BKPPP Gencar Sosialisasi Pengganti Nasi
SUKRA- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Indramayu melalui Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian (BKPPP) gencar sosialisasi makanan pengganti nasi. Upaya ini dilakukan guna mengantisipasi ancaman krisis pangan akibat tingginya konsumsi masyarakat terhadap nasi. Kepala BPKPPP, H Warjo SH menjelaskan, potensi pertanian selain padi di Kabupaten Indramayu sebenarnya cukup tinggi. Seperti singkong, ubi jalar dan jagung yang bisa menjadi sumber makanan sehat, mudah didapatkan dan mampu dikembangkan untuk menjadi bahan pangan pengganti beras. “Persoalannya adalah kebiasaan masyarakat kita sendiri yang belum bisa meninggalkan nasi sebagai makanan pokok. Akibatnya konsumsi nasi sangat tinggi. Bila ketersediaannya berkurang, tentu ini menjadi ancaman terhadap ketahanan pangan,” kata Warjo saat sosialisasi di Kecamatan Sukra, Rabu (1/7). Menurut dia, ancaman kekeringan saat ini tidak akan berdampak besar apabila konsumsi makanan pokok masyarakat tidak bergantung dengan satu sumber pangan yakni beras. Itu sebabnya, tak perlu heran jika orang sudah makan roti tapi masih lahap makan nasi. Bahkan makan mi pun dicampur nasi. Alhasil, nasi sebagai bahan makanan pokok seperti tak mungkin tergantikan. Ketergantungan pada beras ini, menurut Warjo, dapat mengancam ketahanan pangan. Sebab, penyediaan beras pada masa mendatang diprediksi tidak sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk dan luas lahan pertanian sawah yang terus menyusut akibat adanya alih fungsi. “Untuk mengurangi ketergantungan itu, perlu ada perubahan konsep dan kebiasaan makan masyarakat untuk mengganti nasi dengan makanan jenis lain. Sebagai pengganti, warga bisa mengkonsumsi sumber karbohidrat lain seperti jagung, ubi, singkong, talas, kentang dan lainnya,” terang Warjo. Selain lewat sosialisasi, BPKPPP Indramayu juga telah melakukan proyek percontohan demi mendorong tercapainya penganekaragaman konsumsi pangan daerah. Seperti dengan memberikan fasilitas kepada Koperasi Gapoktan Tani Mulus Desa Mundak Jaya, Kecamatan Cikedung untuk memproduksi bermacam aneka makanan pengganti nasi dari bahan baku ketela. Seperti beras ketela, mi ketela dan makaroni ketela. Program program percepatan penganekaragaman konsumsi pangan ini dilaksanakan bertujuan untuk mewujudkan surplus beras minimal 10 juta ton yang dicanangkan oleh Pemerintah Pusat. Saat ini, produksi beras nasional per tahun mencapai 37 juta ton. Sedangkan konsumsi beras penduduk Indonesia cukup tinggi, yaitu 139,15 kg/kapita/tahun. Pemerintah memliki target menurunkan konsumsi beras sebesar 1,5 persen per tahun, yaitu dengan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan. Saat ini baru tercapai 0,6 persen. Karena surplus beras sekarang masih 4-5 juta ton/tahun. Target tersebut hanya dapat tercapai jika konsumsi beras dikurangi. Salah satu caranya melalui diversifikasi makanan dari ketela sebagai bahan pangan alternatif pengganti beras. (kho)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: