Selidiki Match Fixing, Bareskrim Polri Datangi BOPI

Selidiki Match Fixing, Bareskrim Polri Datangi BOPI

JAKARTA - Informasi match fixing yang pernah diembuskan oleh sejumlah sumber ke publik beberapa waktu lalu, mulai mendapat tanggapan serius dari Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri. Ya, satuan kepolisian yang khusus membidangi kriminal itu sudah mulai mencari informasi awal terkait sindikat kejahatan yang dipraktekan dalam sepak bola nasional. Dan salah satu yang dijadikan sebagai sumber awal penyelidikan Bareskrim tersebut adalah Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI). \"Kami sudah dimintai keterangan selama empat jam oleh Bareskrim terkait masalah match fixing di sepak bola Indonesia,\" kata Sekjen BOPI Heru Nugroho, kemarin (1/7). Hanya saja, dengan alasan tidak mengetahui banyak persoalan secara detail, Heru mengungkapkan bahwa data dan informasi yang mereka serahkan masih mentah alias belum begitu mendalam. Bahkan, sebagian besar data yang mereka berikan adalah informasi awal dari sejumlah mantan runner dan pelatih serta beberapa media nasional. Kendati masih dalam bentuk \"mentahan\" Heru berharap informasi yang mereka berikan tersebut bisa menjadi pintu masuk kepada Bareskrim untuk mengusut tuntas kejahatan pengaturan skor di sepak bola Indonesia. Pertimbangannya, Bareskrim adalah lembaga pemerintah yang telah dibekali dengan pengetahuan dan peralatan canggih untuk mengungkapkan sindikat kejahatan itu. \"Sebenarnya sinyal tentang siapa saja yang terlibat dalam kejahatan sepak bola nasional selama ini sudah tampak. Jadi, tinggal bagaimana mereka (Bareskrim, Red) mau meneruskan kasus ini atau tidak,\" kata Heru. \"Tapi, kami berharap bisa segera terbongkar sindikat kejahatan yang telah menghancurkan sepak bola nasional ini,\" tegasnya. Seperti diketahui, ada sejumlah informan yang membeberkan praktek-praktek match fixing dalam sepak bola nasional. Termasuk dugaan match fixing saat Timnas U-23 kalah telak dari Thailand dan Vietnam di SEA Games Singapura lalu. Para informan itu adalah seorang runner yang berinisial BS serta mantan pelatih Persipur Purwodadi Gunawan serta Agus Yuwono, mantan pelatih Persegres Gresik dan Persidafon Dafonsoro. \"Selain PSSI yang harus bergerak cepat, lembaga-lembaga pemerintah juga harus serius terlibat aktif untuk membongkar praktek kejahatan dalam sepak bola nasional ini,\" harap Gunawan.\"Apalagi, kejahatan ini sudah melibatkan orang asing asal Malaysia dan Singapura,\" lanjut mantan pelatih Deltras Sidoarjo itu. (dik/ko)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: