Komik Isun, Media Sejarah Cirebon

Komik Isun, Media Sejarah Cirebon

CIREBON - Nilai-nilai kearifan lokal mulai terkikis. Generasi penerus mulai buta akan budaya, bahkan ada yang tidak mengenal kesenian daerah sendiri lagi. Mungkin ada beberapa yang tahu, tapi belum paham. Ada beberapa yang paham, tapi belum melaksanakan nilai yang terkandung di dalamnya. Melihat fenomena itu, seniman dan budayawan berkumpul di Sekretariat Komik Isun, Rumah Luka yang dibangun Yayasan Sunan Gunung Jati, kemarin (2/8). Salah satu praktisi seni, Wawan Hermawan mengatakan, ketika ingin menanamkan kembali nilai-nilai kearifan lokal melalui seni dan budaya kepada anak muda, maka gunakan anak muda sebagai agent of change. “Mereka memiliki usia yang sama, semangat yang sama, namun pola pikir yang sedikit berbeda. Yang perlu dilakukan adalah pencerdasan dari dan untuk mereka,” ujarnya. Sebagai usaha pelestarian budaya Cirebon, Wawan membuat Komik Isun sebagai media penyampaian kejadian atau sejarah Cirebon masa lalu. Misalnya tentang Ki Bagus Rangin dan Perang Kedondong. Ia membuat beberapa episode dalam Komik Isun. “Diharapkan dengan media komik ini generasi penerus sejak dini sudah mengenal sejarah, tokoh-tokoh Cirebon sebagai warisan budaya,” tambahnya. Sementara itu, Ira, dari Yayasan Sunan Gunung Jati menyampaikan, pertemuan seniman dan budayawan Cirebon ini diharapkan menjadi titik terang untuk kembali membangun peradaban budaya. Ini sesuai dengan tujuan Yayasan Sunan Gunung Jati yang tak hanya menyebarkan dakwah Islam, tapi juga kebudayaan. Menurut Ira, peran generasi muda sangat penting untuk mempertahankan budaya. “Generasi muda ada di sekitar kita, seperti pelajar dan mahasiswa,” ujarnya. Dengan peran generasi muda, Ira yakin lambat laun tren cinta budaya sendiri akan berkembang lagi di tengah-tengah masyarakat Cirebon. “Mari saling bahu membahu untuk membangun mental dan kreativitas generasi muda kita agar cinta budayanya sendiri,” harapnya. (mik)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: