Kemarau, Petambak Lele Hentikan Produksi
KANDANGHAUR– Dampak kemarau juga dirasakan para petambak ikan lele di wilayah pantura Kabupaten Indramayu. Krisis air membuat petambak disentra-sentra produksi perikanan lele seperti Kecamatan Kandanghaur dan Losarang menghentikan sementara produksinya. Tak ayal, harga ikan lele melonjak tajam. Saat kondisi normal, harga ikan lele di kisaran Rp12 ribu/kg. Saat musim panen, harganya jatuh di bawah Rp10 ribu/kg. “Sekarang harga pasarannya paling murah Rp17 ribu/kg,” sebut Masnun, petambak ikan lele asal Kecamatan Kandanghaur, kepada Radar, Rabu (5/8). Menghentikan produksi, lanjut dia, menjadi langkah terakhir para petambak lele. Ini terjadi karena pasokan air tawar berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali. Sebelumnya, mereka melakukan berbagai upaya agar usaha budidaya ikan tawar ini terus berlanjut. Saat air kolam tambak mulai menyusut, mereka melakukan migrasi besar-besaran terhadap ikan-ikan lele ke areal tambak lain yang pasokan airnya masih aman. Upaya ini bukan tanpa risiko. Berkurangnya jumlah ikan saat proses pemindahan dan membengkaknya biaya operasional yang mahal harus ditanggung petani tambak. “Petambak yang tidak mau ambil risiko, memilih panen dini. Itupun resikonya lebih besar, karena belum layak dikonsumsi sehingga harganya jatuh. Dibawah standar, petambak tetap rugi,” kata Masnun. Upaya lain yang dilakukan adalah dengan melakukan pengeboran. Lagi-lagi, ikhtiar yang juga butuh biaya tidak sedikit ini, belum tentu menuai hasil memuaskan. Karena lokasinya berada diwilayah pesisir pantai, air bor yang keluar justru berasa asin. “Sudah tercampur air laut, gak bisa buat tambak. Ikan lele bisa mati semua,” kata dia. Agung, petambak lele di Kecamatan Losarang menambahkan, musim kemarau juga rawan terhadap ancaman penyakit. Salah satunya adalah penyakit yang dikenal dengan moncong putih. “Penyakit ini disebabkan karena gesekan antar mulut ikan lele lantaran debit air empang terus menyusut seiring berkurangnya air kolam,” ungkap dia. Di musim kemarau, petambak lele memang tidak bisa melakukan rotasi atau pergantian air diempang masing-masing yang selama ini mengandalkan suplai dari air hujan. Petambak tidak mengandalkan air sungai yang saat musim kemarau telah tercampur air laut sehingga dapat mematikan lele. “Itulah sebabnya kenapa banyak sawah disulap menjadi empang lele. Pasokan airnya gak ada hanya mengandalkan air hujan,” tandas Agung. (kho)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: