Bukan Penculikan, Tapi Teror

Bukan Penculikan, Tapi Teror

KUNINGAN – Kalau pun insiden yang menimpa Edi Junaedi benar terjadi, bukan masuk kategori penculikan. Sebab, penculikan tersebut minimal harus satu kali 24 jam. Sedangkan penyekapan Edi Jumat (31/8) dini hari itu, lebih dianggap sebagai teror atau sejenis pressure. Hal ini ditegaskan Ketua Gasak (Gerakan Satu Kuningan), Manaf Suharnaf saat memimpin pertemuan untuk ketigakalinya di Cirendang, kemarin (5/8). “Kalau penculikan itu minimal satu kali 24 jam. Kalau ini kan palingan sekitar 15 menitan,” kata pria bertubuh tegap itu. Pada pertemuan tersebut, kebetulan Edi Junaedi selaku korban pun menghadiri. Manaf mengaku sempat menanyakan perkembangan dari tragedi yang menimpanya itu. “Sekarang sedang diinvestigasi oleh pihak kepolisian. Kata Pak Edi, barusan dia dipintai keterangan oleh kepolisian,” ujarnya. Terkait kebenaran dari peristiwa yang menimpa Edi, Manaf menyerahkan tindaklanjutnya ke pihak kepolisian. Selaku institusi berwenang, kepolisian memiliki kewenangan untuk melakukan investigasi. “Jika benar terjadi, maka kejadian ini menjadi preseden buruk bagi para aktivis yang lain. Sama saja dengan kembali ke zaman orde baru. Saya kira sekarang ini sudah bukan zamannya lagi untuk begitu-begituan,” tandas pria yang juga menjabat ketua Gibas Kuningan tersebut. Terpisah, salah seorang pemerhati politik dan hukum, Abdul Haris SH mencoba menanggapi apa yang dilontarkan Ketua Barak, Nana Rusdiana. Dia merasa prihatin atas munculnya kabar tidak mengenakkan terkait ketidakkondusifan Kuningan akibat peristiwa dugaan penculikan. “Kalau dianggap Kuningan tidak kondusif, saya kira kurang pas karena faktanya Kuningan sendiri kondusif-kondusif saja,” kata Haris. Justru, pihaknya khawatir bakal terjadi ketidakondusifan kelak. Untuk itu dia berharap kepada masyarakat Kuningan untuk bisa menjaga diri masing-masing. Jangan sampai mudah terpancing oleh sesuatu yang merusak stabilitas. “Yang kami khawatirkan lagi, bila terjadi ketidakkondusifan ini akan berdampak pada tantangan pemerintahan. Bahkan bisa jadi preseden buruk bagi pemerintahan Kabupaten Kuningan,” ungkapnya. Abdul Haris tidak mengetahui motif apa yang mendasari Nana Rusdiana mengeluarkan pernyataan tersebut. Justru pihaknya khawatir justru ketidakkondusifan akan mengarah pada pribadi Nana sendiri. “Entah kenapa sahabat kita, dalam hal ini Bung Nana bicara seperti itu. Kami sangat khawatir masyarakat akan menduga bahwa yang bikin tidak kondusif bisa mengarah ke pribadi bung Nana-nya sendiri. Itu yang kami khawatirkan,” pungkasnya. (ded)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: