Warga Perum City View Resah

Warga Perum City View Resah

Terkait Peristiwa Penculikan Edi Junaedi KUNINGAN – Peristiwa penculikan yang menimpa Edi Junaedi, membuat resah tetangganya, Deden (35). Saat ditemui Radar kemarin (4/8), pria yang rumahnya berdempetan dengan rumah korban, merasa kaget atas adanya kejadian tersebut. “Terus terang saya baru tahu ada kejadian seperti itu sekarang. Sungguh saya kaget, kok nggak hafal ada penculikan. Kalau benar ada penculikan, ya saya khawatir dan cemas, bagaimana nanti kalau saya ke luar kota, istri dan anak saya ditinggal,” kata Deden. Pihaknya berharap agar keamanan, baik petugas kompleks maupun kepolisian, untuk bisa menentramkan masyarakat. “Biasanya aman-aman saja. Tapi setelah mendengar kabar ini (penculikan, red), saya jadi khawatir,” imbuhnya. Selaku tetangga korban, Deden mengaku tertidur pulas pada malam kejadian, Jumat (31/7) lalu. Sehingga, dia dan anggota keluarganya tidak mendengar adanya kegaduhan di rumah sebelah. Bahkan, ibunya yang biasa salat tahajud pukul 03.00, pada malam tersebut tidak melaksanakannya. “Nggak tahu, pada malam itu kami semua tertidur pulas. Sepuh (ibu, red) juga yang biasa bangun jam tiga pagi untuk tahajud, saat itu tidak salat. Hampir semuanya bangun saat adzan Subuh,” tutur pemilik rumah A5 Nomor 3 Perumahan City View tersebut. Kemungkinan, sambung Deden, pada malam itu kecapean karena siang harinya sudah berkeliling acara keluarga. Sehingga, tidak mendengar adanya kegaduhan. Keesokan harinya pun, jika terjadi sesuatu, dipastikan istrinya langsung memberitahu. “Kalau di rumah Abah Edi (Edi Junaedi, red) itu biasanya rame, baik siang maupun malam. Kalau yang parkir di sini juga, sering tiga mobil, empat mobil. Haneuteun lah (baca: ramai). Saya sering mendengar masih ada yang ngobrol sampai jam satu malam, ataupun terdengar masih ada yang sedang nonton TV. Tapi pas malam kejadian, terus terang kami tertidur pulas,” kata Deden. Sementara, Ketua RT 32/01, Jejen Jaenal Abidin yang rumahnya tidak jauh dari rumah korban, mengaku telah mendapat laporan terjadinya peristiwa penculikan, Jumat (31/7) pagi. Sekitar pukul 06.00, pada saat hendak berangkat ke kantor, pria yang menjadi staf pelaksana di Bakesbangpol itu dihampiri oleh Edi. “Pak Edi menghampiri saya, kemudian menceritakan peristiwa yang menimpanya. Seperti yang diberitakan Radar. Lalu saya sarankan untuk lapor polisi. Tapi jawabannya, moal ah (Nggak ah, red), begitu,” ungkapnya. Antara rumah Jejen dengan Edi dibatasi oleh area cukup luas yang direncanakan hendak dibangun taman. Karena belum dibangun, pada area tersebut tampak berdiri pos ronda yang menurut Jejen selalu ditunggui petugas keamanan kompleks. Salah satu petugas keamanan tersebut bernama Pardi. “Kita punya petugas keamanan di sini. Tiap malam selalu ronda. Nah pada malam kejadian, saya kan sedang tidur. Saya dibangunkan oleh suara kucing yang berantem. Saya buka gorden dan melihat Mang Pardi lagi ngabaledog (menimpuk, red) kucing supaya tidak berantem lagi. Kalau tidak salah sekitar jam satu lebih,” tuturnya. Setelah itu, Jejen pun tidur kembali. Setelah itu, dirinya sempat mendengar suara sepeda motor seperti jenis Honda melintasi jalan depan rumahnya. Dia tidak ingat waktu persisnya lantaran tidak melihat jam dan tidak merasa curiga. “Ada suara motor, kayak pelan melajukan motornya. Tapi nggak tahu itu jam berapa. Nah keesokan harinya, Pak Edi (korban, red) melaporkan kejadian yang menimpanya kepada saya,” tuturnya lagi. Setelah Edi melaporkan dan dia menyarankan untuk melapor polisi tapi tidak mau, Jejen mengaku keadaan di wilayahnya biasa-biasa saja. Dia mencoba untuk menutupi hal itu agar masyarakat tidak resah dan tetap kondusif. Meskipun banyak warganya yang sudah mengetahui dari koran. “Di perumahan ini, cukup banyak yang menjadi aparat, baik di kepolisian maupun TNI. Jadi saya kira di sini aman-aman saja. Terlepas apakah kejadian yang menimpa Pak Edi benar atau tidak, yang jelas saya telah menerima laporan dari Pak Edi dan telah menyarankannya untuk segera lapor polisi,” ucapnya. Saran tersebut, imbuh Jejen, karena menyangkut keselamatan warga di RT-nya. Hal itu juga menyangkut keamanan dan ketertiban di perumahan yang berlokasi di Desa Ancaran Kecamatan Kuningan tersebut. Namun karena korban tidak mau melaporkan, maka Jejen menganggapnya biasa-biasa saja. “Saya juga masih heran, peristiwa itu kan pasti dianggap mengancam jiwanya. Tapi kok pada saat diajak berjalan menyeberangi jalan, Pak Edi tidak teriak. Kalau teriak, mungkin ada saja tetangganya yang mendengar kemudian mencoba mencegah. Kemudian waktunya kan hanya sebentar,” ujar dia. Selain itu, seraya memantau ruas jalan yang diduga dilalui para penculik, di situ terdapat drainase di bahu jalan raya yang tidak ditutup. Pihaknya masih merasa heran apabila Edi dengan kondisi kepala tertutup diajak loncat melewati drainase tersebut. Setelah dipantau pun, di seberang jalan dirinya tidak melihat adanya kebun singkong. (ded)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: