik, tak sekedar omong kosong belaka.  Sebab sebelum SEA Games 2015, Perahu Naga merupakan salah satu cabor yang minim try out dan hanya melakoni satu turun di kejuaraan di Macau pada tahun 2014. “Karena untuk pemain-pemain muda yang penting adalah jam terbang. Dan itu di dapatkan melalu try out.  Kalau hanya sparring  tentu saja kurang,\" terangnya. Di sisi lain, Ketua Satlak Prima Suwarno enngan berbicara banyak perihal masalah eveluasi tersebut. Dirinya mengatakan bahwa pertemuan dengan cabor-cabor tersebut hanyalah persiapan saja sebelum melakoni evaluasi yang lebih serius. “Pertemuaan hari ini adalah persiapan untuk satu kata menjelang evaluasi.Kami telah menentukan apa saja yang mau dikatakan, kami sudah ada bahan semua. Tapi nanti akan kami ungkap semua,\" tuturnya. (mid/dra)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: