Klaim Sulit Distribusi
Muncul Oknum “Motoris” Naikkan Harga Gas Melon KUNINGAN – Kekurangan gas LGP 3 kilogram atau gas melon yang menimbulkan anggapan terjadi kelangkaan di masyarakat, mendapat penjelasan dari Kabag Perekonomian Setda Kuningan, Trisman Supriatna MPd. Pihaknya menjamin, Rabu (22/7) ini pasokan gas 3 kilogram tersebut bakal melimpah. Kepada Radar, Trisman membenarkan pernyataan salah seorang agen, Nanang Zaenal Arifin. Apa yang terjadi belakangan ini bukan kelangkaan, melainkan kekurangan akibat tersendatnya distribusi. Arus lalulintas yang macet membuat armada angkutan gas sulit bergerak. “Pasca Lebaran, kita terus lakukan monitoring by phone. Ternyata memang pasokannya tersendat distribusi. Kita tahu sendiri jalur Cirebon-Kuningan padatnya bukan main. Meski Sabtu (25/7) tetap ada distribusi, namun melonjaknya pemakaian membuat terjadinya kekurangan,” jelasnya. Sedangkan soal liburnya distribusi pada Minggu (19/7), Trisman berkilah itu sudah jadwal dari Pertamina. Kemungkinan karena para karyawan ingin berlibur Lebaran, maka ditetapkan libur distribusi jatuh pada hari Minggu. “Yang jelas, tadi (Selasa, red) armada angkutan gas sudah mulai beroperasi. Terlebih ada penambahan alokasi 50 persen. Pantauan kita tadi itu tidak terjadi kekurangan. Apalagi besok (Rabu, red), bakal ada kiriman masing-masing 2 LO (Low Order) per agennya,” kata Trisman. Pasokan 2 LO tersebut, menurutnya, itu di luar jadwal. Sedangkan penambahan alokasi 400 persen, sudah terjadwalkan hingga 27 Juli mendatang. Namun karena sedang berada di luar kantor, Trisman tidak bisa menyebutkan jadwal penambahan alokasi tersebut. “Besok (Rabu, red) gas melon akan melimpah, karena akan ada kiriman di luar jadwal masing-masing per agen sebanyak 2 LO. Jadi, kami mengimbau agar masyarakat tidak panik,” ucapnya. Namun pada kesempatan itu, Trisman meluruskan pernyataan Nanang Zaenal Arifin terkait penambahan alokasi. Dia menyebutkan, sebetulnya penambahan alokasi tersebut mencapai 600 persen. Sebab, penambahan 400 persen dikhususkan untuk mengatasi kekurangan saat Lebaran. Selebihnya, 200 persen, untuk mengatasi kekurangan pada bulan Ramadan. “Pada bulan Juni ada penambahan 200 persen. Sedangkan Juli, untuk mengatasi Lebaran ada penambahan lagi 400 persen. Jadi, totalnya itu 600 persen,” ungkap dia. Soal kekurangan gas melon ini, Trisman mengakui banyaknya telepon dan SMS yang masuk dalam rangka monitoring. Salah satunya datang dari salah seorang wakil rakyat yang memberikan keterangan adanya oknum penjual di wilayah Cidahu yang mematok harga sampai Rp25 ribu per tabung. Oknum tersebut diistilahkan olehnya sebagai “motoris”. “Jadi, motoris ini membeli gas melon dari sana-sini, kemudian menjualnya dengan harga yang mahal. Padahal kalau HET (harga eceran tetap) itu kan 15.600 rupiah per tabung. Ini hanya sekadar oknum yang memanfaatkan situasi saja, karena kalau pangkalan sih tetap menjual gas sesuai HET,” ujarnya. Sementara itu, seorang pemerhati kebijakan daerah, Dadi Nuryana mengkritisi langkah pemerintah dalam mengatasi kekurangan gas saat Lebaran. Pemerintah hanya terkesan menggembar-gemborkan penambahan alokasi 400 persen tanpa disertai jadwal yang tepat. “Pasokan yang sangat dibutuhkan itu kan pada H+1, H+2 dan H+3. Ini kok, hari Minggu tepat pada H+2 distribusi malah diliburkan. Kalaupun memang pegawainya pada libur Lebaran, mestinya dapat disiasati dengan menggelontorkan pasokan sebelum Lebaran,” ucapnya. Kalau saja sebelum Lebaran tambahan alokasi sudah didistribusikan 300 persen, maka Dadi meyakini tidak akan terjadi kekurangan pada hari Lebaran dan sesudahnya. Sehingga melonjaknya kebutuhan masyarakat terhadap bahan bakar tersebut mampu teratasi. Terlebih masih ada sisa tambahan alokasi sebesar 100 persen. “Kondisi ini menjadi masalah yang terus terulang tiap tahun tanpa adanya solusi yang betul-betul mampu membungkam teriakan masyarakat pasca Lebaran. Teriakan-teriakan tersebut selalu saja ada, bahkan banyak. Ini menunjukkan lemahnya koordinasi antara pemda dengan Pertamina,” tukasnya. (ded)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: