Pemkot Tak Punya Solusi
Soal Minimnya Transportasi di Wilayah Selatan ARGASUNYA-Persoalan transportasi di wilayah selatan menjadi pekerjaan rumah Pemerintah Kota Cirebon. Sudah menahun dicanangkan bus sekolah untuk masyarakat Argasunya, namun hingga kini, hal itu belum direalisasi. Jumlah kendaraan umum seperti angkutan kota di wilayah itu pun terus menurun. Kepala SMAN 9 Kota Cirebon, Bekti Susilo mengatakan pada dasarnya kendala tranportasi menjadi permasalahan klasik. Namun walaupun demikian permasalahan ini harus dicarikan solusi. Agar siswa bersemangat dan juga mudah untuk berangkat ke sekolah. \"Memang kita sekolah yang berada di pinggiran ini untuk masalah transportasi masih terkendala jarak dan juga jalan yang tidak diaspal, kemudian tidak ada pula mobil umum,\" katanya kepada Radar, kemarin. Hal ini, kata dia, mempengaruhi semangat belajar siswa. Bekti pun berharap segera ada solusi real dari Pemerintah Kota Cirebon. Smentara itu, Bekti menjelaskan pada pelaksanaan PPDB tahun ini. SMAN 9 Kota Cirebon menerima 270 siswa. Jumlah ini bertambah dari tahun sebelumnya, yang mendapatkan 247 siswa. \"Tahun ini, kuota kita sudah tercukupi. Ada 270 siswa lebih, kita bagi dalam 8 kelas. Jumlah ini meningkat 20-30 siswa dari tahun lalu,\" sebutnya. Dengan adanya peningkatan jumlah siswa ia menyebutkan sebagai berkah tersendiri di tengah kemelut, sekolah unggulan dan favorit yang mendapatkan kelebihan siswa. \"Segini kita sudah bersyukur karena hal ini bisa membantu para guru memenuhi kewajiban jam mengajar guna meraih sertifikasi,\" katanya. Terpisah, Kepala SMPN 18 Kota Cirebon, Sumiyati juga mengungkapkan secara jumlah siswa baru tahun ini lebih banyak ketimbang tahun sebelumnya. Hanya saja, jumlahnya masih belum memenuhi kuota siswa. \"Ya tahun ini kita dapat enam kelas, walau tadinya kita dapat kuota 7 kelas. Berarti memang belum terpenuhi satu kelas lagi,\" sebutnya. Namun, ia tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. Dia menyebut jumlah itu cukup banyak apabila melihat sekolahnya yang berada di daerah pinggiran. \"Jumlah ini lebih dari cukup, walaupun kelasnya memang kurus-kurus, satu kelas kita sekitar 30 siswa,\" tukasnya. Dengan jumlah yang minimal ini. Sumiyati berharap ada sisi baiknya. Salah satunya siswa bisa lebih banyak terkontrol oleh para guru. Sehingga mudah mudahan hal ini pun bisa lebih mudah dalam melakukan proses belajar mengajar. (jml)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: