Ortu Keluhkan MOS

Ortu Keluhkan MOS

Syarat dan Atribut Siswa Menyusahkan KUNINGAN - Tiap memasuki ajaran baru, orang tua siswa sudah dipastikan menyiapkan dana yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan sekolah anaknya. Banyak yang meminjam dana hingga menggadaikan barang demi anaknya sekolah. Ternyata, beban orang tua tidak sampa di situ. Mereka kembali direpotkan oleh persyaratan masa orientasi sekolah (MOS). Persyaratan yang diberikan terkadang menyusahkan. Begitu juga atribut yang harus digunakan. “Hingga sore ini (kemarin, red), saya belum mendapatkan kue pia basah untuk MOS keponakan saya. Dari pagi sudah mencari-cari ke tiap toko, tapi tidak ada. Daripada tidak ada sama sekali, maka beli kue pia biasa saja,” ucap Titien kepada Radar, kemarin (26/7). Ibu dua anak asal Kecamatan Darma ini merasa terbebani dengan peryaratan yang terkadang tidak masuk akal. Banyak persyaratan dan atribut yang harus dibawa oleh anak yang membuat mereka tidak tenang mau masuk sekolah. “Daripada harus membawa macam-macam yang tidak ada hubungannya dengan cara mendidik anak, saya lebih setuju belajar tatakrama dan belajar P4 seperti dulu. Hal itu agar bisa mencetak siswa yang cerdas dan berakhlak mulia,” ucap Titin yang menyebutkan anaknya sekolah di SMK favorit di Kuningan. Senada dengan Titin, Lita yang menyekolahkan anaknya di sekolah SMP favorit juga mengaku dibuat repot dan pusing dengan persyaratan yang diberikan sekolah. Sebagai contoh, anak harus menggunakan sepatu warior yang lubangnya enam, kaos kaki hitam putih, dan tas gendong  dari kardus minuman dibungkus koran. Kemudian balon dan menulis nama menggunakan huruf Sunda dan banyak lagi. “Capek sekali harus mencari persyaratan itu. Benar-benar menyiksa. Kalau bisa tahun depan jangan seperti ini. Emang harus seperti ini pengenalan MOS? Saya berharap pihak terkait turun tangan. Hilangkan cara mendidik seperti ini,” ketusnya. Sementara itu, Nindi, salah seorang siswa yang akan ikut MOS di salah satu SMK mengaku, dari pagi hingga pukul 14.00 baru mendapat kaos kaki Cherrybelle warna orange. Dia mendapatkannya di PKL yang ada dipertokaan Siliwangi. “Kalau kalah cepat, saya tidak akan memerolehnya. Untungnya di si Mamang PKL ada satu lagi. Saya sekarang tenang, semua persyaratan sudah ada,” ucap Nindi, gembira. Opik Ropikin, penjual atribut sekolah di pertokoan Siliwangi mengaku, adanya MOS ketiban untung banyak. Orang tua siswa memesan barang-barang yang selama ini jarang dibeli. Seperti kaos kaki orange, kaos kaki belang, hingga tali sapatu warna-warni. “Saya juga pesen dari Cirebon karena kan jarang peminat, kebanyakan kaos kaki hitam dan putih harus belang dan orange. Untuk harga, memang lebih mahal,” ucap pria asal Ciherang itu. Terpisah, Kadisdikpora Kuningan, Drs A Taufik Rohman MSi MPd ketika dikonformasi mengatakan, MOS dibutuhkan dalam rangka pengenalan terhadap civitas akademik, baik kegiatan budipekerti, dana, serta kegiatan lainnya bersifat mengutamakan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. (mus)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: