SMAN 1 Kadugede Konsisten Program Seruling
KUNINGAN – Di saat sekolah lain banyak diprotes karena persyaratan untuk kegiatan masa orientasi siswa (MOS) memberatkan siswa dan orang tua, justru SMAN 1 Kadugede adem ayem. Sekolah yang terletak di bagian selatan Kuningan itu menggelar MOS dengan mengedepankan program Siswa Baru Peduli Lingkungan (Seruling). Setiap siswa diwajibkan patungan membeli bibit pohon, baik pohon produktif atau pohon peneduh. Pohon tersebut ditanam di sekitar sekolah, dan sisanya ditanam di lahan kritis yang ada di Kecamatan Kadugede. “Program Seruling merupakan program yang diwajibkan oleh Pemerintah Kuningan bagi setiap siswa baru. Program ini menanamkan kecintaan kepada alam sejak dini. Apalagi, Kuningan merupakan Kabupaten Koservasi,” ucap Kepala SMAN 1 Kadugede, Drs Maryanto MSi, kemarin (27/7). Dikatakan, setiap pohon yang ditanam di lingkungan sekolah, dirawat oleh masing-masing siswa. Sekalipun siswa itu sudah keluar dari SMAN 1 Kadugede, mereka masih boleh melihat pohon yang mereka tanam. Dengan adanya program ini, suasana sekolah semakin rindang. Bahkan, pada tahun 2012 Maryanto membawa SMAN 1 Kadugede meraih pretasi tingkat nasional sebagai sekolah Adiwiyata, atau sekolah berwawasan lingkungan. Pada tahun ini, katanya, ada 324 siswa yang diterima. Mereka akan ditempatkan di sembilan rombongan belajar (rombel). Untuk kegiatan MOS akan dilakukan selama enam hari dengan rincian empat hari MOS dan dua hari pengenalan kegiatan ekstrakurikuler. “Selama kegiatan MOS, kami mengedepankan hal positif. Kami menjauhkan dari hal tindakan perpeloncoan, pelecehen dan kekerasan. Apalagi, sudah ada surat ederan dari Mendikbud,” ucap Maryanto. Pada kesempatan itu, Maryanto menyebut kesiapan pihak SMAN 1 Kadugede dalam menerapkan Permendibud Nomor 21 tahun 2015. Sebagai bukti, pada hari pertama masuk sekolah kemarin, orang tua mengantar anaknya ke sekolah. Selain itu, sekolah wajib melaksanakan upacara bendera setiap Senin. Hal ini dimaksudkan mendidik kedisiplinan siswa, membiasakan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Pelaksanaan upacara bendera juga mendidik siswa menjadi seorang pemimpin yang bertanggung jawab. Yakni melalui penugasan panitia upacara secara bergilir. Lalu, kewajiban berdoa bersama-sama ketika akan mengawali dan mengakhiri proses pembelajaran di kelas. Konsep yang diterapkan awal proses berdoa bersama dipimpin oleh guru, dan di hari berikutnya para siswa ditugasi mempimpin doa secara bergantian. Siswa pun wajib menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum belajar. “Untuk berdoa, kami sudah biasa karena setiap belajar pasti membiasakan membaca doa terlebih dahulu. Bahkan, setiap hari Jumat kami membaca Alquran secara bersama-sama. Hal ini karena kami ingin membentuk karakter siswa yang cageur, bener, bageur, jeung pinter,” tandasnya. Sementara itu, Kadisdikpora Kuningan, Drs A Taufik Rohman MSi MPd ikut memantau kegiatan MOS di seluruh sekolah. Tak terkecuali di SMAN 1 Kadugede. Opik –sapaannya- menyambut positif kegiatan yang dilakukan oleh SMAN 1 Kadugede yang lebih mengutamakan hal positif, terutama kosisten dalam mendukung program Seruling. Sekretaris Disdikpora Kuningan, H Dedi Supardi MPd ikut menambahkan, peraturan Permendikbud Nomor 21 tahun 2015 sudah dipahami oleh semua sekolah. Sebenarnya, kata dia, konsep belajar dengan diawali dan diakhiri berdoa dan bernyanyi Indonesia Raya sudah lama diterapkan oleh PGRI. Namun baru tahun ini dikaomodir oleh pemerintah. (mus)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: