”Tiap Hari Ngelukis, Kalau Nggak, Seperti Punya Utang”

”Tiap Hari Ngelukis, Kalau Nggak, Seperti Punya Utang”

Mengenal Hardi, Seorang Pelukis Realis   Semua bermula dari kesederhanaan, inspirasi, kreativitas, imajinasi, dan keuletan yang tinggi. Hingga terbentuklah sebuah objek nyata di atas kanvas. Hardi Setiawan (39), salah satu pelukis di Cirebon yang masih eksis di bidangnya. Mike Dwi Setiawati, Cirebon RATUSAN bahkan ribuan lukisan telah diciptakannya. Pria berambut gondrong ini bukan kemarin sore terjun di dunia lukis, melainkan sudah 20 tahun lebih. Hardi mengaku terjun di seni lukis karena punya kepuasan tersendiri. \"Tiap hari ngelukis, kalau nggak, seperti punya utang,\" ungkap Hardi saat ditemui Radar di rumahya, Jl Warnasari, Kesambi, Kamis (6/8). Karya Hardi bertebaran di mana-mana. Mayoritas adalah lukisan realis, sebuah aliran yang hingga kini ditekuni oleh pria yang hobi memakai topi ini. Sebagai pelukis realis, dia bisa melukis objek yang tak jauh beda dengan aslinya. Misalnya lukisan tentang wajah manusia, dengan sentuhan tangannya, hasilnya tak jauh dari foto aslinya. Menurutnya, melukis realis berarti usaha menampilkan subjek dalam suatu karya sebagaimana tampil dalam kehidupan sehari-hari tanpa tambahan embel-embel atau interpretasi tertentu. Bagi Hardi, mampu melukis realis menjadikan kepuasan tersendiri. Sebab, mampu menampilkan sosok yang sebenarnya melalui karya-karyanya. \"Saat kita mengerjakan lukisan realis harus telaten, dalam mengamati setiap lekuk dan geratan yang ada pada obyek,\" ujar pria yang kala itu tampil sederhana dalam kaos hitam dan celana pendek kotak-kotak. Melihatnya saat beraksi melukis, seolah benar pelukis itu nampak penuh konsentrasi dan telaten. Ia terlihat sangat menikmati dan larut bergulat dengan objek yang ada di hadapannya. Goresan demi goresan melekat tanpa ragu. \"Ya, beginilah gaya pelukis, mulai dari peralatan hingga soal tempat saja serba seadanya sebab yang penting berkarya, ungkapnya. Kejujuran dalam menampilkan setiap detail objek terlihat pula dari karya-karya Hardi. Antara serat dan lekuk wajah seakan menyerupai objek aslinya. Hardi memberi titik acuan dari proses awal, yaitu sketsa wajah pada kanvas. Kualitas sketsa yang kuat akan tampak pada karya dapat dilihat dari segitiga emas, yakni mata, bibir, dan alis. Ketiga titik itu yang tidak bisa dipungkiri dan harus sesuai dengan obyek aslinya. Entah itu jarak, bentuk, bahkan lekuk. Soal kegemarannya melukis ini, Hardi sudah menyukai lukisan sejak kecil. Dia belajar secara otodidak. Kini, meski usianya tak muda, Hardi tetap berkarya, menciptakan inovasi baru dalam setiap goresan di kanvasnya. Tak hanya dijadikan sebagai koleksi, setiap lukisan yang dibuat Hardi kini dihargai. Melukis bukan hanya sebagai hobi, tapi kini menjadi profesi. Rumah di Jl Warnasari dijadikan Hardi sebagai tempat \'bisnis\'nya. Banyak warga Kota Cirebon mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua yang meminta Hardi melukis. \"Kebanyakan minta lukis sketsa dan karikatur,\" ujar pria yang pernah terjun di dunia musik itu. Selain langsung menggambar dengan melihat objek yang di hadapannya, Hardi terkadang juga menerima pesanan melukis wajah orang dari foto. Dan itu terserah sang pemesan, mau pakai media kanvas atau karton. Hasilnya pun tak berbeda jauh dengan bentuk foto ataupun asli, karya lukis realis meski bergaya minimalis namun nyata estetikanya. Setiap melukis, karya Hardi dihargai mulai dari Rp60 ribu hingga puluhan juta rupiah. Dalam sebulan, Hardi bisa mendapat uang hingga Rp7 juta dari hasil melukisnya. \"Itu juga kalau lagi rame,\" akunya. Bukan hanya melukis sketsa dan karikatur, Hardi juga memiliki keahlian lainnya. Dia juga ahli dalam membuat tato dan nail art (seni lukis kuku). \"Banyak juga anak muda, perempuan khususnya, yang pake jasa nail art saya. Untuk tato juga nggak kalah banyak,\" pungkasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: