One Way Solusi Atasi Macet

One Way Solusi Atasi Macet

Mudik Malam Hari Masih Diminati MAJALENGKA – Kemacetan di pasar tradisional Prapatan Kecamatan Sumberjaya yang terjadi setiap Senin dan Kamis, sudah tidak asing lagi. Pasalnya dua hari itu merupakan hari pasaran. Namun, bertepatan dengan arus mudik lebaran aktivitasnya menjadi dua kali lipat dari hari biasa. Seperti terjadi Senin (13/7) kemarin bertepatan dengan H-4 Lebaran. Pasar yang berada di jalur tengah Jawa Barat itu dipadati penjual dan pembeli. Namun dari pantauan Radar, volume kendaraan roda dua dan roda empat yang melintas di jalur pasar tersebut terlihat lengang. Tidak terlihat penumpukan kendaraan pemudik dari arah Bandung. Namun petugas pengamanan area pasar yang sudah bekerja sejak pukul 05.00 melakukan sejumlah langkah mengantisipasi kemacetan yang signifikan dengan menerapkan one way (satu jalur). Kepolisian dan Dishubkominfo Kabupaten Majalengka, mengatur lalu lintas dengan memblokade jalan bagi kendaraan roda empat dari arah Cirebon. Kendaraan dari arah Cirebon yang menuju arah Bandung dialihkan menuju jalur alternatif arah Kecamatan Leuwimunding, tembus ke Rajagaluh serta Palasah. Akibatnya, volume kendaraan yang didominasi roda empat di jalur alternatif mengalami penumpukan. “Dari arah Bandung sebagian dialihkan melalui jalur alternatif Desa Gelok Mulya Kecamatan Sumberjaya, sehingga tidak masuk ke jalur ini (pasar tumpah). Sehingga pemudik dari Bandung maupun Jakarta via Cikamurang hanya berlaku satu lajur saja,” kata Kasat Lantas Polres Majalengka AKP Rezkhy Satya Dewanto di sela-sela melakukan pengamanan mudik kemarin. Upaya tersebut dilakukan karena dinilai efektif meredam kemacetan panjang di pasar Prapatan. Pencegahan macet di  pasar Prapatan selalu menjadi tugas kepolian serta Dishub selama arus mudik dan balik berlangsung. Apalagi kemarin bertepatan dengan hari pasaran sebelum lebaran. “H-4 lebaran pemudik memang terpantau tidak memadati jalan ini, khususnya dari arah Bandung. Tetapi kami terus memantau lebih intensif para pemudik,” terangnya. Untuk H-4, Rezkhy menye­butkan bahwa jumlah kendaraan pemudik terpantau masih lengang tidak terjadi seperti dua hari sebelumnya. “Kenyamanan pemudik adalah tanggung jawab kita semua. Makanya kita harus sama-sama memberi rasa nyaman kepada para pemudik,” kata dia. Pantauan Radar di dalam pasar, terlihat para penjual dan pembeli tampak masih kurang tertib. Padahal mereka sudah mendapatkan instruksi dari pemerintah kecamatan agar berjualan dengan membelakangi jalan. Artinya, transaksi jual beli dilakukan di dalam pasar saja. “Sedikit sumpek dan padat di sini. Tapi kalau untuk keamanan pemudik, saya setuju saja,” tutur salah satu pedagang, Tatang kepada Radar. Sementara itu, arus mudik di H-4 di jalan protocol kabupaten berbeda dengan jalan Kadipaten-Cirebon. Di jaln KH Abdul Halim arus kendaraan mengalami peningkatan oleh para pengendara yang hendak menuju Kuningan dan Cirebon. Namun peningkatan arus mudik diprediksi akan terjadi Rabu dan Kamis lusa yang merupakan hari libur. Namun demikian dari pantauan koran ini, mudik lebaran malam hari ternyata masih digemari pemudik. Hal itu bisa dilihat dari volume kendaraan pemudik yang lebih meningkat jumlahnya sejak pukul 19.00 atau selepas waktu berbuka puasa hingga menjelang subuh. Hal itu diakui Agus S, salah seorang petugas jaga di Pospam. Menurut dia jumlah kendaraan pemudik di malam hari lebih banyak dibandingkan pada siang hari. Kemungkinan para pemudik sengaja menghindari teriknya panas, mengingat saat ini cuaca masih terasa ekstrim. “Lonjakan kendaraan pemudik biasanya terjadi pada sekitar pukul 16.00 atau sekitar pukul 20.00 dan menjelang subuh. Biasanya sampai mengular. Kalau siang hari seperti sekarang ini sekitar pukul 12.15 bisa dilihat jalanan juga agak lengang, jumlah kendaraan pemudik lebih sedikit,” ucapnya sambil terus mengawasi sekitar arus lalu lintas di depannya. Di tempat terpisah Slamet Hadi  (40), salah seorang pe­mudik  asal kuningan yang sempat beristirahat di sekitar alun-alun Majalengka mengatakan, dirinya sebenarnya berangkat dari Jakarta sesudah sahur. Hal itu dilakukan agar perjalanan lebih tenang dan dingin tidak terlalu panas. Menurutnya, banyak rekan-rekanya yang memilih melakukan perjalanan malam hari guna menghindari panasnya terik matahari. Biasanya kata dia, pada tengah hari seperti ini rombongan para pemudik akan mencari lokasi yang tepat yang bisa dijadikan untuk berteduh sekaligus beristirahat, dan perjalanan baru akan dilanjutkan kembali sekitar pukul 16.00 atau kalau kondisi cuaca tidak terlalu panas. (ono/bae) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: