Dana Miliaran, Cuma Dua yang Berfungsi

Dana Miliaran, Cuma Dua yang Berfungsi

Nasib Proyek Air Bersih di Wilayah Selatan Proyek bantuan pembangunan sumur artesis di Kecamatan Harjamukti menelan dana miliaran rupiah, tapi belum berjalan efektif. Dari lima sumur artesis yang tersebar di lima RW, kini tinggal dua yang masih berfungsi. Itu pun pengurus kampung kadang harus menombok untuk mengelola dan merawat peralatan sumur artesis.     \"coverstory\"CERITANYA sejak sekitar tujuh tahun silam. Wilayah Harjamukti yang berada di ketinggian tidak bisa terjangkau air bersih dari PDAM. Untuk memenuhi kebutuhan air, pemerintah pun mengusulkan bantuan pembuatan sumur artesis. Nilainya besar, 1 titik sumur artesis itu Rp1,2 milar. Sumur artesis pun dibangun di lima RW, yakni RW 14 Permata Harjamukti, RW 15 Permata Harjamukti, RW Kedung Mendeng, RW Kopiluhur Blok Cadasngampar. \"Sebenarnya itu program bagus untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat, namun pengelolaanya jangan sepenuhnya diserahkan kepada masyarakat,\" jelas Anggota DPRD Kota Cirebon Cicip Awaludin kepada Radar. Tapi setelah dibangun, pengelolaan sumur itu diserahkan ke masyarakat dan pengurus RW. Alhasil, pengelolaan dan perawatan peralatan pun kelabakan. Perawatan spare part peralatan sumur artesis cukup mahal. Karena itu, Cicip pun mendorong PDAM bisa segera mengambil alih pengelolaan sumur artesis tersebut. Hal itu karena PDAM merupakan perusahan plat merah yang melayani kebutuhan air bersih. \"Sekarang kan PDAM ingin mencari sumber air bersih yang baru. Terutama di wilayah selatan yang tidak terjangkau PDAM. Sumur artesis itu potensi yang harus diberdayakan kenapa tidak diambil alih saja,\" imbuhnya. Dijelaskan Cicip, diperlukan keinginan dari seluruh komponen pemerintahan untuk memenuhi kebutuhan hajat hidup orang banyak. Diakuinya, Cicip pernah meminta PDAM untuk bisa mengelola sumur artesis itu. Namun, ternyata PDAM enggan mengambil alih. Itu karena sumur artesis itu harus diserahterimakan terlebih dahulu. Agar diketahui, sumur artesis itu merupakan program bantuan pemerintah pusat yang diberikan melalui DPUPESDM. Sehingga PDAM ingin adanya penyerahan aset itu dilakukan terlebih dahulu. \"Ya sekarang kan yang penting itu good will dari seluruh unsur pemerintahnya. Saya berpendapat kalau diambil alih PDAM akan lebih baik. Karena masyarakat kesulitan melakukan perawatan dan pengelolaanya,\" jelasnya. Adanya kerusakan mesin dan peralatan sumur artesis, kata dia, karena hal itu tidak ditangani oleh orang profesional di bidangnya. Seharusnya, program bantuan itu tidak begitu saja diserahkan kepada masyarakat langsung. Dengan adanya sumur artesis dia yakin bisa menjadi solusi untuk air bersih di wilayah selatan. Pasalnya satu sumur artesis bisa dipakai oleh 400 lebih kepala keluarga. Ketua RW 08 Kopiluhur, Parman, mengatakan ada dua sumur artesis yang dibangun di wilayahnya. Satu bantuan dari Bank Indonesia (BI) dan yang kedua sumur artesis bantuan pemerintah yang sampai saat ini tidak berfungsi. \"Yang berfungsi dari BI, tapi itu hanya digunakan untuk satu orang saja,\" jelasnya. Ia mengatakan seharusnya pengelolaan sumur artesis ini tidak sepenuhnya diserahkan ke masyarakat. Pemerintah dan warga harus bersinergi agar bisa berjalan dengan baik. \"Kendalanya kalau sumur artesis di Cadasngampar itu, karena lokasinya yang salah, sehingga airnya asin. Karena air asin tidak digunakan lagi oleh warga, mesin dan alatanya jadi rusak,\" sebutnya. Sedangkan Ketua RW 15 Permata Harjamukti, Kurniadi, mengatakan pihaknya memberlakukan iuran kepada setiap warga yang teraliri air dari sumur artesis. Satu kepala keluarga dikenakan Rp15 ribu. Biaya ini kemudian digunakan untuk keperluan perawatan setiap harinya, salah satunya pembiayaan listrik untuk menghidupkan pompa. Dalam sebulan biaya listrik bisa mencapai Rp2j uta. Pihaknya pernah mengajukan keringanan ke PLN, namun tidak direspons. Tak hanya itu, mesin pompa sumur juga harus diangkat setiap tiga bulan sekali. Di samping juga dibutuhkan inplayer baru agar lebih bagus. Beruntung di daerahnya ada warga yang cukup paham dengan sumur artesis. \"Ya memang dibutuhkan ketegasan juga, terutama dalam menagih iuran. Ini penting supaya pengelolaan tidak mandeg dan bisa berjalan,\" ucap Kurniadi. Sumur artesis di RW 15 sendiri kini mampu memenuhi kebutuhan air bersih sebanyak 400 kepala keluarga. \"Memang tidak semua RT kebagian, itu karena debit air kecil sehingga tidak sampai ke wilayah yang berada di dataran tinggi dan terlalu jauh,\" katanya. Satoni ST, salah seorang pengurus sumur artesis mengatakan untuk merawat sumur artesis pihaknya melakukan pengangkatan setiap tiga bulan sekali. Itu untuk mengecek jaringan pipa agar aliran tidak terhambat lumpur. Ia juga mengungkapkan penemuannya. Menurutnya, program sumur artesis disebutkan oleh PU itu memiliki kedalaman 60 meter. Sementara saat ia angkat dari pipanya, ternyata kedalaman sumurnya ternyata hanya 30 meter. Hal inilah yang membuatnya heran. Di samping juga membuat aliran air kepada warga tidak optimal, karena tidak bisa menjangkau daerah yang lebih jauh. \"Saya rasa kalau kedalamanya benar-benar 60 meter, kualitas air bakal bagus,\" kata Satoni. Dia mengakui pengelolaan sumur artesis memang cukup mahal. Kualitas air sumur artesis sendiri tidak bisa dipakai untuk memasak. Untuk memasak, biasanya warga membeli dari penjual air bersih keliling. Air artesis digunakan hanya untuk mencuci dan mandi. Itu karena air artesis memiliki kandungan zat kapur dan partikel logam. \"Jadi kalau didiamkan dalam wadah, air terlihat gelap,\" ujar Rino, salah seorang warga. Sehingga dirinya tidak berani menggunakan air artesis untuk keperluan memasak atau dikonsumsi. Terpisah, Eni, warga RW 14 Permata Harjamukti, mengatakan sumur artesis yang dbuat pemerintah tidak pernah mengalir sejak pembangunannya. Semula ia senang karena kebutuhan air akan dipenuhi dari sumur. Namun sejak dibuat, dirinya tidak pernah mendapatkan air dari sumur artesis. (jml)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: